Menahan diri dari godaan Mili di dalam sauna, membuat Firzan semakin menyadari kalau wanita seksi itu mempunyai ketertarikan padanya. Tapi, setelah keluar dari salon ia kembali tak bisa menolak saat Mili memintanya untuk melakukan make over penampilannya.
Akan jadi seperti apa diriku menggunakan pakaian dan sepatu bermerk serta rambutnya dicukur di barber shop mahal? rasa penasaran terdetik di hati Firzan.
“Aku merasa menjadi orang yang paling beruntung hari ini,” ucap Ray kepada Firzan saat menunggu Mili dan Angela sedang memilih-milih pakaian untuk mereka berdua di sebuah toko baju ternama. “Tidakkah kamu merasa beruntung disukai Mili?” tanya Ray.
“Enggak tahu harus bilang apa, Ray. I’m confuse,” ucap Firzan.
“Jangan terlalu berpikir menggunakan perasaan, it’s my advice. Kita jangan pernah merasa berada dalam posisi yang salah ketika ada seorang wanita menyukai kita, terlepas wanita itu sudah mempunyai pasangan, itu bukan urusan kita, it’s her problem with her couple. Kamu setujukan dengan pendapatku?”
“Ada benarnya juga, sih.”
“Asal jangan pernah mengambil keuntungan atau memanfaatkan mereka, kita hanya menerima yang mereka tawarkan. I hope you understand,” tambah Ray.
Firzan hanya mengangguk-angguk kecil mendengar ucapan Ray, dia berpikir ada benarnya juga. Toh semua ini keinginan Mili, aku tidak harus menyalahkan diriku jika dia tidak jujur dengan suaminya, batin Firzan menyimpulkan ucapan Ray.
“Ray... Firzan... come here!” Angela dari kejauhan melambaikan tangan, di tangannya tampak beberapa potong pakaian telah berhasil dipilihnya untuk Ray, demikian juga dengan Mili, dia terlihat begitu antusias ingin mendandani mainan barunya.
Angela memilihkan Ray sebuah hem berwarna putih dengan beberapa motif di bagian dada serta belakang dan sebuah celana panjang fit berwarna putih polos. Sedangkan Mili memilihkan kemeja lengan panjang berwarna navy, dan celananya warna katun krim untuk Firzan.
“How, is it good?” ucap Ray setelah keluar dari fit room sambil bergaya seperti model meletakan kedua tangannya di pinggang.
“Very nice look, kamu tambah kelihatan macho,” komentar Angela.
“Iya, cocok bajunya dengan kamu, Ray, sengaja Angela memmilihkan hem ukuran fit agar otot-ototmu bisa tampak, dan potongan celanamu yang fit juga dan berbahan tipis itu juga menyimbangkan penampilanmu. Pokoknya kamu kelihatan keren banget, Ray!” Mili tak mau ketinggalan mengomentari.
“Thank you ladies...” ucap Ray sambil tersenyum lebar dengan kedua tangannya masih di atas pinggang bergaya seperti seorang model.
Di dalam fit room, Firzan mengagumi penampilannya sendiri di dalam cermin. Tidak pernah terbayangkan dirinya bisa memiliki pakaian semahal itu, melihat bandrol harganya yang menempel di baju, membuatnya berpikir, harga baju dan celana ini, cukup untuk kebutuhan hidupnya sebagai mahasiswa selama sebulan.
Saat keluar fit room, Angela, Ray, dan Mili langsung terdiam, mereka speechless melihat penampilan Firzan dengan pakaian yang sedang dia kenakan.
“Perfect!” ucap Angela sambil mengacungkan ibu jarinya.
“Kalau aku wanita, I will love you and I wanna marry you... hahahaa...” canda Ray untuk memuji penampilan Firzan dengan pakaian barunya.
Sementara Mili masih tak tahu harus berkata apa, dia hanya tersenyum-senyum menonton keindahan di depan matanya. Hatinya semakin yakin untuk memperjuangkan hasratnya kepada bidadara surga di depan matanya.
“Say something, Mili...” usik Ray kepada Mili.
“Apa ya? Aku mau bilang ini keterlaluan...” ucap Mili memotong ucapannya.
“Keterlaluan?’ tegas Ray
“Maksudku keterlaluan gantengnya gitu lho...,” canda Mili.
Ray dan Angela tertawa, demikian pula Firzan yang sedang dipuji membuat senyumnya kian melebar.
