"Apa kamu ingat, ketika kamu menarik tanganku dan meminta aku menyentuhmu?” ucap Kai masih dengan seringai menakutkannya. Kai juga terus berjalan mendekati Mika. Kedekatan ini membuat Mika teringat kejadian di malam itu.
"Berhenti..." Mika berusaha membuat Kai berhenti mendekatinya."Tapi Mika, aku sangat menyukainya. 2 minggu ini, aku tidak bisa melupakanmu. Wajahmu ini.." Tangan Kai terulur untuk menyentuh wajah Mika dan mengusapnya dengan lembut."Selalu terbayang dipikiranku,” lanjut Kai. Mika bergerak dengan cepat dan menepis tangan Kai, berusaha menghindari sentuhan Kai. Tapi tangan Kai tiba-tiba saja menarik pinggangnya, hingga Mika tidak bisa bergerak."Lepaskan aku, a-aku tidak mengerti apa yang kamu katakan." Kai kembali tertawa karena Mika berpura-pura melupakan dirinya padahal ia tahu kalau Mika mengenalnya."Ayolah, Mika. Aku tidak bodoh, aku tahu kamu mengingatku dari tatapanmu itu. Ekspresi wajahmu itu yang mengatakan segalanya padaku.""Aku kira, kamu dan aku berjodoh karena kita tanpa sengaja dipertemukan lagi, tapi kita malah bertemu di acara pernikahanmu. Aku jadi sedih karena kita terlambat dipertemukan,” ucap Kai kini sembari memasang ekspresi sedih di wajahnya."Hentikan omong kosongmu itu! Aku tidak mengenalmu sama sekali!” bentak Mika. Ia akhirnya memberanikan dirinya."Apa kamu tidak takut?" tanya Mika membuat Kai mengernyitkan keningnya."Kenapa aku harus takut?" Kai balik bertanya dengan keheranan dan Mika menelan ludahnya, mencoba menghilangkan ketakutannya pada Kai."Mengatakan semua ini pada istri dari temanmu sendiri,” jawab Mika, ia kini berani membawa statusnya sebagai istri Eros."Apa kamu tidak malu, merayu seorang wanita yang sudah mempunyai suami? Apa kamu tidak takut kalau aku akan mengatakan pada Eros kalau kamu merayuku dibelakangnya?" tanya Mika lagi. Ia kini sudah mulai berani dan berpikir untuk mengancam Kai."Jadi berhenti mengatakan semua omong kosong itu padaku, kalaupun aku mengakuinya, memang kenapa? Benar, aku adalah wanita yang tidur denganmu 2 minggu yang lalu dan kejadian itu hanyalah ketidaksengajaan." Bukannya takut, Kai malah tertawa mendengar ucapan Mika. Ia pikir Mika sangat lucu dan menggemaskan apalagi dengan ekspresi wajahnya tadi."Aku suka sekali kamu yang bersikap berani seperti ini. Jarang sekali ada seorang wanita yang bisa menatapku tanpa menundukan kepalanya, ataupun menatapku dengan tatapan merayunya,” ujar Kai."Aku bilang, hentikan omong kosongmu!" teriak Mika lagi dengan matanya yang sudah melotot marah. Ia berusaha menakuti Kai, tapi Kai malah semakin mendekati Mika membuat keberanian Mika mulai menciut."Aku tidak mau, Mika. Aku sudah mengatakannya tadi ketika kita berbicara dengan Eros. Kalau aku pernah tidur dengan wanita secantikmu, maka aku tidak akan pernah melepaskannya." Mendengar itu Mika terkejut, ia mengepalkan tangannya, pria di depannya benar-benar seorang iblis."Kamu benar-benar gila,” cibir Mika dan Kai dengan santainya hanya mengedikan bahunya."Benar, bukankah kamu sudah tahu kalau aku seorang mafia? Tentu saja, aku harus jadi gila sebelum aku menjadi seorang mafia. Kalau tidak, aku tidak akan berhasil.""Dan, Mika. Aku tahu, pernikahan kalian hanya pernikahan bisnis. Eros bukan pria yang mau menikah, aku mengenalnya. Jadi kamu harus berhati-hati kepadanya,” peringat Kai. Tapi Mika hanya menggelengkan kepalanya kencang, ia tentu saja tidak bisa mempercayai ucapan seorang iblis seperti Kai."Aku adalah istrinya, jadi aku yang mengenal Eros dengan baik,” balas Mika meski sebenarnya ia tahu kalau ia sama sekali tidak mengenal Eros."Mengenal Eros dengan baik? Mika, aku tahu kamu baru mengenalnya.""Tidak ada gunanya berbicara dengan orang sepertimu, aku akan pura-pura tidak mengenalmu meski kamu adalah teman Eros." Mika hendak berjalan pergi agar Kai berhenti mengganggunya."Mika, bukankah