Share

Ironi

Ingatan Ganes buyar bersamaan dengan tepukan pada bahunya yang lunglai. Ia tergeragap, sebelum akhirnya hendak melayangkan bogem mentah.

Dengan secepat kilat, Faruk yang memang telah mengenal Ganes cukup lama, langsung menghindar sembari menangkis kepalan tangan kanan Ganes yang mematikan.

"Mikir opo, Nes? Enggak bakal dipecat, enggak. Ojok dipikir jeru-jeru!"

Ganes langsung menghela napas sambil mengempas tangan. Dibawanya Faruk sedikit lebih jauh dari area pintu rumah sakit berada. Sesekali ia akan menoleh ke belakang, memastikan tak ada orang yang bisa mendengar.

"Bukan gitu, Ruk. Aku dulu pernah punya masalah sama itu direktur!"

Sontak saja, Faruk langsung menepuk dahinya pelan. Sedang tangan lainnya berkacak pinggang.

"Enggak bisa ta, kamu menghindar dari masalah? Sejak di panti, kamu paling sukanya cari gara-gara, lo Nes. Bahkan sampek sekarang, pun? Keterlaluan kamu, Nes."

Ganes mendongak. Ia meraup wajah kasar dengan kedua tangan.

"Dengar, Ruk, ini enggak sesederhana itu. Masalah ini bukan karena aku. Tapi karena kesalahpahaman. Please, bantuin aku. Aku butuh kerjaan ini, Ruk. Gimana dong? Pindahin aku dari area itu bisa, enggak?"

Sayang, Faruk menggeleng sembari berdecak kesal.

"Anak baru ya cuma bisa dikasih tempat buat jagain toilet. Udah dari sananya, Nes, sorry. Dan satu-satunya toilet yang bisa terima orang baru ya cuma di situ. Kenapa? Karena direktur emang jarang lama-lama di rumah sakit. Menghindari kejadian kayak tadi. Fatal itu kalo kejadian di lantai satu pas banyak pasien nunggu."

Mendengar fakta baru, Ganes pun tak hilang harapan. Dengan cepat, ia menoleh pada Faruk sembari memohon dengan kedua tangan menyatu di depan wajah.

"Kalo gitu biarkan aku kerja pake masker, ya? Ini rumah sakit, lo. Penggunaan masker dilegalin, kan? Maksudku, enggak bakal dipertanyakan, kan?"

Faruk mengangguk, membenarkan. Telah ia berikan papan nama yang terjatuh pada sang empunya.

"Kupikir kamu lari gegara takut dipecat. Bapak sampek kaget liat kamu lari kenceng gitu. Padahal dia cuma mau balikin ini. Dia yang nemu.

Ternyata, kalian punya masalah pribadi. Jangan-jangan, dia mantanmu?"

Usai menerima papan namanya, Ganes pun menoyor kepala Faruk dengan gemas.

"Dijogo cangkemmu, Ruk! Mana ada direktur kayak dia maunya sama aku yang bulukan? Ceweknya pasti cuantik nan seksi!"

Anehnya, Faruk malah terbahak-bahak. "Dia itu direktur yang masih perjaka. Bahkan, Pak Presdir pernah bikin sayembara demi bisa bikin bapak punya pasangan. Sayangnya, bapak sendiri yang nolak. Itu sebabnya, banyak karyawan yang jadi mikir kalo dia agak sakit gitu."

Ganes kembali melayangkan toyoran pada kepala sang kawan. Teman masa kecil di panti itu memang tak bisa menjaga mulutnya barang sebentar.

"Jangan ngomong macem-macem, Ruk. Celaka kalo dia tiba-tiba datang dan nandain kamu buat dipecat! Bisa-bisa aku kena juga! Kalo udah gitu, aku enggak bakalan bisa dapetin uang lebih banyak dalam tiga bulan ke depan!"

Alih-alih marah, Faruk malah tertawa. Diacaknya rambut sebahu Ganes yang dikuncir kuda dengan gemas.

"Waktu emang cepat berubah, Yo? Tapi kepribadian enggak akan banyak berubah. Pulango, hati-hati di jalan."

Diperlakukan demikian, Ganes memerah wajahnya. Ditatapnya Faruk yang memilih untuk beranjak dari tempatnya berpijak. Lantas, Ganes mengulum senyum sebelum akhirnya mengepalkan tangan kanannya dengan erat.

"Liat, aja. Tiga bulan lagi, aku bakal datang ke hadapanmu! Ngasih slip gaji yang kamu tandatangani sendiri, Pak!"

Tawa jahat Ganes telah menggema hebat. Ia benar-benar merasa puas karena telah mendapatkan pekerjaan di tempat, di mana penguasa angkuh itu berkuasa.

"Gitu kemarenan, sok bilang enggak akan ada yang nerima aku. Anehnya, kita bakal ketemu tiap waktu dan kamu enggak bakal ngenalin aku. Ironi sekali, bukan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status