Home / Romansa / Benih Terlarang Bos Brondongku / Tidak Boleh Goyah Lagi

Share

Tidak Boleh Goyah Lagi

Author: Miss Secret
last update Last Updated: 2025-10-09 11:38:14

Detik itu, waktu terasa terhenti. Jarak di antara kami hanya tinggal sekian milimeter. Namun sebelum apa pun sempat terjadi.

Ting!

Suara khas lift terdengar, lalu cahaya terang menerobos masuk. Pintu lift terbuka dengan tiba-tiba, membuat kami berdua sontak terkejut.

Aku refleks mundur, nyaris tersandung ke belakang. Sementara Devan segera melepaskan pelukannya, wajahnya kembali tenang, tapi matanya sempat memaling sejenak, disertai gelagat salah tingkah. Lebih tepatnya, tidak hanya Devan, tapi juga aku.

Aku bingung, sekaligus malu. Malu pada diri sendiri, Devan, dan petugas itu. Hampir saja ... ya, hampir saja, itu terjadi.

“Bu, Pak, bagaimana keadaan Anda?”

Suara seorang teknisi memecah keheningan, disusul dua petugas gedung yang tampak panik di luar pintu lift. Aku pun menggeleng cepat, berusaha menata napas.

"Ka-kami baik-baik saja,” jawabku terbata, disertai jantung yang masih berdebar tak karuan.

Devan hanya mengangguk singkat tanpa berkata apa-apa, lalu melangkah keluar terlebi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Aku, Kamu, dan Suara Hujan

    Devan kemudian kemudian memainkan gundukan kenyal milikku dengan lidah kasarnya. Hingga membuatku mengerang kecil."Ahhhh, Devan."Aku mengerang, hingga tanpa sengaja meremas milik Devan yang sudah mengeras di bawah sana. Ciuman Devan yang penuh pemujaan di dadaku, seketika berhenti tatkala menyadari itu. Devan menegakkan kepala, tatapannya terlihat begitu sayu, pertanda jika laki-laki itu sudah dipenuhi oleh gairah.Apalagi mengetahui tanganku sudah menempel di atas celananya, dan beberapa kali meremas aset miliknya. Dia buru-buru melonggarkan celananya serta melepas ikat pinggangnya. Lalu menurunkan celana itu."Bisa nggak mainin?" Aku yang juga sudah dipenuhi oleh nafsu setan, menuruti perintah Devan. Aku pun mengangguk, lalu memegang batang miliknya yang sudah tak tertutup apapun."Ahhhh."Devan mengeram saat kejantanannya masuk ke dalam mulutku. Apalagi, ketika aku menggerakkan kepala naik dan turun. Eraman pun berulang kali terdengar dari bibir Devan."Kau memang luar biasa, Sa

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Di dalam mobil

    Devan tersenyum tipis.“Nggak apa-apa kok, aku cuma agak khawatir aja. Soalnya kemarin kamu pulang sendiri, terus nggak balas chat aku lagi.”Tangannya terangkat perlahan, ujung jarinya menyentuh pipiku dengan lembut. Usapannya ringan, tapi cukup untuk membuatku merasa nyaman. Aku menunduk, mencoba menenangkan diri, karena sentuhan itu membuatku hanyut.“Maaf, aku nggak maksud ngabaikan kamu.”Devan hanya mengangguk, matanya menatapku lama, seperti sedang memastikan kalau aku benar-benar baik-baik saja.“Aku udah tahu alasannya. Sekarang bisa tenang." Aku tak langsung menjawab. Hanya mengangguk, menahan debar di dada. Sentuhan itu, seolah masih terasa di pipiku, lembut tapi membekas dalam, membuatku bertanya dalam hati, sampai kapan aku bisa terus berpura-pura seperti ini?"Kita jadi ke proyek, kan?” tanyaku pada akhirnya. Devan menatapku sejenak sebelum mengangguk.“Iya, aku cuma butuh memastikan kamu baik-baik aja dulu.”Aku hanya membalas dengan kekehan kecil. Devan lalu menyalaka

