Mikaela Wilson secara tidak sengaja melakukan hubungan satu malam dengan orang asing yang ia temui di sebuah klub malam, 2 minggu sebelum pernikahannya dengan Eros Aaron Ryder-CEO Ryder Group dan pernikahan mereka hanyalah sebuah pernikahan bisnis. Tidak berhenti sampai disitu, Mika bertemu dengan pria yang tidur dengannya di pernikahannya sendiri dan ternyata pria tersebut adalah sahabat suaminya dan dia adalah seorang mafia, namanya adalah Kai. Kai menawarkan kesepakatan untuk tidak memberi tahu Eros, asalkan Mika membayar Kai dengan tubuhnya. Lalu apa yang harus Mika lakukan? Apakah Mika mau tidur dengan Kai lagi meskipun Kai dan suaminya adalah teman?
View More"Apa? Menikah? Ibu, aku masih kuliah sekarang. Bagaimana bisa aku menikah?" teriak Mika terkejut. Ia baru saja pulang dari kampus dan tiba-tiba mendapatkan permintaan gila dari ibunya.
"Mika! Ini demi perusahaan ayahmu. Apa kamu mau melihat keluarga kita bangkrut?" ucap ibunya dengan isak tangis yang membuat Mika perlahan merasa bersalah.
"Aku akan mencari kerja," ujar Mika dengan suara tegas, tapi bukannya setuju, ibunya malah terus menangis.
"Kamu kira hutang kita dan biaya ganti rugi hanya sedikit?” isak ibunya. "Lagipula pria yang akan menikah denganmu juga pria yang baik dan berasal dari keluarga yang sangat kaya!”
"Tapi, Bu—"
Tiba-tiba wanita paruh baya itu berlutut di depan Mika, memohon agar anaknya mau mengikuti apa yang mereka inginkan. Mika tentu saja terkejut, ia lekas menarik tangan ibunya untuk berhenti berlutut kepadanya.
"Ibu, kenapa kamu sampai melakukan ini?" suara Mika bergetar. Ia benar-benar sedih dan tidak suka melihat ibunya begitu putus asa.
"Mika, Ibu mohon padamu. Hanya kamu yang bisa menyelamatkan keluarga kita." Ibunya menangis tersedu-sedu, membuat Mika jadi tega untuk terus mendebat.
Beberapa waktu belakangan ini kondisi keuangan keluarga mereka memang cukup memprihatinkan. Kehidupan mewah yang dulu sempat mereka rasakan perlahan berkurang hingga nyaris tak ada yang tersisa. Orang tuanya sudah berusaha mencari investor ke sana-sini, tapi mereka tidak juga mendapatkan kabar baik. Sedangkan ada banyak karyawan yang tetap harus diberi gaji.
Keuangan mereka semakin terpuruk dan mungkin pernikahan bisnis ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka dalam waktu singkat.
"Baiklah. Tolong berhenti menangis, aku akan membantu ibu dan ayah." Akhirnya Mika menyerah. Dia tidak punya banyak pilihan. Sekeras apapun menolak, pada akhirnya dia akan tetap menikah dengan pria yang bahkan belum pernah dia temui itu.
"Terima kasih, Mika. Dan maafkan ibu karena tidak bisa menjadi orang tua yang baik untukmu."
Mika hanya menggelengkan kepala dan memeluk ibunya dengan erat. Tak kuasa menahan air matanya lagi, Mika menangis di pelukan ibunya. Belum apa-apa, dia merasa sudah kehilangan mimpinya demi pernikahan ini.
Jam sudah menunjukan pukul 12 malam, tapi Mika tidak bisa tidur sama sekali. Karena ingin melupakan rasa sedihnya, Mika memutuskan untuk menyelinap pergi ke suatu tempat. Keadaan rumah sudah sepi, semua lampu sudah dimatikan. Sebuah pertanda kalau penghuninya sudah terlelap.
Sepuluh menit berjalan kaki, Mika tiba di sebuah klub malam. Mungkin ini satu-satunya tempat dimana perasaannya bisa tenang dan dia bisa berhenti memikirkan pernikahannya.