kamu yang seharusnya takut kepadaku?" Pertanyaan Kai tiba-tiba membuat Mika berhenti melangkah, ia terdiam selama beberapa detik sembari membelakangi Kai."Aku adalah pria yang tidur denganmu dan membuatmu kehilangan keperawananmu. Sekarang kamu tahu kalau aku adalah teman Eros, suamimu,” ucap Kai lagi membuat Mika tersadar kalau ucapan pria itu ada benarnya. Kai, adalah teman Eros dan Kai bisa memberitahu Eros mengenai kejadian itu. Mika membalikan tubuhnya dan menatap Kai yang sudah tersenyum ke arahnya, seolah senang karena ancamannya berhasil."Apa kamu sedang mengancamku sekarang? Kamu juga akan kehilangan pertemananmu kalau kamu mengatakan itu pada Eros,” tanya Mika dan lagi-lagi Kai hanya mengedikan bahunya tidak peduli."Aku tidak peduli, yang aku inginkan hanya kamu. Bukan hanya aku yang kehilangan pertemanan di sini, Eros juga akan memandang kamu rendah, karena kamu tidur dengan pria lain sebelum menikah dengannya." Mika sangat takut, ia takut kedua orang tuanya akan kecewa jika Mika mengacaukan pernikahan ini karena kecerobohannya."Aku akan mengatakannya pada Eros, dan kita lihat siapa yang Eros percayai. Aku atau kamu." Kai berjalan melalui Mika dan hendak pergi. Namun, dengan cepat Mika memegangi tangannya."Tidak, jangan katakan apapun pada Eros,” mohon Mikon. Mika tidak bisa lagi menahan air matanya dan menangis terisak. Ia sangat ketakutan."A-aku mohon, jangan beritahu Eros.” Kai tersenyum menyeringai, merasa menang."Tapi aku ingin memberitahu Eros, karena aku teman yang baik dan ingin Eros tahu apa yang istrinya lakukan sebelum kalian menikah." Belum puas, Kai masih ingin menggoda Mika dan membuat wanita itu memohon kepadanya."Apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak memberitahu Eros? Aku akan melakukan apapun untukmu, aku mohon,” tanya Mika dengan berlinang air mata wanita itu memohon. Ia sangat takut Eros mengetahui ini karena ia tahu kalau Kai tidak main-main dengan ucapannya, terutama karena pria itu seorang mafia."Aku mohon, aku akan melakukan apapun." Tidak ada yang bisa Mika lakukan lagi selain memohon dan berlutut di depan Kai."Tidak perlu berlutut, Mika. Ayo bangun.” Kai langsung mencegah Mika untuk berlutut dan menarik tangan Mika, ia bisa melihat Mika sudah menangis."Astaga, kamu menangis?" Kai terkejut dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Mika yang basah."Menangis seperti ini saja, kamu masih terlihat cantik." Di saat seperti itu saja, Kai masih bisa memuji kecantikan Mika. Ia berani bersumpah kalau ia sangat terpukau dengan kecantikan Mika dan ingin memilikinya. Tapi karena situasinya seperti ini, ia rasa akan sangat sulit.Kai tiba-tiba mengecup pipi Mika dengan lembut. Mika terkejut, ia takut ada orang lain yang melihat mereka."Tidak ada yang melihat kita, tenang saja,” ucap Kai, ia seperti bisa membaca pikiran Mika dan tahu kalau Mika sedang ketakutan."Menyenangkan juga melakukan semua ini diam-diam bersamamu." Kai menyudutkan tubuh Mika, hingga mereka kini berhadapan di sudut ruangan dengan nafas mereka yang terengah."Mika, kamu tadi mengatakan kalau kamu akan melakukan segalanya untukku, kan?" Mika menganggukan kepalanya. Kai semakin mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka hampir bersentuhan."Baiklah, aku tidak akan memberitahu Eros." Mika merasakan tubuhnya memanas karena Kai berada sangat dekat dengannya."T-terimakasih, Kai,” cicit Mika dengan gugup."Tapi, tentu saja tidak gratis." Kai memindahkan wajahnya ke dekat telinga Mika dan berbisik."Aku menginginkanmu. Hanya itu bayaran yang aku inginkan,” bisiknya sembari mengecup telinga Mika, membuat Mika tanpa sadar menutup matanya dan menikmati sentuhan Kai.Kecupan Kai bergerak perlahan ke arah pipi Mika dan menciumnya dengan lembut membuat Mika menggigit bibir bagian bawahnya. Ia berusaha menahan dirinya yang hampir gila