Share

03. Hari Pernikahan

Ibunya tidak banyak bertanya saat Mika pulang ke rumah. Mereka segera pergi ke butik dan ibunya memilihkan gaun pengantin dengan penuh semangat. Berbeda dengan Mika justru terlihat murung.

"Bagaimana Mika, apa kamu menyukainya?" Mika selesai mencoba satu gaun. Mika menatap dirinya sendiri di cermin dan memaksakan senyumnya.

"Ibu yakin kamu akan bahagia. Ibu kenal calon suamimu dan dia orang yang baik. Pak Ergan memintamu untuk menikah dengan anaknya karena dia tahu kamu adalah gadis yang baik." 

Mika tersenyum kecut mendengar ucapan ibunya. Tatapannya terpaku pada dirinya lewat cermin.

"Ayo cepat keluar, kamu harus menemui calon suamimu sebelum kalian berdua menikah." 

Kejutan lain muncul, memaksa Mika untuk menemui calon suaminya. Ketika pintu terbuka, Mika dapat melihat ayahnya dan orang-orang yang tidak dikenalnya sedang berbicara.

"Lihat! Mika sudah selesai mencoba gaun pengantinnya." Ibunya menunjukkan penampilan Mika kepada seorang pria tua yang bernama Ergan, ayah dari Eros yang akan menjadi suaminya dua minggu lagi.

"Wah, kamu cantik sekali!” Mika berdiri di samping ayah dan ibunya. Matanya tidak sengaja bertemu dengan mata seorang pria yang berdiri di depannya.

"Ayo berkenalan, kalian harus saling mengenal satu sama lain sebelum menikah nanti." Pria itu tersenyum pada Mika. 

Mika akui pria itu sangat tampan, dia benar-benar terlihat seperti pria dari keluarga kaya karena penampilannya yang sangat rapi dan berkelas.

"Halo. Aku Eros. Kamu pasti sudah mendengar tentangku dari ayah dan ibumu, kan?" Eros berbicara dengan ramah kepada Mika.

"Ya, aku sudah mendengar tentangmu. Namaku Mika." Setelah itu Mika tidak banyak bicara dan merasa tidak nyaman karena ia menyadari bahwa Eros terus memperhatikannya. 

Orang tua mereka sibuk membicarakan pernikahan yang sudah di depan mata.

"Mika, kamu kuliah di jurusan fashion? Selain cantik, kamu juga sangat pintar! Jangan khawatir, Eros akan mengijinkan kamu melanjutkan kuliah walaupun kamu sudah menikah. Bukankah itu benar, Eros?" Eros tersenyum dan menganggukkan kepala, mengiyakan pertanyaan ayahnya.

"Itu benar, Ayah. Aku tidak akan mempersulit Mika setelah menikah denganku, dia akan tetap menjalani kehidupannya seperti biasa. Satu-satunya perbedaan adalah statusnya sebagai istriku." 

Medengar itu, ibu Mika langsung menggenggam tangan Eros dan menatapnya penuh rasa terima kasih.

"Terima kasih, Eros. Mika sangat sedih karena dia pikir dia harus meninggalkan kuliahnya," kata ibunya. 

Eros membalas genggaman tangan ibu Mika. "Tidak perlu berterima kasih, Nyonya Wilson. Ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai calon suami Mika."

"Ah, saya sepertinya harus pergi. Ada rapat sebentar lagi," kata Eros sambil melihat jam di tangannya.

"Kamu pasti sangat sibuk ya, Eros? Maaf karena membuatmu repot harus datang kemari." 

Eros hanya menggelengkan kepala sekilas. "Tidak, Tuan dan Nyonya Wilson. Aku memang harus bertemu dengan Mika sebelum menjadi suaminya nanti.” 

Orang tua Mika merasa bahwa keputusan mereka menikahkan Mika dengan Eros adalah keputusan yang tepat.

"Eros saat ini sangat sibuk karena setelah menikah dia akan menjadi direktur utama perusahaan keluarga kami. Oleh karena itu, sebelum menjadi direktur utama, aku memilihkan istri yang baik untuknya." Pak Ergan menatap Mika dan tersenyum padanya. Tatapan itu membuat Mika merasa canggung.

“Mika, ayo sana antarkan Eros ke depan,” perintah orang tuanya.

“B-baik,” jawab Mika sembari mengikuti Eros keluar dari butik. Sebuah mobil sudah terparkir di depan dan Mika hanya berdiri diam di belakang Eros.