Mika masuk ke dalam dan langsung memesan minuman. Dia duduk di kursi bar, memandang sekitar yang tampak menikmati waktu masing-masing. Hingar-bingar musik yang memekakkan telinga seketika meredam suara-suara dalam benaknya.
Gadis itu segera menenggak tequila yang ia pesan. Tidak butuh waktu lama, gelas kacanya sudah tandas. Mika mendesah puas. Saat ini, hanya alkohol yang bisa membuatnya merasa tenang meski hanya sesaat. Mika tidak ingin memikirkan apapun. Dia ingin tenggelam dalam momen ini, sebelum esok ia harus menghadapi kenyataan.
"Tolong satu gelas lagi." Mika melepas mantel yang dikenakannya dan memperlihatkan tubuhnya yang dibalut gaun hitam. Penampilannya seketika menarik perhatian para pria di sekitarnya.
Seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya tanpa Mika sadari. Pria itu sudah memperhatikan Mika sejak ia baru datang dan tenggelam dalam lamunan.
"Apa kau sendirian, Nona?" Mika yang mulai mabuk karena sudah meminum tiga gelas tequila menoleh dan menatap pria yang duduk di sampingnya.
"Siapa?" tanya Mika.
"Haruskah kita berkenalan satu sama lain?" Pria itu mengulurkan tangannya mengajak Mika berkenalan. Dengan ragu-ragu, Mika menjabat tangan pria itu dan mencoba bersikap ramah.
"Mika," sahut Mika singkat setelah pria itu menyebutkan namanya. Mika tak terlalu memperhatikan, bahkan tidak mendengar jelas siapa nama pria itu.
"Namamu sangat cantik, seperti orangnya. Kenapa sendirian saja?"
Mika terkekeh. Karena sudah mabuk, dia mulai bertingkah aneh. "Hmm… tak ada yang mau menemaniku,” keluhnya sedih. “Apa kamu mau?" Sebut saja Mika gila, tapi dia benar-benar sudah mabuk hingga dengan mudah percaya pada orang yang baru saja dia temui.
"Dengan senang hati. Apakah kamu ingin minum denganku di tempat lain? Aku akan mentraktirmu."
Ajakan pria itu memang mencurigakan, tapi Mika sudah terlalu mabuk untuk menyadarinya. Pikiran yang semrawut membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Yang Mika tahu, dia hanya menginginkan kesenangan.
"Tentu!" Mika segera berdiri dari kursinya, tapi karena terlalu pusing, tubuhnya jadi tidak seimbang. Minuman yang dibawanya terjatuh dan tumpah ke pakaian seorang pria yang baru saja melewatinya.
"Astaga! Maaf! Aku tidak sengaja!" Mika berseru kaget, segera mengambil tisu dan hendak membersihkan baju pria yang ia tabrak. "Kepalaku sedikit pusing dan penglihatanku kabur jadi aku tidak bisa melihat dengan jelas," jelas Mika lagi dengan panik.
Pria itu terlihat kesal. Ia mengambil tisu dari tangan Mika dan membersihkan kemejanya sendiri.
"Itu karena kamu mabuk! Sudah tahu mabuk jangan berjalan-jalan dan membuat kekacauan!"
Mika mengangkat kepalanya untuk menatap pria itu. Wajah tampan itu terlihat tegas dan dingin, ditambah tato di dadanya yang terbuka membuatnya terlihat seksi sekaligus menakutkan.
"Gosh, bajuku jadi basah sekarang!" Pria itu masih menggerutu kesal. Sementara Mika hanya bisa terdiam karena terkejut dan juga takut.
"Kau temannya?" Pria yang tadi berdiri di sebelahnya itu langsung melepaskan genggamannya dari Mika.
"Tidak, aku tidak mengenalnya!" Mika pun langsung oleng, dan sialnya ia terdorong ke arah pria menakutkan itu.
"Ma-maafkan aku!" kata Mika, berusaha menarik diri dari pria itu karena takut melihat wajahnya yang sangar. Tapi kakinya terasa tidak bertenaga sehingga Mika tidak bisa berdiri dengan tegak.
"Astaga, ini sangat menjengkelkan!" Pria itu hendak mendorong tubuh Mika, tapi seketika terpana saat bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas.
