Share

Part 50

#Rania

Hari ini sidang pertamaku digelar. Kak Hamzah selalu setia menemani, tidak peduli dengan cacian serta makian yang terlontar dari Ibu ketika kami saling berpapasan di depan gedung pengadilan agama. Dia hanya memberi isyarat supaya aku tenang, tidak terpancing emosi apalagi sampai berbuat kasar seperti ketika di pusat perbelanjaan tempo hari.

“Heh, Rania.” Ibu menarik kasar lenganku ketika aku melewatinya.

“Sekarang, kamu cabut tuntutan kamu terhadap Azis. Timbang mau dip*rkosa doang aja pake dikasusin segala. Lagian ‘kan si Azis belum sampai melakukan apa-apa sama kamu. Nggak usah berlebihan seperti itulah. Saya tahu kok, sebenarnya kamu juga pasti mau jika diapa-apakan oleh anak saya!” katanya sambil memasang wajah congkak.

Aku menepis kasar tangan Ibu.

Heran. Kok ada ya wanita yang mempunyai pikiran seperti itu ya?

“Saya tidak akan mencabut tuntutan saya, Bu. Mas Azis harus menerima hukuman atas perbuatannya. Memangnya Ibu mau kalau anak Ibu ada yang melecehkan dan laki-laki y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status