“Sampai jumpa nanti,” ucap Mika, berusaha bersikap sopan pada calon suaminya. 

Namun bukannya menjawab, Eros membalikan tubuhnya dan menatap Mika dengan tatapan yang jauh berbeda dari cara menatap Eros di dalam tadi. Ia mendengus seakan jijik melihat Mika.

“Aku tahu orang sepertimu pasti senang dijodohkan denganku, kan? Menyedihkan! Kebangkrutan keluargamu malah membuatku ikut kesulitan,” gumam Eros, namun Mika masih bisa mendengarnya. 

Setelah mengatakan itu, Eros masuk ke dalam mobil lalu pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Mika terdiam, terkejut dengan ucapan tajam dari pria itu. Image-nya langsung berubah. Mika sadar kalau Eros tidak sebaik yang orang tuanya pikirkan. Eros juga tampak tidak menyukai perjodohan mereka.

Dua minggu kemudian, hari pernikahan Mika dan Eros pun tiba. Mika memandangi dirinya di cermin dengan mata yang bengkak karena menangis beberapa hari terakhir.

“Kenapa Eros menyetujui perjodohan ini kalau dia tidak menyukainya?” Mika bergumam sambil berusaha meneguhkan hatinya. Bagaimanapun, pernikahan ini sudah tidak dapat dihindari lagi.

"Kai." Nama itu tiba-tiba terlintas di benak Mika. 

Pria yang tidur dengannya dua minggu yang lalu. Pria yang membuat hatinya berdebar-debar dan membuatnya melupakan masalah pernikahan ini.

"Sekarang sebelum pernikahanku, aku malah memikirkan pria lain." Mika mendengus tidak percaya. 

"Mika, apakah kamu siap?” 

Lamunan Mika langsung buyar. Ia menoleh ke sumber suara.

“Lihatlah dirimu, Mika. Kamu sangat cantik! Sekarang kamu akan menjadi istri seorang pria yang sukses." Ibunya terlihat sangat bahagia, dia bisa melihatnya dari tatapannya. Setelah itu, Ayahnya ikut melangkah masuk ke dalam.

"Pengantin pria sudah datang, ayo cepat keluar!" 

Dengan perasaan campur aduk, Mika meninggalkan kamarnya dan pergi ke aula pernikahan. Ada banyak orang di sana dan dia bisa melihat Eros dari kejauhan, yang terlihat tampan dengan tuksedonya. Tapi tetap saja, Mika tahu pria itu tidak sebaik kelihatannya.

Ayahnya melepaskan tangan Mika ketika Mika akhirnya berada di depan Eros. Mika dan Eros berdiri berhadapan dan bersiap untuk membuat janji suci.

"Saya, Eros Aaron Ryder mengambil engkau, Mikaela Wilson untuk menjadi istri saya. Untuk memiliki dan mempertahankan, mulai hari ini dan seterusnya, baik, buruk, kaya, miskin, dalam keadaan sakit maupun sehat, untuk mencintai dan menyayangi sampai maut memisahkan kita. Dan dengan ini saya berjanji setia padamu." Eros mengucapkan janji sucinya tanpa ragu-ragu. 

Berbeda dengan Mika yang sangat ragu.

"Saya, Mikaela Wilson mengambil engkau, Eros Aaron Ryder menjadi suami saya..." 

Mika mengucapkan janji sucinya sampai selesai meski sempat terjeda beberapa kali di tengah kalimat. Ia meminta maaf dalam hati karena harus berbohong.

"Mempelai pria dipersilakan mencium mempelai wanita,” ucap Pendeta, mengizinkan mereka berciuman. Eros segera meraih pinggang Mika dan mencium bibirnya lembut, seolah mereka adalah pengantin paling bahagia di dunia. 

Namun, Mika yang belum siap membalas ciuman Eros dengan kikuk dan tanpa sadar menoleh ke arah lain.

‘Kai?’ batin Mika, tidak percaya pada penglihatannya sendiri. Tidak mungkin pria yang berdiri di antara tamu-tamu itu adalah Kai, kan?

Suara tepuk tangan dari hadirin membuyarkan fokus Mika. Saat mengalihkan tatapannya, pria yang tampak familiar itu malah melemparkan sebuah senyum pada Mika dari tempatnya berdiri. 

Tubuh Mika seketika menegang. ‘Tidak, itu bukan dia! Tidak mungkin!’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status