Beranda / Rumah Tangga / Berbagi Suami / 5. Malam Pertama di Rumah Kiehl

Share

5. Malam Pertama di Rumah Kiehl

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 21:53:45

Selesai acara, Tania memasuki mobil yang dibukakan supir. Ia begitu berat melepaskan pelukkan mama. Ia melambaikan tangan di jendela mobil pada mama, papa, dan Angga, kakaknya, serta Isti, iparnya.

“Kamu baik-baik ya disana. Mama akan sering menjenguk kamu.”

Tania mengangguk.

Mobil berjalan diiringi air mata perpisahan Tania dan mama. Tania tak pernah membayangkan sebelumnya jika ia akan berpisah dengan mama secepat ini.

“Kalian bisa bertemu satu minggu tiga kali. Aku tidak masalah.”

Tania melirik Adrian yang duduk disampingnya, “Aku tidak bertanya pendapat kamu.”

“Aku tidak akan melarang kamu melakukan apapun. Tapi aku lebih senang jika kamu selalu minta izin, atas setiap yang akan kamu lakukan. Itu artinya kamu menghargaiku.”

Tania tak berniat membalas ucapan Adrian. Pikirannya jauh memikirkan kenapa bisa ia mengalami takdir ini. Ia tidak akan pernah lupa umpatan, cacian dan hinaan yang didengar sendiri ketika tak sengaja mendengar bahwa hampir semua asisten rumah tangga di rumah merendahkannya yang hamil diluar nikah dan memilih menikah dengan pria beristri.

Kalau bukan papa yang mengambil keputusan, ia akan memilih tidak menikah dengan siapapun, dan mengaborsi bayi ini. Tak sudi ia harus mengurus anak yang tak tahu berasal dari benih siapa.

Mobil berhenti. Netra Tania terpaku pada sebuah fasad rumah yang lebih besar dari rumah papa yang ia tinggali selama ini. Pantas saja papa bersikukuh memintanya untuk menikahi pewaris tunggal keluarga Kiehl.

“Masuk,” pinta Adrian ketika Tania hanya berdiri disamping mobil, “Wini dan orang tuaku menunggu di dalam.”

“Apa aku... akan tinggal disini?”

“Tentu. Ini rumah kamu juga. Ayo.”

Tania berjalan disamping Adrian. Ia berharap hidupnya di rumah ini akan memberikan suasana baru. Meski belum menerima sepenuhnya takdir menikahi pria beristri yang otomatis membuatnya jadi istri kedua, mau tak mau Tania harus tetap menjalani hidup.

“Selamat datang Tania.” Wini, kedua orang tua Adrian dan beberapa asisten rumah tangga menyambut di ruang tamu.

Tania tersenyum menghargai usaha mereka mau menerima kehadirannya disini.

“Semoga kamu betah ya tinggal disini.” perempuan paruh baya yang terlihat lebih tua dari mama menghampiri, “Hidup keluarga Kiehl bergantung pada kesehatan dan kebahagiaan kamu.”

Tania paham maksud mertuanya apa. Ia tersenyum dipaksakan. Mereka hanya menginginkan bayi itu, bukan dirinya. Jadi sikap baik mereka, tidak lain hanya karena ia bisa melahirkan cucu yang sehat untuk pewaris keluarga Kiehl.

“Kamu jangan berkecil hati dengan hal yang menimpamu. Semua orang disini menerima kamu dengan baik. Ayah berharap, setelah menjadi istri Adrian dan madu Wini, kalian bisa hidup dengan baik bersama-sama.”

Tania lagi-lagi hanya tersenyum.

Wini menghampiri Tania, “Kita akan menjadi saudara. Kalau kamu butuh apa-apa, atau—mas Adrian nakal, kita bisa serang dia sama-sama.”

Semua orang tertawa.

“Terima kasih semuanya. Saya harap—kehadiran saya disini tidak mengganggu siapapun.”