Wajah lugu dan kecantikan yang tidak biasa di hadapannya ini terlihat sangat memikat.
"A-aku akan mengganti rugi bajumu yang kotor. Tolong maafkan aku, Pak," kata Mika sambil membuang pandangannya ke arah lain, tidak berani menatap pria yang masih terus memperhatikannya.
"Membayar kemejaku? Apakah wanita muda sepertimu bisa mengganti kemeja seharga sepuluh juta ini?" tanya pria itu dengan nada pongah sekaligus usil. Ia menarik sebelah sudut bibirnya saat melihat Mika membulatkan mata.
"Se-sepuluh juta? Kenapa sebuah kemeja bisa semahal itu?!"
Pria itu tiba-tiba tertawa mendengar pertanyaan polos Mika. "Kenapa? Kamu tidak bisa membayarnya?" tanyanya.
Mika mengangguk polos. "A-aku tidak punya uang sebanyak itu..."
Pria tampan itu kembali menyeringai. Tangannya menarik pinggang Mika hingga jarak di antara mereka semakin menipis.
"Lalu bagaimana kamu akan membayar kemejaku?" tanyanya dengan suara serak, tepat di dekat telinga Mika.
Gadis itu merinding. Ia mendorong dada bidang yang terasa keras sekaligus hangat di bawah telapak tangannya.
Tatapan mereka beradu. Keduanya tenggelam dalam keheningan yang entah kenapa membuat sesuatu dalam diri mereka membuncah. Seketika tubuh Mika terasa panas.
"A-aku akan melakukan apa saja, tapi aku tidak bisa memberimu uang," kata Mika tergagap. Tatapan intens pria itu benar-benar mampu melumpuhkan akal sehatnya.
Kai, pria asing itu, tersenyum miring. Kilatan matanya menunjukkan bahwa ia punya rencana. "Kamu akan melakukan apa saja untukku?"
Mika mengangguk. Dia bisa melakukan apa saja selain—
"Bagaimana kalau kamu membayarku dengan tubuhmu?"
"Mau kamu berapa kali memintanya pun, aku tidak bisa,” ucap Mika dengan raut wajah dinginnya. Namun, Kai tahu apa yang Mika rasakan, semalam Mika sudah memberitahu Kai semuanya tentang perasaannya."Tapi semalam kamu mengatakan kalau kamu…” Ucapannya terpotong karena ponsel Mika berdering dan Mika terlihat tidak mendengarkannya. "Sepertinya Eros tahu kalau aku tidak ada di rumah.”Mika segera mengambil tas-nya dan mengeluarkan ponselnya dan ia memberi isyarat pada Kai untuk tidak bersuara. Setelah melihat layar ponselnya, ternyata benar yang meneleponnya adalah Eros.Mika pergi ke sudut ruangan dan mengangkat panggilan Eros."Hallo, Eros. Apa kamu sudah sampai?” tanya Mika ketika ia mengangkat teleponnya. Mika merasa sedikit cemas, takut Eros mengetahui keberadaannya. "Iya, apa ayah tidak menanyakan apa-apa padamu?” Tapi ternyata perkiraannya salah, Eros sama sekali tidak menunjukan kemarahan sama sekali. "Tidak, dia tidak menghubungiku,” jawab Mika sembari menghela nafasnya lega.
