"Kau akan datang menemui Alexander besok?" tanya Reiner sembari membantu menurunkan resleting gaun merah yang Lauryn kenakan.
"Aku cukup penasaran apa yang akan dibicarakan oleh Alexander. Pria manipulatif itu pasti ingin menekanku lagi dengan menggunakan mendiang Ibu." Kebencian akan selalu terlihat di mata Lauryn ketika ia membicarakan tentang Alexander William dan keluarganya.
Orang-orang itulah yang telah membuat hidupnya menjadi seperti ini. Tidak memberinya pilihan lain selain melakukan hal-hal yang mereka inginkan.
"Aku akan mengirimkan penjaga bersamamu." Reiner mengkhawatirkan keselamatan Lauryn. Mungkin saja Alexander akan mencoba untuk membunuh Lauryn lagi. Ia lebih baik berjaga-jaga daripada harus kehilangan Lauryn.
Lauryn
Lauryn memasuki kediaman megah Alexander yang bergaya Eropa. Ia melangkah dengan dagu yang terangkat, wajahnya terlihat tanpa emosi.Pelayan di kediaman itu terkejut karena kedatangan Lauryn setelah berbulan-bulan tidak pernah melihat wajah Lauryn. Dahulu pelayan di kediaman itu bahkan berani menindas Lauryn, tapi saat ini mereka tidak berani lagi melakukannya karena terintimidasi oleh tatapan dan aura Lauryn yang mengerikan.Langkah kaki Lauryn terhenti ketika suara penuh kebencian Irene terdengar di telinganya."Kau rupanya masih memiliki nyali datang ke kediaman ini." Irene menatap Lauryn seolah Lauryn merupakan manusia paling hina di dunia ini."Kenapa aku harus takut, Irene? Sebelumnya aku telah mendatangi tempat mengerikan ini s
Setelah dari kediaman Alexander, Lauryn menghubungi seseorang. Ia mengajak orang itu untuk bertemu di sebuah restoran.Lauryn menunggu selama lima menit sebelum akhirnya seorang wanita datang mendekat padanya."Lauryn?" tanya wanita itu sembari memperhatikan Lauryn."Aku tahu Anda pasti akan datang, Nona Janice." Lauryn tersenyum pada wanita yang seumuran dengannya itu. "Silahkan duduk."Wanita yang bernama Janice menarik kursi lalu kemudian duduk di depan Lauryn. "Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya? Sebelumnya kita tidak saling mengenal sama sekali.""Aku hanya ingin menawarimu bantuan.""Seseorang tidak akan menawari bantua
"Ada yang bisa aku bantu, Lauryn?" tanya Reiner yang berdiri di sebelah Lauryn yang saat ini sedang mengiris bawang."Tidak ada. Kau bisa membiarkan aku sendiri di sini," balas Lauryn."Baiklah. Kalau begitu aku pergi ke ruang kerja untuk melakukan rapat melalui panggilan video.""Ya."Reiner meninggalkan Lauryn di dapur sendirian. Ia memiliki beberapa hal yang harus dibahas dengan beberapa pegawainya.Lauryn menggunakan dapur Reiner dengan baik. Meski peralatan di dapur Reiner berbeda dengan dapur kecil miliknya, tapi ia sudah cukup mengenal beberapa peralatan dan cara menggunakannya.Satu jam lebih Lauryn berada di dapur, dan ia s
Lauryn memainkan cairan berwarna seperti ruby di dalam gelasnya. Ia menggerakan tangannya, membuat cairan itu menari-nari di dalam sana.Beberapa saat lalu, Lauryn menerima kabar dari Janice bahwa Janice berhasil memendangkan mega proyek yang juga diincar oleh Alexander.Tidak sulit bagi Lauryn untuk mengetahui tentang proposal apa yang ditawarkan oleh Alexander. Ia telah menyelinap ke ruang kerja Irene. Lalu mengcopy data yang ada di komputer Irene.Lauryn tidak hanya membuat Alexander kehilangan proyek bernilai jutaan dolar, tapi ia juga membuat Alexander semakin kecewa pada Irene.Bagaimana bisa proposal yang sudah disiapkan selama berbulan-bulan bisa berpindah tangan ke kompetitor. Alexander pasti akan menyalahkan Irene.
"Bagaimana kau bisa bertunangan dengan pria sampah seperti itu, Lauryn?" Reiner bertanya setelah pelayan pergi meninggalkan ruangan."Alexander memikirkan rencana cadangan agar aku tetap mematuhinya, dan rencana konyol itu adalah Lorenzo. Alexander kira aku akan tergila-gila pada Lorenzo, tapi sungguh itu benar-benar sebuah rencana yang gagal. Aku menerima pertunangan dengan Lorenzo hanya karena ingin mengikuti permainan Alexander.""Kau tidak menyukai pria itu, kan?"Lauryn terkekeh geli. "Aku memiliki standar yang tinggi, Reiner. Aku pasti sudah kehilangan akal jika aku menyukai pecundang seperti Lorenzo.""Aku lega mendengarnya," seru Reiner."Kau cemburu, hm?"
Mobil Lauryn sampai di parkiran kediaman Reiner. Rasa sakit di perut Lauryn masih terasa karena dua tendangan Mavrick.Ketika Lauryn keluar dari mobilnya, Grace segera menghampiri Lauryn. "Apa yang terjadi pada Anda, Nyonya?" tanya Grace sembari melihat ke mobil Lauryn yang lecet di mana-mana."Hanya masalah kecil, Grace," jawab Lauryn."Apakah Anda terluka?""Tidak. Aku tidak terluka." Lauryn menjawab cepat. "Aku akan istirahat dulu.""Baik, Nyonya."Lauryn melewati Grace. Ia melangkah masuk ke bangunan utama kediaman Reiner.Grace segera mengeluarkan ponsel dari saku setelan kerj
Orangtua Lorenzo murka setelah mengetahui putranya berakhir di rumah sakit. Mereka langsung meninggalkan London ketika mereka menerima kabar putra semata wayang mereka mengalami patah tulang rusuk.Sekarang mereka sudah sampai di rumah sakit. Hati orangtua Lorenzo sakit ketika melihat putranya yang tampak menyedihkan."Apa yang terjadi pada putraku?" tanya ayah Lorenzo pada asisten Lorenzo."Tuan Lorenzo pergi untuk makan siang di sebuah restoran Jepang, di sana Tuan Lorenzo bertemu dengan Nona Lauryn dan Tuan Reiner. Tuan Lorenzo mengatakan sesuatu yang membuat Tuan Reiner tidak senang, lalu Tuan Reiner menyerang Tuan Lorenzo." Asisten Lorenzo menjelaskan berdasarkan yang ia tahu."Bajingan itu berani sekali memukul putraku. Dia berp
"Aku tidak ingin melakukan pertemuan apapun dengan Lorenzo." Reiner memberikan jawaban pada Jeff. Asistennya itu memberitahunya bahwa Lorenzo menghubunginya dan ingin bertemu dengannya."Baik, Pak." Jeff mengerti dengan baik ucapan Reiner. "Tidak ada lagi yang ingin saya sampaikan, selamat malam, Pak.""Ya." Reiner meletakan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.Dari arah belakang Lauryn memeluk tubuh gagah Reiner. "Kenapa Lorenzo ingin bertemu denganmu?" tanya Lauryn.Reiner membalik tubuhnya, ia memandangi wajah cantik wanitanya. "Aku menghancurkan perusahaannya. Dia mungkin ingin meminta belas kasihan.""Lorenzo pasti sedang menderita sekarang. Pria itu sela