Sepi. Suara tawa tadi benar-benar hilang.

Tania masih merasa kehadirannya menjadi istri kedua bukanlah sesuatu yang harus disambut baik. Ia bisa saja merencanakan sesuatu untuk merebut Adrian dari istri pertamanya yang sepertinya orang baik, jika ia mau.

Ia juga sebenarnya tidak pernah menyangka, keluarga Adrian sangat hangat memperlakukannya, membuatnya semakin merasa bersalah.

“Ekhem,” Adrian berdehem, “Tania pasti lelah. Dia sudah menjalani hari yang panjang. Tania akan istirahat lebih dulu. Mbok, tolong tunjukkan kamar Tania ya.”

“Baik, den. Mari non.”

“Sebentar, ibu mau pamitan dulu sama menantu baru.” ibu membawa tas tangan di meja dan mencium pipi kanan-kiri Tania, “Semoga kamu betah ya disini. Kalau butuh teman cerita atau apapun, kamu bisa minta Wini atau ibu.”

“Loh, ibu—gak tinggal disini?”

“Ini rumah Adrian dan Wini, yang sekarang jadi rumah kamu juga. Besok atau sesempatnya kamu, nanti main ya ke rumah ibu.”

“Ayah juga pamit. Kamu baik-baik disini. Kalau Adrian tidak menjaga kamu dengan baik, laporkan ayah saja. Biar ayah hukum dia.”

Tania tersenyum kecil.

“Non, ayo mbok antarkan ke kamar.” mbok Sayem menawari ketika ibu dan ayah sudah pulang.

“Mbok, biar aku aja.” Wini menyela, “Ayo, Tan. Kamar kamu ada disana. Sengaja di lantai satu karena aku takut kamu capek.”

Tania membuntuti Wini yang berjalan lebih dulu.

“Anggap saja rumah sendiri. Di belakang ada kolam renang, ada ruang gym, bioskop mini, dan taman. Kalo kamu mau keliling aku bisa—”

“Aku mau istirahat.”

Wini membalikkan badannya. Ia tersenyum, “Hamil itu membuat orang mudah capek, ya?”

“Maksud kamu?” Tania tersinggung, ia bertanya ketus.

Sadar madunya marah, Wini berusaha meluruskan pertanyaannya, “Maksud aku—aku gak tahu rasanya hamil. Aku sering dengar dari orang kalau aktivitas ringan apapun pasti bikin cepat lelah.”

“Ini kamarku?” tunjuk Tania pada sebuah pintu besar.

“Iya. Kalau kamu kurang berkenan, kamu bisa pindah ke kamar lain.”

“Dimana pun boleh. Aku masuk.” Tania buru-buru masuk dan menutup pintunya. Ia tak memberikan Wini kesempatan untuk menemaninya sebentar di kamar barunya.

Tania berdiri dibalik pintu. Ia bisa mendengar Adrian menghampiri Wini.

“Sayang? Tolong kasih waktu untuk Tania, ya?”

Wini terdengar tertawa, “Aku gak papa kok. Malam ini kamu tidur sama Tania, ya?”

Tania menunggu jawaban Adrian.

“Sayang, Tania—”

“Kasih dia waktu buat sendiri dulu. Nanti malem kamu masuk aja ke kamarnya. Tania pasti ngerti kok kalau kalian suami istri dan harus tidur satu kamar.”

Tak terdengar lagi suara obrolan diluar kamarnya. Tania tersenyum. Sudah pasti Adrian menolak tidur denganya.

Caranya untuk terus acuh ternyata sejauh ini berhasil. Ia memang sengaja membuat dirinya tidak bersahabat. Ia tidak mau jadi istri kedua yang terlihat ramah.

