Share

05. Syarat Agar Kai Tidak Memberitahu Eros

"Apa kamu ingat, ketika kamu menarik tanganku dan meminta aku menyentuhmu?” ucap Kai masih dengan seringai menakutkannya. Kai juga terus berjalan mendekati Mika. Kedekatan ini membuat Mika teringat kejadian di malam itu.

"Berhenti..." Mika berusaha membuat Kai berhenti mendekatinya.

"Tapi Mika, aku sangat menyukainya. 2 minggu ini, aku tidak bisa melupakanmu. Wajahmu ini.." Tangan Kai terulur untuk menyentuh wajah Mika dan mengusapnya dengan lembut.

"Selalu terbayang dipikiranku,” lanjut Kai. Mika bergerak dengan cepat dan menepis tangan Kai, berusaha menghindari sentuhan Kai. Tapi tangan Kai tiba-tiba saja menarik pinggangnya, hingga Mika tidak bisa bergerak.

"Lepaskan aku, a-aku tidak mengerti apa yang kamu katakan." Kai kembali tertawa karena Mika berpura-pura melupakan dirinya padahal ia tahu kalau Mika mengenalnya.

"Ayolah, Mika. Aku tidak bodoh, aku tahu kamu mengingatku dari tatapanmu itu. Ekspresi wajahmu itu yang mengatakan segalanya padaku."

"Aku kira, kamu dan aku berjodoh karena kita tanpa sengaja dipertemukan lagi, tapi kita malah bertemu di acara pernikahanmu. Aku jadi sedih karena kita terlambat dipertemukan,” ucap Kai kini sembari memasang ekspresi sedih di wajahnya.

"Hentikan omong kosongmu itu! Aku tidak mengenalmu sama sekali!” bentak Mika. Ia akhirnya memberanikan dirinya.

"Apa kamu tidak takut?" tanya Mika membuat Kai mengernyitkan keningnya.

"Kenapa aku harus takut?" Kai balik bertanya dengan keheranan dan Mika menelan ludahnya, mencoba menghilangkan ketakutannya pada Kai.

"Mengatakan semua ini pada istri dari temanmu sendiri,” jawab Mika, ia kini berani membawa statusnya sebagai istri Eros.

"Apa kamu tidak malu, merayu seorang wanita yang sudah mempunyai suami? Apa kamu tidak takut kalau aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu merayuku dibelakangnya?" tanya Mika lagi. Ia kini sudah mulai berani dan berpikir untuk mengancam Kai.

"Jadi berhenti mengatakan semua omong kosong itu padaku, kalaupun aku mengakuinya, memang kenapa? Benar, aku adalah wanita yang tidur denganmu 2 minggu yang lalu dan kejadian itu hanyalah ketidaksengajaan." Bukannya takut, Kai malah tertawa mendengar ucapan Mika. Ia pikir Mika sangat lucu dan menggemaskan apalagi dengan ekspresi wajahnya tadi.

"Aku suka sekali kamu yang bersikap berani seperti ini. Jarang sekali ada seorang wanita yang bisa menatapku tanpa menundukan kepalanya, ataupun menatapku dengan tatapan merayunya,” ujar Kai.

"Aku bilang, hentikan omong kosongmu!" teriak Mika lagi dengan matanya yang sudah melotot marah. Ia berusaha menakuti Kai, tapi Kai malah semakin mendekati Mika membuat keberanian Mika mulai menciut.

"Aku tidak mau, Mika. Aku sudah mengatakannya tadi ketika kita berbicara dengan Eros. Kalau aku pernah tidur dengan wanita secantikmu, maka aku tidak akan pernah melepaskannya." Mendengar itu Mika terkejut, ia mengepalkan tangannya, pria di depannya benar-benar seorang iblis.

"Kamu benar-benar gila,” cibir Mika dan Kai dengan santainya hanya mengedikan bahunya.

"Benar, bukankah kamu sudah tahu kalau aku seorang mafia? Tentu saja, aku harus jadi gila sebelum aku menjadi seorang mafia. Kalau tidak, aku tidak akan berhasil."

"Dan, Mika. Aku tahu, pernikahan kalian hanya pernikahan bisnis. Eros bukan pria yang mau menikah, aku mengenalnya. Jadi kamu harus berhati-hati kepadanya,” peringat Kai. Tapi Mika hanya menggelengkan kepalanya kencang, ia tentu saja tidak bisa mempercayai ucapan seorang iblis seperti Kai.

"Aku adalah istrinya, jadi aku yang mengenal Eros dengan baik,” balas Mika meski sebenarnya ia tahu kalau ia sama sekali tidak mengenal Eros.

"Mengenal Eros dengan baik? Mika, aku tahu kamu baru mengenalnya."