Pagi sekali, Mika terbangun di sebuah kamar asing, kepalanya sangat sakit karena mabuk semalam. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan baru menyadari kalau dirinya bukan berada di rumah Eros, dan itu membuatnya terkejut. “Kamar siapa ini?” gumam Mika. Dsn ia mencium aroma tubuh seseorang yang tidak asing. Beberapa detik kemudian ia menyadari ada sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat. “Astaga! Tangan siapa ini? Apa aku tidur bersama pria lain semalam?” Mika mulai khawatir. Ia takut, kalau dirinya kembali melakukan kesalahan yang sama seperti di malam ketika dirinya bertemu dengan Kai. Tapi anehnya, Mika merasa aroma tubuh pria di sampingnya sangat tidak asing. Pelan-pelan Mika membalikan tubuhnya, tapi ia tidak bisa melepaskan tangan yang memeluknya itu. Ia menghela nafasnya lega ketika melihat siapa yang tidur di sebelahnya."Aku kira kamu pria asing yang aku tiduri semalam. Thanks God, it's you, Kai,” ucap Mika sembari menghela nafasnya. Mendengar suara Mika
Kai pergi ke tempat Mika berada. Ia berkendara dengan kecepatan tinggi karena Kai ingin segera sampai di club malam itu. Dan tak lama, sampailah ia di tempat ia dan Mika pertema kali bertemu.“Apa ini tempat favoritnya? Tapi bagaimana bisa ia pergi kesini? Eros akan marah kalau tahu,” batin Kai sembari berjalan masuk, dari kejauhan ia bisa langsung melihat Mika. Ia bisa melihat, Mika mengenakan pakaian yang seksi dan itu membuat Kai semakin terkejut. Kai mengedarkan pandannya ke sekitar dan bisa melihat ada beberapa pria yang menatap ke arah Mika. Ia kesal karena pria itu menatap miliknya dan melayangkan tatapan tajam pada mereka untuk memberi peringatan. Karena aura menakutkan Kai, mereka langsung menundukan kepala mereka. "Mika.” Kai memanggil wanita yang mabuk itu berkali-kali mencoba membangunkannya. "Mika, ayo bangun. Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini? Apa Eros mengusirmu?” tanya Kai lagi. "Eros? Mana Eros? Tolong sembunyikan aku!” pekik Mika. Mika tiba-tiba terbangun dan m
Setelah pulang dari rumah Ergan. Eros langsung pergi ke kamarnya dan terlihat mengepak pakaiannya ke dalam koper. Mika yang terkejut, langsung ikut masuk ke dalam kamarnya. "Eros, kamu mau pergi kemana?” tanya Mika ketika ia melihat pakaian Eros yang sudah masuk ke dalam koper. "Ayah akan marah kalau tahu kamu pergi,” peringat Mika lagi. Padahal mereka baru saja dimaafkan, tapi Eros sepertinya masih belum kapok. "Mau kemanapun aku pergi, itu bukan urusanmu. Kenapa? Kamu merasa senang karena ayah memaafkanku karena kamu?Kamu harus ingat, Mika. Kalau yang membuatku berada di situasi ini itu kamu! Kalau kamu semalam menuruti keinginanku, mungkin aku tidak akan pergi,” sungut Eros. Pria itu masih belum terima dengan amarah ayahnya yang ia terima semalam dan terus menyalahkan Mika. "Aku tahu aku salah, Eros. Maafkan aku, tapi kamu seharusnya tidak pergi ke club malam dan mabuk,” balas Mika. "Tentu saja aku melakukan itu karena aku muak melihatmu menangis dan menolak permintaanku. Untuk
"Tapi aku takut Kai bangun dan marah ketika melihatmu," ucap Mika merasa kalau dirinya berada di posisi yang serba salah. Ia ingin Kai berada di sini, tapi ia juga takut kalau keberadaan Kai akan memperburuk situasi antara dirinya dan Eros. "Apa aku harus pulang ke rumah orang tuaku dulu?” gumam Mika, mulai memikirkan cara agar ia bisa menghindari Eros untuk sementara. Tapi Kai menggelengkan kepalanya lalu kembali melangkah masuk ke dalam rumah."Kalau kamu pulang jam sekarang, orang tuamu akan mengira kalau ada sesuatu yang salah antara kamu dan Eros. Eros juga akan semakin marah kalau tahu kamu pergi,” balas Kai memberi saran pada Mika. "Biarkan aku menemanimu malam ini.”"Aku akan mengatakan kalau aku kelelahan setelah mengantarnya pulang, jadi aku menginap,” lanjut Kai lagi. Ia tahu ketakutan Mika jadi ia sudah memikirkan alasannya. “Apa aku tidak merepotkanmu?” tanya Mika merasa tidak enak. Kai hanya terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mika. Ayo masuk dan bersi
Kai segera pergi ke tempat di mana club malam yang Eros sering datangi. Tentu saja Kai tahu, ia sudah berteman dengan Eros sangat lama dan tahu kemana sahabatnya itu akan pergi ketika ingin bersenang-senang. Kai sampai di club malam itu, dan semua mata langsung tertuju ke arahnya."Hallo, selamat malam Tuan Kai. Sudah lama sekali saya tidak melihat anda kesini.” Ia di sambut oleh salah satu penjaga club malam dan hampir seluruh penjaga di club malam ini mengenal Kai, itu karena dia sering kesini dan pemilik club malam ini adalah salah satu kenalannya."Apa kamu melihat Eros? Aku sedang mencarinya,” tanya Kai tidak ingin berbasa-basi. Ia sedang ditunggu oleh Mika dan Ergan, jadi ia harus segera menemukan sahabatnya. "Maksud anda Tuan Eros Ryder? Saya melihatnya masuk 2 jam yang lalu bersama dua orang wanita,” jawab penjaga club malam itu dan Kai akhirnya bisa bernafas lega karena ia tidak perlu mencari Eros ke tempat lain. "Baguslah kalau dia di sini. Apa kamu tahu dia ada di mana?”
