Sebuah pesta setelah upacara pernikahan diadakan. Para tamu bergantian memberikan ucapan selamat kepada Eros.
"Mika, kemarilah! Aku akan memperkenalkanmu pada teman-temanku," Eros memanggilnya."Wah, istrimu cantik sekali ya?" Teman Eros menganga kagum ketika melihat kecantikan Mika. Eros tersenyum, tampak bangga."Tentu saja dia cantik, aku pandai memilih istri, kan?" Eros meraih pinggang Mika dan memeluknya dengan erat. Mika hanya bisa tersenyum dengan terpaksa."Benar, kamu sangat pandai memilih istri. Tapi aku tidak pernah mendengar kamu menjalin hubungan serius dengan seorang wanita dan sekarang tiba-tiba kamu menikah." Mika melihat Eros yang terlihat gugup saat mendengar perkataan temannya. Ia menyadari bahwa Eros tidak memiliki jawaban atas perkataan temannya itu."Kami berteman sejak kecil, dan kami bertemu lagi setahun yang lalu." Mika berbohong, dan Eros terkejut karena Mika yang menjawab pertanyaan tersebut."Benarkah? Tidak heran! Eros jarang sekali mau menjalin hubungan serius dengan wanita. Dia lebih suka bermain-main dengan banyak wanita." Mika cukup terkejut mendengarnya, tapi ia bisa tahu karena Eros tampak tidak suka dengan perjodohan mereka."Itu sudah lama sekali, sekarang aku sudah menikah. Yang terpenting sekarang aku punya istri yang cantik. Bukankah itu benar, Mika?" Mika hanya bisa menganggukkan kepala dengan canggung.Di tengah-tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba Eros melambaikan tangannya seperti memanggil seseorang."Kai!" Eros memanggil dan nama itu membuat Mika terkejut. Mika menoleh ke arah panggilan Eros dan melihat seorang pria yang tidak asing baginya."Eros, selamat atas pernikahanmu!" Kai berjalan mendekat sambil tersenyum lebar dan menatap Eros. Sementara Mika masih berdiri kaget menatap pria itu dengan tidak percaya.Jadi tadi ia tidak salah lihat? Pria itu benar-benar Kai ...
"Terima kasih, aku sangat senang kamu datang," jawab Eros, keduanya tampak berpelukan singkat. Tubuh Mika membeku saat kedua pria di depannya berjabat tangan."Sejak kapan Eros, yang dikenal suka bersenang-senang dengan banyak wanita, memilih untuk menikah?" Sepertinya semua teman dekat Eros terkejut karena Eros tiba-tiba menikah."Aku harus menikah kalau tidak, ayahku akan terus mengomel." Kedua pria itu masih asyik berbincang-bincang. Eros menoleh ke arah Mika, bermaksud untuk memperkenalkan Mika kepada Kai tapi ada yang aneh dengan istrinya."Mika," Eros memanggilnya, dia memanggilnya tapi Mika sepertinya tidak mendengarnya."Mika, kamu baik-baik saja?" Sekarang Eros memanggilnya sambil memegang lengan Mika."Ah ya, aku baik-baik saja." Mika tersadar dari lamunannya dan semakin terkejut karena Kai sudah berdiri di depannya."Ini adalah sahabatku, Kaiden." Eros akhirnya bisa memperkenalkan sahabatnya pada Mika dan Mika terpaksa tersenyum pada Kai meskipun ia masih merasa takut. Dia takut Kai akan mengatakan apa yang terjadi pada mereka dua minggu lalu."Halo, jadi namamu Mika, ya?" kata Kai, menyeringai seolah-olah dia bisa membaca pikiran Mika."B-benar. Senang berkenalan denganmu, Kai," jawab Mika gugup. "Mika kamu harus berhati-hati karena Eros adalah seorang playboy." Berbeda dengan Mika, Kai terlihat santai dan berbicara dengan Mika seolah-olah mereka belum pernah bertemu sebelumnya."Jangan dengarkan dia! Ah, mengapa orang-orang begitu senang merusak reputasiku di depan istriku?" Kai hanya tertawa dan menarik pundak Eros untuk dirangkulnya."Tidak, aku hanya bercanda. Semoga Eros bisa menjadi suami yang baik untukmu." Eros dan Kai menikmati percakapan mereka. Sampai Kai mengalihkan pandangannya ke Mika dan tatapan Kai membuat Mika kaget lagi. Ia segera membuang muka dan melihat ke arah lain, tapi Mika tahu bahwa Kai masih menatapnya."Mika, sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya. Apakah kita pernah bertemu di suatu tempat?" Kai bertanya tiba-tiba membuat Mika melebarkan matanya karena terkejut."T-tidak, kurasa aku tidak pernah bertemu denganmu," jawab Mika panik. Ia mendelik pada Kai, berusaha memberinya kode lewat tatapan.Tapi Kai tampak menikmati apa yang dilakukannya. "Ah, apa aku salah mengenalimu?"Mika menelan ludahnya karena merasa gugup. Ia takut Kai akan memberitahu Eros tentang pertemuan pertama mereka. Jangan sampai itu terjadi!
"Mungkin, karena aku tidak pernah bertemu denganmu." Mika setengah mati berusaha bersikap senormal mungkin. Tidak mengindahkan seringaian Kai yang menyebalkan. "Hmm, tapi wajahmu terlihat tidak asing," kata Kai lagi, benar-benar sengaja membuat Mika gugup."Mungkin salah satu wanita yang pernah tidur denganmu mirip dengan Mika?" Eros tiba-tiba bergabung dalam percakapan dan Mika sedikit lega karena Eros tidak terlihat curiga dengan apa yang dikatakan Kai kepadanya."Jika aku pernah tidur dengan wanita secantik Mika, aku tidak akan pernah melepaskannya." Kai sengaja menggoda. Eros yang mendengarnya hanya tertawa dan menganggap perkataan Kai sangat konyol."Benar, tapi tidak mungkin istriku pernah tidur denganmu."Mika merasa ingin sekali melarikan diri. Apalagi saat Kai tertawa seolah mengejek perkataan Eros karena apa yang dikatakan Eros tidaklah benar. Mika pernah tidur dengan Kai, tepat dua minggu sebelum mereka menikah.
"Mika, kamu harus hati-hati dengan Kai. Dia seorang mafia," bisik Eros di telinga Mika, namun bisikannya masih bisa didengar oleh Kai. Mika membelalakkan matanya karena terkejut mendengar informasi itu.
"Aku tidak menakutkan seperti mafia lainnya, kan?" Kai bertanya, tapi tentu saja ketakutan Mika langsung meningkat."Mika, apa kau takut padaku?" Kai bertanya lagi saat melihat ekspresi wajah Mika."A-aku tidak takut." Mika terlihat pucat tapi tetap memaksakan senyum dan menggelengkan kepalanya."Tapi E-Eros, bisakah aku mengambil minum? Aku haus." Mika tiba-tiba merasa haus. Ia merasa harus menjauh dari Eros dan Kai. Ia perlu menenangkan diri dan menghirup udara segar."Tentu sayang. Aku akan berbicara dengan Kai dan teman-temanku yang lain." Mika tidak lagi memandang Kai dan setelah mendapat izin, Mika mengambil air minum dan pergi ke balkon."Bagaimana aku bisa bertemu dengannya lagi?" Mika duduk di salah satu kursi sambil bertanya-tanya dalam hati. Mika merasa sangat gelisah sekarang. Mengapa takdir seolah sedang mempermainkannya?"Kenapa Eros bisa berteman dengan Kai? Dan kenapa aku harus tidur dengan sahabat suamiku?" Karena sibuk dengan pikirannya, Mika tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menghampirinya."Mungkin karena takdir?"Jawaban dari seseorang itu mengejutkan Mika. Ia menoleh dan mendapati Kai berdiri di belakangnya. Ia segera berdiri dan melangkah mundur untuk menjauh dari pria itu. Udara segar tidak bisa lagi membantunya untuk bernapas lega, dia kembali merasa sesak dan ketakutan setelah melihat Kai.
"Jadi namamu Mika? Dua minggu yang lalu, aku ingin bertanya, tapi kamu meninggalkanku dengan terburu-buru," kata Kai sambil berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan Mika."Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan." Tidak tahu bagaimana harus bereaksi, Mika memilih untuk berpura-pura tidak mengingat Kai."Mika, aku tahu kamu mengingatku. Aku bahkan pernah mencium bibir ini..." Kai menyentuh bibir Mika dengan ibu jarinya, membelai bibirnya dengan lembut."Apa kamu gila?!" teriak Mika menepis tangan Kai dengan panik. Dia takut kalau-kalau tamu lain akan melihat mereka."Berhentilah berpura-pura tidak mengenalku. Aku sudah mencarimu kemana-mana, tapi ternyata kamu menikahi sahabatku," kata Kai lagi, pria itu sepertinya tidak takut kalau orang lain akan melihat mereka."U-untuk apa kamu mencariku?" Kai menarik wajah Mika, sehingga wajah mereka menjadi sangat dekat."Karena aku tidak bisa melupakanmu," bisik Kai di telinganya yang membuat Mika menggigit bibir bawahnya dan terus berusaha berjalan mundur."Aku suka kepolosanmu, dan bagaimana kamu memintaku untuk menyentuhmu." Mika membelalakkan matanya dan mendorong Kai menjauh darinya."Jangan sentuh aku!" Mika berteriak lagi, sekarang tangannya dipegang oleh Kai dan dia tidak bisa menjauh lagi. "Kenapa? Apa kamu tidak menyukainya?"Seringai Kai membuat Mika sadar bahwa hidupnya tidak akan mudah mulai sekarang...
"Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk
"Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi
Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”
Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.
"Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng
Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.