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Jalan yang sepi

    Aku akhirnya memberanikan diri melangkah keluar dari balik dinding.“Mas?” panggilku pelan.Mas Ethan tampak terkejut. Ponsel di tangannya cepat-cepat dia turunkan, lalu menoleh ke arahku dengan ekspresi yang sulit ditebak, antara gugup dan berusaha tenang.“Sayang, kamu belum tidur?” tanyanya, mencoba tersenyum.Aku melangkah mendekat, menatap ponsel di tangannya yang masih menyala. “Kamu lagi nelepon siapa malam-malam begini?” tanyaku, suaraku terdengar lebih dingin dari yang kumaksud.Dia tersenyum. “Nggak, cuma urusan kerja. Investor masih mau diskusi soal lahan di Puncak. Maaf kalau ganggu tidurmu.”Aku menatapnya dalam diam, mencoba membaca wajahnya, apakah dia jujur, atau berbohong. Namun, ekspresinya datar, nyaris tanpa celah.Meskipun begitu tetap saja ada yang mengganggu perasaanku. Suamiku tadi mengatakan jika dia berbicara dengan investor. Bukankah itu artinya dia sedang berbicara Sisca? Berbicara dengan seorang wanita di saat dini hari seperti ini.Aku tahu, ini sebatas p

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Telepon Tengah Malam

    Desahan demi desahan terus keluar dari mulutku ketika Devan memainkan gunung kembarku. Sementara, di bawah sana, aku memaju mundurkan pinggangku.Kini keringat mulai membanjiri tubuh polos kami, seiring dengan suara kecipak dan desahan khas yang mendominasi di seluruh sudut ruang kerja."Ahhhhh ... Devan.""Yes baby, are you like it?"Aku menangguk sembari memejamkan mata, dan menggigit bibir bawahku. Di antara gerakan yang semakin liar.Desahan dan erangan kian memenuhi seluruh bagian sudut ruangan, hingga akhirnya terdengar leguhan panjang dari bibir kami manakala berhasil mendapatkan pelepasan secara bersamaan.Setelah mencapai pelepasan itu, tubuhku kutempelkan di atas tubuh Devan, sembari mengusap perlahan kepalanya yang bersembunyi di ceruk leherku."Mau mandi bareng nggak?" bisiknya pelan. Aku pun menggeleng."Nggak mau, mau mandi sendiri aja"Perlahan, aku melepaskan diri. Lalu, mengambil pakaianku yang tercecer, dan masuk ke dalam toilet yang ada di ruang kerja Devan.Saat ak

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Di Sofa

    Devan berhenti sejenak, wajahnya terangkat sedikit, tapi dia tetap menjaga bibirnya dekat dengan kulitku."Suka nggak?"Aku pun mengangguk, sembari memejamkan mata. Bibirnya kemudian kembali bekerja, kali ini lebih lambat, lebih posesif. Seolah, dia sedang menyalurkan semua kerinduan dan hasrat hari itu melalui bibirnya, menciptakan rasa yang memabukkan bagiku.Jari-jariku yang tadinya meremas meja kini bergerak, melingkari tengkuk Devan, menarik kepala pria itu agar tetap menempel di leherku"Jangan berhenti, aku suka."Devan menciumi area nadiku yang berdenyut kencang, lalu berbisik dengan suara berat yang menggetarkan, "Aku nggak akan berhenti kalau kamu suka."Aku hanya bisa mendesah sebagai jawaban. Aroma cologne Devan, kehangatan napasnya, dan kelembutan ciumannya adalah perpaduan yang membuatku hanyut.Tanpa melepaskan kecupan di leherku, tangan Devan yang besar dan hangat bergerak turun dari bahuku. Tangannya kemudian berhenti di dadaku, tepat di atas kancing teratas kemeja ka

  • Benih Terlarang Bos Brondongku   Di Ruang Kerja

    Tak terasa waktu cepat berlalu. Siang berganti senja. Lalu, saat aku belum menikmati indahnya langit senja sore ini, senja sudah berganti menjadi malam tanpa aku sadari. Cahaya keemasan yang tadi menembus jendela kini telah digantikan langit kelam dan lampu-lampu gedung di kejauhan. Kantor mulai sepi, suara tuts keyboard dan tawa rekan-rekan yang biasa terdengar kini menghilang satu per satu.Aku menatap layar laptop yang masih terbuka, proposal di depanku sudah hampir selesai. Hanya tinggal sedikit lagi. Aku melirik jam di pojok layar, sudah hampir jam tujuh malam.Dea tadi sempat melambai sebelum pulang. “Lembur beneran, Cleo? Hebat banget sih kamu,” katanya sambil terkekeh. Aku hanya tersenyum kecil dan bilang ada revisi tambahan dari atasan. Dea mengangkat alis, tapi tak bertanya lebih jauh.Kini, hanya ada suara pendingin ruangan yang menderu pelan, dan sesekali bunyi lift dari luar. Aku mencoba fokus lagi, jari-jariku kembali mengetik, hingga tiba-tiba, seorang office boy muncu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status