Sudah hampir tengah malam dan Eros belum juga pulang. Mika tidak bisa tidur karena ia merasa khawatir pada suaminya itu. Mika terus berjalan kesana kemari, menghabiskan waktunya sembari menunggu Eros.“Apa Eros tidak akan pulang?” batin Mika. Ia mulai berpikir kalau mungkin saja Eros pergi menemui Paula dan tidur dengan wanita itu. Namun, entah kenapa perasaan Mika semakin gusar, seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.Mika mengambil ponselnya dan menelepon Eros berkali-kali, tapi Eros tidak mengangkatnya. “Benar, sepertinya dia sedang bersama Paula.” Mika memutuskan untuk tidak memikirkan suaminya itu lagi, dan karena malam sudah semakin larut, Mika akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa dan merebahkan dirinya di sana. Ia terus menenangkan dirinya dengan berpikir kalau Eros sedang bersama Paula.
"Ayo Mika masuk ke dalam kamar mandi," ajak Eros. Mika hendak berjalan mengikuti Eros, namun Eros langsung menghentikannya. "Tunggu, kamu mau membantuku dengan memakai pakaian seperti itu?” tanyanya."Tidak apa-apa, aku akan mengganti bajuku kalau basah,” jawab Mika, tapi Eros menggelengkan kepalanya tidak memperbolehkan Mika memakai pakaiannya ketika membantunya mandi. "Tidak, lepaskan saja bajumu,” tolak Eros. Mika hendak mengatakan kalau tidak mau, tapi tatapan Eros padanya langsung berubah menjadi tajam. "Mika, apa aku harus memintanya dua kali? Aku sudah memintamu dengan perkataan yang sangat baik.” Mika tidak menjawab, ia terus menundukan kepalanya, tidak tahu harus melakukan apa. "Kamu adalah istriku, Mika. Apapun permintaanku, kamu harus memberikannya,” ucap Eros. Baru di saat seperti ini, Eros mengakui Mika sebagai istrinya padahal biasanya Eros selalu mengakui Mika sebagai pelayan atau budaknya. "Apa kamu tidak mendengarkanku?” Karena takut Eros semakin marah, Mika meng
Paula tidak menyangka kalau hanya karena ia memanggil nama Mika, Kai akan berubah menjadi iblis. Ia menyesal telah mengajaknya berbicara dan mencoba untuk menggodanya, kalau ia tidak melakukan itu, ia mungkin tidak akan berakhir seperti ini."Ma-maafkan aku," mohon Paula kembali menangis. Cekikan Kai membuatnya susah bernafas dan Kai masih tampak sangat marah."Kalau sampai kamu berani mengatakan nama Mika lagi, aku tidak akan melepaskanmu. Aku bisa membunuhmu dengan mudah, membuatmu hilang dan aku yakin Eros tidak akan mencarimu. Aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu pergi bersama pria lain. Ia pasti akan mempercayaiku. Kamu tahu sedekat apa aku dengan Eros, kan?" Senyuman miring Kai kembali dan tangisan Paula semakin kencang."Tidak, tolong jangan lakukan itu. Aku mohon.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments