Share

63

Penulis: Elysian
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 23:59:39
Melody melirik Leo yang tengah asyik berbincang dengan para eksekutif lain. Yakin Leo tak akan mencurigai gerak-geriknya, Melody menyentuh tangan suaminya itu. Leo sontak menoleh pada Melody. Rautnya terlihat sumringah dan puas, menandakan ia masih menikmati euforia keberhasilannya.

"Hm? Ada apa, Mel?" tanyanya.

"Aku harus ke kampus. Ada kelas mendadak," ucap Melody berusaha meyakinkan.

Leo mengernyitkan kening. "Kelas mendadak? Siapa dosennya?"

Melody merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana dia bisa lupa kalau Leo juga mahasiswa di kampusnya. Bahkan, Leo adalah salah satu dari asisten dosen.

"Itu... bukan kelas sih. Lebih ke FGD sama anak-anak kelas Pengantar Bisnis," jawab Melody setelah berhasil memutar otak, menemukan kelas yang dosennya tidak memiliki sangkut paut dengan Leo.

"I see..." Leo melirik para eksekutif yang masih saling berbincang. Ini merupakan kesempatan emas baginya untuk berbaur. "Kamu bisa diantar Pak Feri aja 'kan?"

Melody menggeleng cepat. "Gak usah.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   68

    Melody tetap tak menggubris Shane yang masih berdiri di sampingnya. Dia lebih memilih memperhatikan derasnya hujan sembari berharap agar hujan lekas berhenti agar dia bisa pulang. Tubuhnya lelah pasca aktivitasnya tadi.Melihat Melody kembali diam, Shane berucap lagi. "Leo kemana? Kenapa kamu sendiri di sini?""Kerja," jawab Melody singkat.Shane mengerutkan kening. "Jam segini?""Kayak Mas gak pernah kerja jam segini aja," balas Melody ketus."Iya. Aku tahu aku sering lembur sampai jam segini, tapi itu gak membuat aku meninggalkan kamu sendiri di hotel."Akhirnya, Melody mulai terpancing. Dia menatap tajam pada Shane."Terus kenapa? Toh, aku bukan anak kecil yang harus ditemani setiap saat."Shane menghela nafas lalu kembali berucap. "Kalau mau pulang, aku antar.""Gak perlu. Aku nginap di sini saja," sahut Melody dingin.Tidak mau berlama-lama mengobrol dengan Shane, Melody berbalik dan berjalan kembali memasuki hotel. Dengan menggunakan lift, dia kembali ke kamar yang tadi ia tempa

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   67

    Melody meringis begitu penyatuannya dengan Leo dimulai. Dia pernah berhubungan badan satu kali dengan Shane kala itu. Dia ingat, momen pertamanya bahkan tidak terasa sesakit ini. Barangkali karena dia hanya pernah melakukannya sekali, sehingga kali keduanya setelah sekian lama rasanya sangat perih.Sembari meringis sekaligus berpegangan pada kedua bahu Leo, Melody mencoba mengingat-ingat apakah ada yang salah dengan posisinya saat ini, akan tetapi posisi ini adalah yang paling normal. Satu-satunya yang berbeda dengan kali pertamanya adalah, Leo tidak benar-benar mempersiapkan Melody. Begitu ia menanggalkan pakaian Melody dan juga pakaiannya, Leo langsung menautkan tubuh mereka begitu saja.Nafas Leo sedikit tersengal selagi ia menggerakkan pinggulnya. "Hah... Mel..."Melody menggigit bibir bawahnya. Matanya berkaca-kaca karena menahan rasa perih, namun Leo seolah tidak peduli dan terus bergerak dengan kasar seakan-akan ia sama sekali tidak menikmati momen ini, melainkan hanya terburu-