karena apa yang Kai lakukan kepadanya. Ia merasa seperti terperangkap dalam jebakan Kai dan ia tahu kalau pria itu tidak akan dengan mudah melepaskannya. "Aku akan dengan senang hati menjaga rahasiamu, asalkan kamu memberikan apa yang aku mau," bisik Kai lagi di telinga Mika. Mika membuka matanya perlahan dan kembali menatap Kai yang ternyata sudah sangat dekat dengannya. "T-tapi aku takut Eros mengetahuinya," balas Mika berusaha menolaknya. Kalau Eros mengetahuinya, tentu saja itu akan menjadi mimpi buruk untuknya dan keluarganya. "Tenang saja, aku pastikan dia tidak akan mencurigai kita.""Atau aku biarkan saja dia tahu, agar kamu bisa bersamaku?" Mata Mika terbelalak terkejut dan dia segera menggelengkan kepalanya dengan kencang. "Tidak, Kai. Aku mohon jangan lakukan
Setelah pulang dari pesta pernikahannya dengan Eros, akhirnya Mika sampai di rumah Eros. Rumah yang akan ia tinggali selama menikah dengan Eros dan mungkin Mika akan menghabiskan seumur hidupnya di rumah ini bersama pria yang sama sekali ia tidak cintai. "Apa ini rumahmu sendiri?" tanya Mika memecah keheningan diantara mereka karena sejak dari mobil tadi, Eros hanya diam dan sama sekali tidak mengajaknya berbicara. Mika juga mengira mereka akan tinggal bersama Tuan Ergan, jadi ia terkejut karena ternyata Eros tidak tinggal di rumah keluarganya. "Iya, aku sudah lama membelinya. Orang sepertimu tidak akan mampu membeli rumah sendiri, kan?" Eros membalas pertanyaannya tapi jawabannya membuat Mika langsung terdiam."Apa maksudmu?" tanya Mika berpura-pura tidak mengerti, ia hanya memastikan apa yang ia dengar tadi. "Orang sepertimu,” jawab Eros sembari menunjuk Mika dan tersenyum menghina. "Orang yang rela menjual dirinya sendiri demi uang
Setelah selesai sarapan, Eros beranjak bangun dari duduknya. Ia harus segera pergi ke kantor. "Aku sudah terlambat, aku harus pergi ke kantor sekarang." Mika ikut beranjak bangun dan segera membereskan piring di meja makan."Aku akan pulang malam karena ada makan malam dengan klien," lanjut Eros lagi. "Bukan karena ingin menikmati waktu dengan wanita lain?" timpal Kai, ia menopang dagunya dan menatap Eros dengan tatapan jahilnya yang membuat Eros mendengus. Ia tahu kalau temannya itu sedang membuat lelucon dan berusaha menggodanya. "Tentu saja bukan! Aku adalah suami yang baik," balas Eros. Ia berjalan melewati Kai lalu meninju pelan lengan Kai. "Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu, Kai. Aku takut Mika akan mempercayainya." "Tenanglah, aku hanya bercanda.""Mika," panggil Eros tiba-tiba. Mika yang sedang merapikan meja makan segera menatap ke arah Eros. "Pergilah berbelanja hari ini, aku akan mengirimkan uangnya.""Ba
"Ayo pergi sekarang, kamu harus berbelanja, kan? Biar aku temani." Kai dengan cepat beranjak bangun dan mengambil handuk yang ia pakai tadi. Dan Mika cukup terkejut karena Kai tidak lagi menyentuhnya. "Cepat ganti pakaianmu, aku tunggu di depan rumah." Setelah mengatakan itu, Kai melangkah pergi ke depan rumah. Meninggalkan Mika yang masih terduduk dan merasakan kalau jantungnya mulai berdebar.Tidak ingin membuat Kai menunggu, Mika segera mengganti pakaiannya dan menghampiri Kai yang sudah menunggunya di mobil. 20 menit perjalanan mereka sampai di pusat perbelanjaan. Mika sibuk memilih bahan makanan dan barang yang ia butuhkan karena Eros juga menyuruhnya untuk membeli sesuatu yang ia butuhkan. Kai yang menemaninya, terus mengikuti wanita itu sembari terus menatapnya. "Kalau kamu memilihku, mungkin kamu tidak harus bertahan dengan Eros,” ujar Kai tiba-tiba ketika Mika sibuk berbelanja. Ia menoleh pada Kai sebentar lalu mendengus karena merasa