Jadi apakah ia bisa mempertahankan sifat yang bertolak belakang dengan dirinya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Berbagi Suami   105. Derita Istri Kedua

    Tania menyiapkan makan malam saat Adrian sibuk bermain dengan Noah dan Seraphina di ruang keluarga. “Non, bagaimana kondisi non Wini?” tanya mbok Sayem sambil menata meja. “Dokter bilang ada perkembangan baik. Kita doakan saja, mbok.” “Tentu, non. Mbok selalu mendoakan yang terbaik untuk non Wini.” “Meja siap, saya panggil mas Adrian dan anak-anak dulu.” “Iya, non.” Tania melenggang mendekati ruang keluarga. Noah sedang menghujami Adrian dengan banyak pertanyaan. Ia tertawa mendengar setiap pertanyaan polos anak sulungnya, membuat Adrian harus putar otak untuk menjawabnya. “..pa, kalo mama Wini bangun terus karena tidur terlalu lama, perasaannya jadi tidak bagus, bagaimana?” “Bagaimana mungkin sebuah perasaan berubah begitu saja hanya karena terlalu lama tidur?” “Aku lihat di tivi begitu. Ketika orang tidur terlalu lama perasaannya jadi buruk. Aku hanya takut mama Wini tidak suka aku dan adik Sera.” “Maksudmu?” “Aku memiliki dua ibu, aku lahir dari rahim mama Tan

  • Berbagi Suami   104. Belum Ada Titik Terang

    Tiga tahun kemudian.... “Mama! Aku mau liat mama Wini ke rumah sakit!” teriak Noah sambil berlari-lari membawa selembar kertas yang sudah ia gambar. “Iya, tapi adek harus mandi dulu.” tutur Tania sambil membuka baju Seraphina, adik Noah. “Memang adek boleh ikut?” “Nggak, adek di rumah sama nenek. Tapi adek harus mandi dulu. Kakak Noah tunggu di depan ya, sama pak Udin.” “Oke.” Noah berlari ke depan, memamerkan gambarnya berisi dua mama, satu ayah, dirinya dan Seraphina. “Sayang...” “Aku di kamar bawah, mas!” Adrian menghampiri Tania. Ia mengecup pucuk kepala istrinya dari belakang, “Noah mana?” “Dia di depan. Dia begitu tidak sabar bertemu Wini.” Adrian tertawa. “Dia begitu tidak sabaran mirip kamu.” “Apa yang kamu katakan? Bukankah itu kamu?” Tania mendelik kesal, “Kalau kita tidak sabaran, Seraphina tidak akan ada di dunia ini.” “Mau aku tolong mandikan Sera?” “Tidak. Kamu temani Noah saja. Dia membawa oleh-oleh untuk Wini.” “Baiklah. Aku tunggu di de

  • Berbagi Suami   103. Hidup yang Berubah

    Sudah satu minggu semua masih sama. Wini masih di ICU setelah dilakukan operasi untuk mengeluarkan pendarahan dalam jaringan otaknya. Ia terus berada di kesadaran koma, membuat Adrian dan Tania kehilangan minat hidup seperti semestinya. Mereka sama-sama tidak bicara dengan siapapun. Baik Adrian maupun Tania, merasa apa yang menimpa Wini belum bisa mereka terima. “Tania, Adrian, lebih baik kalian pulang. Mama yakin Wini akan segera bangun.” “Betul. Kita tidak pernah putus mendoakannya disini. Pulanglah, demi Noah.” Adrian melirik mama dan papa. Mereka terus menemaninya dan Tania di rumah sakit. Sedang ayah dan ibu belum bisa datang karena masih harus menyelesaikan urusan mereka di luar negeri. “Mama tahu kalian terpukul. Tapi Wini tidak akan pernah mau kalian begini. Sudah satu minggu kalian tidak pulang. Kasihan Noah.” Adrian menggenggam tangan Tania, “Mama dan papa ada benarnya. Kita pulang. Kita masih memiliki tanggung jawab pada Noah.” “Wini...” “Iya, aku tahu kamu