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   66

    Melody tidak mengerti apa yang tengah terjadi pada dirinya. Semenjak ibunya tiba-tiba pergi bersama si pria selingkuhan lalu disusul dengan kematian ayahnya, Melody merasa hidupnya hampa dan tidak memiliki makna lagi. Seakan perceraiannya dengan Shane kala itu belum cukup menyakitkan, dia harus dihadapkan dengan berbagai kejadian yang tak kalah menyakitkan.Oleh karena itu ketika Leo bertingkah tidak sesuai dengan nalar Melody, Melody tidak bisa mengekspresikan ketidaksetujuannya dengan baik. Normalnya, dia akan mengamuk ketika Leo tiba-tiba mengiriminya tagihan biaya bulanan dan meminta Melody untuk mengganti tujuh puluh persen. Dulu saja, Shane dibuat kewalahan dengan sikap Melody yang mudah tantrum ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.Kali ini, Melody sendiri tak percaya dia bisa memendam semua ketidak tenangan yang tengah ia rasakan. Setelah menghabiskan waktu di cafe bersama Jena, Melody bahkan masih sempat menemani Jena latihan di studio kemudian mereka perg

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   65

    Setelah kelas selesai, Melody berjalan gontai keluar gedung fakultas. Di koridor, ia berpas-pasan dengan Giselle yang sepertinya tengah berjalan ke arah ruang bimbingan. Melihat Giselle tersenyum padanya, Melody juga balas tersenyum dan mengangguk sopan. Giselle memperlambat langkahnya dan berhenti sejenak di dekat Melody. "Abis kelas, Mel?" Melody mengangguk. "Iya. Kak Giselle mau bimbingan?" Giselle melirik jam tangannya dan mengangguk. "Iya nih. Tadi udah janjian sama Pak Edi sejak jam sembilan, eh beliaunya baru datang sekarang. Jadi aku ke kantin dulu tadi." Melody tidak begitu fokus pada kata-kata Giselle, melainkan ke arah jam tangan bermerk Cartier yang melingkar manis di pergelangan tangan Giselle yang ramping. Sebelum ini, Melody tidak pernah sekalipun memperhatikan apapun yang dikenakan orang lain. Meski bukan penggila fashion, Melody tahu harga barang-barang itu. Dia memiliki satu yang dulu dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke delapan bela

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   64

    Beberapa hari setelah Leo resmi dilantik menggantikan posisi ayah Melody di perusahaan, pria itu semakin sibuk dan hampir tidak pernah menghabiskan waktu di rumah. Tidak jarang Leo juga harus sampai menginap di luar. Melody memaklumi itu. Selain karena masih sibuk dengan program magisternya, ada banyak masalah juga yang harus Leo selesaikan di perusahaan.Meski usianya masih terlalu muda untuk menduduki jabatan direktur, juga menuai kontroversi dari beberapa pihak, tapi Leo berhasil membuktikan bahwa dia layak mendapatkan posisi itu. Dengan bantuan para eksekutif lain, Leo sanggup menangani satu persatu masalah.Malam ini terhitung sudah satu bulan semenjak menikah. Leo sama sekali tidak pernah menuntut haknya sebagai suami pada Melody. Jika tidak menginap di kantornya, Leo akan pulang tengah malam dan langsung memutuskan untuk beristirahat. Melody tidak mempermasalahkan hal ini. Justru dia merasa bersalah pada suaminya itu.Melody masih terjaga ketika waktu telah menunjukkan pukul se

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   63

    Melody melirik Leo yang tengah asyik berbincang dengan para eksekutif lain. Yakin Leo tak akan mencurigai gerak-geriknya, Melody menyentuh tangan suaminya itu. Leo sontak menoleh pada Melody. Rautnya terlihat sumringah dan puas, menandakan ia masih menikmati euforia keberhasilannya. "Hm? Ada apa, Mel?" tanyanya. "Aku harus ke kampus. Ada kelas mendadak," ucap Melody berusaha meyakinkan. Leo mengernyitkan kening. "Kelas mendadak? Siapa dosennya?" Melody merutuki dirinya dalam hati. Bagaimana dia bisa lupa kalau Leo juga mahasiswa di kampusnya. Bahkan, Leo adalah salah satu dari asisten dosen. "Itu... bukan kelas sih. Lebih ke FGD sama anak-anak kelas Pengantar Bisnis," jawab Melody setelah berhasil memutar otak, menemukan kelas yang dosennya tidak memiliki sangkut paut dengan Leo. "I see..." Leo melirik para eksekutif yang masih saling berbincang. Ini merupakan kesempatan emas baginya untuk berbaur. "Kamu bisa diantar Pak Feri aja 'kan?" Melody menggeleng cepat. "Gak usah.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status