Seperti kata Ray, Firzan berusaha melalui semuanya denga rileks, karena bukan dia yang menginginkan semuanya, dia hanya si penerima, termasuk saat Mili membelikan barang-barang yang lain seperti sepatu, sabuk dan parfum, dia hanya menerimanya dengan menunjukan rasa gembira dan terima kasih kepada Mili.
Acara dinner club mamah muda baru dimulai pukul delapan malam, Mili telah membooking resto hotel di sana untuk sepuluh orang. Selain membooking tempat makan, dia juga membooking 2 kamar Deluxe Twin dan 1 kamar Suite Executive.
Kamar deluxe twin mereka gunakan untuk beristirahat setelah seharian menghabiskan waktu diluar.
Firzan merebahkan tubuhnya di kasur terempuk yang pernah ditidurinya, begitu juga dengan Ray yang sudah terlebih dahulu terbaring di kasurnya yang berseberangan dengan tempat tidur Firzan.
“I need a sleep a moment,” ucap Ray mulai memejamkan matanya.
Demikian halnya Firzan, cukup merasa lelah, tetapi dia tidak bisa memejamkan mata. Yang dilakukannya adalah menepuk-nepuk pipinya sendiri untuk meyakinkan dirinya yang sedang berada di hotel mewah ini adalah nyata atau dia sedang bermimpi. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya seharian ini, sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Tapi, masih ada satu hal lagi yang membuat risau pikirannya. Acara nanti malam hanya semata-mata makan malam atau ada niat tersembunyi yang sudah direncanakan Mili dan kawan-kawannya?
"Aku sangat khawatir terjebak dalam permainan mereka," batin Firzan menerawang di langit-langit kamar hotel yang putih dan bersih...
Gunawan baru saja menelepon istrinya, menanyakan keadaan di rumah, dan memberitahu bahwa dia belum bisa pulang ke Jakarta. Di obrolan via whatsapp tadi Mili mengutarakan keinginannya.“Pah, tadi di jalan Mama hampir nabrak lho, Pah,” ucap Mili mengarang cerita untuk mendapatkan keinginannya.“Makanya Mama dicarikan supir pribadi dong, Pah, biar kalau pergi ke mall juga Mama enggak repot-repot harus cari parkiran sendiri, kan bete, Pah!” “Kayaknya Baskoro aja sudah cukup, Mah, dia juga kan bisa nganter Mama.”“Dia kan supir pribadi Papa, lebih sering nganter Papa kemana-mana. Enggak mau, Pah, pokoknya Mama pengin punya supir pribadi juga!”“Ya, udah nanti kita bicarakan lagi kalau Papa sudah sampai Jakarta ya?” putus Gun. Mili di sana sudah berencana menjadikan Firzan sebagai supir pribadi. Selain membujuk suaminya, dia juga akan minta bantuan Baskoro, agar adiknya mau menjadi supir pribadinya. Cinta akan tumbuh jika kita selalu bersama, begitu yang ada di pikiran Mili terhadapa Firz
Di rumah kontrakan, sudah tiga hari Baskoro sakit, Tini tanpa mengeluh merawat suaminya dengan telaten. Begitu juga Farel anak semata wayangnya tidak rewel dari biasanya karena tahu ayahnya sedang sakit. Tapi pagi ini anak kecil yang gigi tengahnya ompong itu jadi berisik ingin segera mandi dan berpakaian karena Om Firzan akan membawanya pergi makan ke restoran fast food yang memiliki arena bermain. Saat melihat Firzan muncul dari balik pintu depan dia langsung mendekati dan memeluk tubuh om-nya. Firzan pun mendaratkan beberapa ciuman di pipi Farel untuk menunjukan rasa sayangnya kepada keponakannya itu. Bukan hanya kepada Farel, Firzan memang menyukai anak-anak kecil.Baskoro yang sedang duduk di kursi, mengecilkan volume TV saat sebuah panggilan masuk ke dalam handphone-nya. “Ya halo, Pagi Pak Gun...” sapa Baskoro kepada boss-nya di sana.“Pagi Bas. Oh iya kamu masih sakit, Bas?” tanya Pak Gun.“Sudah baikan Pak, besok sudah mulai kerja. Bapak nanti sore ya balik dari Surabaya,