"Tidak ada gunanya berbicara dengan orang sepertimu, aku akan pura-pura tidak mengenalmu meski kamu adalah teman Eros." Mika hendak berjalan pergi agar Kai berhenti mengganggunya.

"Mika, bukankah kamu yang seharusnya takut kepadaku?" Pertanyaan Kai tiba-tiba membuat Mika berhenti melangkah, ia terdiam selama beberapa detik sembari membelakangi Kai.

"Aku adalah pria yang tidur denganmu dan membuatmu kehilangan keperawananmu. Sekarang kamu tahu kalau aku adalah teman Eros, suamimu,” ucap Kai lagi membuat Mika tersadar kalau ucapan pria itu ada benarnya. Kai, adalah teman Eros dan Kai bisa memberitahu Eros mengenai kejadian itu. Mika membalikan tubuhnya dan menatap Kai yang sudah tersenyum ke arahnya, seolah senang karena ancamannya berhasil.

"Apa kamu sedang mengancamku sekarang? Kamu juga akan kehilangan pertemananmu kalau kamu mengatakan itu pada Eros,” tanya Mika dan lagi-lagi Kai hanya mengedikan bahunya tidak peduli.

"Aku tidak peduli, yang aku inginkan hanya kamu. Bukan hanya aku yang kehilangan pertemanan di sini, Eros juga akan memandang kamu rendah, karena kamu tidur dengan pria lain sebelum menikah dengannya." Mika sangat takut, ia takut kedua orang tuanya akan kecewa jika Mika mengacaukan pernikahan ini karena kecerobohannya.

"Aku akan mengatakannya pada Eros, dan kita lihat siapa yang Eros percayai. Aku atau kamu." Kai berjalan melalui Mika dan hendak pergi. Namun, dengan cepat Mika memegangi tangannya.

"Tidak, jangan katakan apapun pada Eros,” mohon Mikon. Mika tidak bisa lagi menahan air matanya dan menangis terisak. Ia sangat ketakutan.

"A-aku mohon, jangan beritahu Eros.” Kai tersenyum menyeringai, merasa menang.

"Tapi aku ingin memberitahu Eros, karena aku teman yang baik dan ingin Eros tahu apa yang istrinya lakukan sebelum kalian menikah." Belum puas, Kai masih ingin menggoda Mika dan membuat wanita itu memohon kepadanya.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak memberitahu Eros? Aku akan melakukan apapun untukmu, aku mohon,” tanya Mika dengan berlinang air mata wanita itu memohon. Ia sangat takut Eros mengetahui ini karena ia tahu kalau Kai tidak main-main dengan ucapannya, terutama karena pria itu seorang mafia.

"Aku mohon, aku akan melakukan apapun." Tidak ada yang bisa Mika lakukan lagi selain memohon dan berlutut di depan Kai.

"Tidak perlu berlutut, Mika. Ayo bangun.” Kai langsung mencegah Mika untuk berlutut dan menarik tangan Mika, ia bisa melihat Mika sudah menangis.

"Astaga, kamu menangis?" Kai terkejut dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Mika yang basah.

"Menangis seperti ini saja, kamu masih terlihat cantik." Di saat seperti itu saja, Kai masih bisa memuji kecantikan Mika. Ia berani bersumpah kalau ia sangat terpukau dengan kecantikan Mika dan ingin memilikinya. Tapi karena situasinya seperti ini, ia rasa akan sangat sulit.

Kai tiba-tiba mengecup pipi Mika dengan lembut. Mika terkejut, ia takut ada orang lain yang melihat mereka.

"Tidak ada yang melihat kita, tenang saja,” ucap Kai, ia seperti bisa membaca pikiran Mika dan tahu kalau Mika sedang ketakutan.

"Menyenangkan juga melakukan semua ini diam-diam bersamamu." Kai menyudutkan tubuh Mika, hingga mereka kini berhadapan di sudut ruangan dengan nafas mereka yang terengah.

"Mika, kamu tadi mengatakan kalau kamu akan melakukan segalanya untukku, kan?" Mika menganggukan kepalanya. Kai semakin mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka hampir bersentuhan.

"Baiklah, aku tidak akan memberitahu Eros." Mika merasakan tubuhnya memanas karena Kai berada sangat dekat dengannya.

"T-terimakasih, Kai,” cicit Mika dengan gugup.

"Tapi, tentu saja tidak gratis." Kai memindahkan wajahnya ke dekat telinga Mika dan berbisik.

"Aku menginginkanmu. Hanya itu bayaran yang aku inginkan,” bisiknya sembari mengecup telinga Mika, membuat Mika tanpa sadar menutup matanya dan menikmati sentuhan Kai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status