  • Berbagi Suami   102. Salah Korban

    Tania tidak bisa tidur mengingat ancaman mama Wini. Tadi begitu ia jatuh, ia langsung bangkit dan pergi. Ia menahan rasa nyeri dan takut pada Wini dan Adrian. Ia tidak mau merusak momen. Ceklek. “Kamu belum tidur?” Adrian mendekati ranjang. “Mas? Kenapa kesini? Ini jadwalmu bersama Wini.” Adrian tersenyum, “Kami sudah selesai.” “Lalu?” Tania takut Adrian akan minta jatah saat pikirannya sedang kalut. Adrian mengelus lengan Tania, “Tidak, aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin tidur disini, memelukmu sampai pagi.” “Mas, lebih baik kamu tidur bersama Wini. Kamu bisa memeluknya sampai pagi.” “Dia memintaku kesini. Dia kelelahan dan tidak ingin diganggu.” “Hm begitu. Tidurlah disini.” Adrian benar-benar memeluk Tania sampai pagi. Malam ini Noah tidak terbangun untuk minum susu. Ketika di cek popoknya di pagi hari, tidak begitu penuh. Suaminya masih tidur. Tania yang terjaga semalaman enggan membangunkannya. Pintu terbuka. Wini tampak berbeda hari ini. Rambutn

  • Berbagi Suami   101. Ancaman Nyata

    Tania mengumumkan ia dan Adrian tidak jadi bercerai pada semua orang di rumah, juga pada mama-papa. Mereka menyambut berita dengan penuh suka cita. “Bagaimana untuk merayakan ini kita semua makan diluar?” Adrian menawari. “Aku setuju, mas. Aku rasa sedang malas masak. Jadi idemu sangatlah bagus.” “Aku juga setuju. Sepertinya kita perlu menunjukkan pada orang-orang, kalau memiliki dua istri dan berbagi suami tidak selamanya buruk.” Adrian tersenyum. Ia merentangkan kedua tangannya siap dipeluk kedua istrinya. Wini dan Tania memeluk Adrian. “Aku harap hubungan kita terus seperti ini, mas.” Wini menuturkan doanya. “Aku juga. Masalah pasti ada, tapi aku percaya kalau kita pasti selalu bisa melalui semuanya dengan baik.” Tania juga menuturkan doanya. “Pasti. Kita hanya perlu bersabar. Ayo bersiap. Aku tunggu istri-istri cantikku bersama tuan muda, Noah.” Semua tertawa. Wini dan Tania sudah siap. Mereka mengenakan gaun yang sudah dipesan Adrian secara khusus. Semua asi

  • Berbagi Suami   100. Satu Malam dengan Noah

    Tania melirik Adrian, “Mas Adrian bilang, Noah—sakit.” Wini tersenyum, “Noah sehat. Mas Adrian yang sakit.” Tania lagi-lagi melirik Adrian, “Kamu tega membohongiku?” “Aku pikir kamu tidak akan datang, jika aku tidak bilang Noah sakit.” “Kamu tidak perlu bohong!” “Gendonglah Noah. Kamu berikan asi langsung. Aku tidak tahu harus mengatakan apa jika dia bertanya ketika besar, siapakah yang mengurusnya saat ia masih bayi.” Tania menatap Noah. Ia menerimanya dari Wini, “Jaket ini...” “Noah selalu menangis jika baumu hilang, Tan. Mamamu sering datang kesini membawa baju-baju bekasmu untuk menemani Noah dan—mas Adrian tidur.” Wajah Adrian merah padam. “Jadi sekarang yang merindukanku ada dua orang?” pancing Tania. Wini tertawa, “Aku tinggal, aku akan buatkan kamu masakan yang enak. Berbincanglah dengan mas Adrian.” Tania dan Adrian diam saja setelah Wini pergi. Masing-masing dari mereka tidak tahu harus membicarakan apa. “Kamu tidak perlu memberikanku bodyguard lagi.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status