Keluar dari suite room, Firzan ingin menghirup oksigen sebanyak-banyak untuk menghilangkan rasa sesak dan gemuruh di dadanya atas kejadian yang baru saja dia alami. Dia telah berperang melawan batinnya yang cukup sulit dia putuskan. Antara takut mengecewakan Mili dan merasa direndahkan oleh perempuan itu. Firzan yakin, semuanya sudah diatur untuk menjebaknya dalam situasi tersebut. Menyuruhnya mengembalikan tas Angela ke kamarnya, sangat jelas itu sudah terencana. Walaupun naluri lelakinya begitu bergelora saat melihat orang bercinta di depan matanya, ditambah dipaksa meraba dada seorang wanita, adalah sebuah godaan yang sukar ditolak oleh lelaki normal manapun di dunia ini, tapi Firzan berhasil mengambil keputusan yang terbaik yang harus dia pilih.Firzan mengingat kebaikan Pak Gun yang telah menghidupi keluarga abangnya selama bertahun-tahun menjadi sopir pribadinya, dia merasa sangat lancang sampai berani mengambil kesempatan pada istri orang yang telah menanamkan budi baik bagi k
Pintu Suite room yang dituju Firzan sudah berada di hadapannya, lalu dia mengirim pesan whatsapp kepada Mili sudah berada di depan pintu. Mili menyuruh Firzan masuk karena pintu tidak dikunci. “Sini tasnya, kamu duduk dulu di sofa sebentar, nanti kita turun bareng sebentar lagi ya,” ucap Mili saat Firzan sudah berada di dalam kamar yang luas itu. Mili mengambil tas dari tangan Firzan lalu menuju ke kamar Angela, meninggalkan Firzan sendiri duduk di atas sofa di bagian depan suite room.“Firzan...” ucap Mili berdiri di ambang pintu kamar, “Ke sini sebentar, aku ingin menunjukkan kamu sesuatu...” tambah Mili sambil melambaikan tangannya.“Ada apa, Tante?” tanya Firzan perasaannya semakin tidak nyaman.Mili meraih tangan kanan Firzan yang terasa dingin, lalu mengajaknya masuk ke dalam kamar.“Apa-apaan ini, Tante...” ucap Firzan kaget, sambil menarik tangannya dari pegangan Mili dan mundur dua langkah saat melihat di dalam kamar itu Ray sedang bergumul bersama tiga orang wanita di atas
Di akhir acara makan malam yang menghebohkan, Ray memilih Salsa sebagai pemenang games menjilat es krim. Bersama Angela dan Vira dia berhak merenggut keperjakaan berondong berotot dari Bali yang mengaku belum pernah berhubungan intim dengan wanita mana pun.Ray segera menggiring ketiga teman kencannya ke dalam suite room yang sudah dibooking. “Selamat bersenang-senang ya, ladies...” ucap anggota Mamih Rumpi dan Mamah Muda yang malam itu tidak kebagian jatah kencan, tapi mereka merasa bahagia bisa hadir ke acara dinner itu, terutama karena kehadiran si tampan Firzan yang tidak tahu kalau di akhir acara itu ada sesi bobo bareng,Di dalam kamar mewah itu, ada sebuah ranjang yang berukuran super king yang empuk dan sangat nyaman untuk ditiduri. Ray dan ketiga wanitanya malam ini akan menikmatinya.“Ladies, all of you sit down please!” Ray meminta ketiga teman kencannya duduk di kursi empuk yang ada di dalam kamar itu. “First, Vira, come here... open my clothes, please...”Vira pun denga
Masih di ruang VIP restoran Shangri-La hotel, permainan memasukan pisang ke dalam mulut dimenangi oleh Vira dan Angela. Dua wanita itu berpelukan untuk meluapkan rasa senangnya, wanita yang lain ikut memberi selamat kepada mereka. Salsa tampak kecewa, karena dia sangat berharap bisa bermesraan dengan berondong berotot dengan warna kulit cokelat yang eksotis dari Bali itu. Acara dinner dilanjutkan, para wanita sudah duduk kembali ke meja masing-masing untuk menyantap main course yang mulai dihidangkan. Ray pun ikut duduk bersama di samping Angela untuk menikmati makan malam dengan berbagai menu yang sudah dipesan Mili, mulai dari steak, BBQ chicken, pasta, thai steam fish, dan ada juga menu tradisional Indonesia. Selesai menyantap hidangan utama, Mili memberi pengumuman bahwa Ray ingin menambah satu slot lagi untuk diajak bermesra dengannya di kamar hotel, untuk menemani Angela dan Vira.“Mauuu...” teriak para wanita kompak. Ray hanya tersenyum melihat keseruan di hadapannya.Kalau