Setelah melakukannya, mereka berdua terbaring di atas sofa. Entah kenapa berada di pelukan Kai membuat Mika melupakan semua kesedihan setelah menikahi Kai. Ia merasa aman dan nyaman berada di pelukan Kai dan Kai juga memeluk tubuh Mika erat seolah enggan melepaskannya. "Apa lehermu masih sakit, Mika?" tanya Kai, ia terus menatap lebam di tubuh Mika dengan perasaan khawatir dan mengelusnya dengan lembut."Tidak, sudah tidak apa-apa," jawab Mika. Ia tidak menyangka kalau Kai masih mengkhawatirkan lebam di tubuhnya dan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari lebam itu. "Apa perlu aku belikan obat agar lebamnya hilang?" tawar Kai tapi Mika langsung menggelengkan kepalanya menolak. "Ayo kita makan malam. Makanannya sudah dingin." Mika tiba-tiba saja melepaskan pelukan Kai dan hendak melangkah pergi ke dapur. Namun, suara deringan telepon terdengar dari ponsel Kai yang tergeletak di atas lantai. Kai ikut beranjak bangun dan mengangkat telepon yang ternyata dari asistennya. Sedang
"Eros, kamu sudah pulang? Apa kamu mau makan? Biar aku panaskan makanannya,” ucap Mika ketika ia terbangun dari tidurnya dan sadar kalau Eros sudah pulang. Namun Eros tetap berdiri di depan pintu dengan tatapan tajamnya yang terus mengarah pada Mika. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidur?” tanya Eros lagi, pria itu terdengar sedikit menakutkan dan Mika yang tidak mengerti hanya bisa mengerutkan keningnya karena bingung. Dari nada suaranya, Eros sepertinya sedang mabuk.“Apa maksudmu? Aku tidak tahu harus tidur di mana, jadi aku tidur di sini,” jawab Mika dengan sedikit gelagapan. “Siapa yang menyuruhmu tidur di tempat tidurku, sialan!” teriak Eros marah. “Sangat menyenangkan, bukan, tidur di tempat tidur orang lain? Kamu benar-benar tidak punya rasa malu.”“A-aku hanya beristirahat sebentar setelah mandi tadi, dan aku tidak tahu harus tidur di mana.” Mika menjawabnya lagi memberanikan diri karena ia memang tidak merasa kalau dirinya melakukan kesalahan tapi tentu saja Eros ti
Setelah mengendarai mobilnya, tak lama mereka sampai dan Kai segera memarkirkan mobilnya di depan rumah Eros. Kedua orang itu keluar dari mobil dan segera melangkah masuk ke dalam rumah. Mika merasa tubuhnya semakin panas dan pandangannya mulai buram. Demamnya sepertinya bertambah parah. "Mika, apa demam kamu semakin tinggi?" tanya Kai, ia sadar kalau wajah Mika berubah menjadi memerah. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Mika berbohong tapi tiba-tiba Kai sudah menempelkan tangannya ke kening Mika dan mengecek suhu tubuh Mika. "Demammu sangat tinggi," ujar Kai terdengar khawatir namun Mika segera menggelengkan kepalanya. "Aku sudah minum obatnya kok, jadi demamku sebentar lagi juga akan turun.""Tidak, Mika. Kamu harus beristirahat. Apa perlu kita ke rumah sakit sekarang?" tanya Kai lagi. Ia sangat khawatir sampai berpikir kalau Mika seharusnya langsung dibawa ke rumah sakit. "Ah tidak, Kai! Sakitku tidak parah, jangan berlebihan. Aku tidak ingin Eros marah kalau sampai ia tahu aku
Wajah tidur Mika, membuat Kai tidak bisa melepaskan pandangannya. Ia dengan sengaja duduk di bawah sofa untuk melihat wajah Mika. "Handuknya sudah tidak dingin," gumam Kai. Ia mengambil handuk dari kening Mika dengan perlahan dan merendamnya dengan air dingin."Bertahanlah." Handuk dingin itu kembali Kai taruh di atas kening Mika. Karena dingin, Mika sedikit terbangun dari tidurnya dan menggumam. "Dingin.." gumamnya di tengah-tengah tidurnya. "Tahan, Mika. Nanti dinginnya akan perlahan hilang," ucap Kai dan Mika terlihat tidak mendengarkan ucapan Kai dan langsung tertidur lagi. Tangan Kai mengelus pelan rambut Mika. Ia beranjak bangun ketika suara bel terdengar dari pintu utama."Sepertinya Adam sudah datang." Kai membuka pintu rumah. Ternyata benar, Adam sudah berada di depan rumah."Ini sup ayam yang anda inginkan, Tuan," ucap Adam sembari menyodorkan bubur yang Kai pinta di telepon tadi. "Baiklah, terimakasih, Adam," balas Kai menerima sup ayam itu. "Saya sudah mengatur rapat