共有

7. Seperti Pelacur

作者: Jihan Fahrira
last update 最終更新日: 2025-11-12 21:39:37

"Kau dari mana, hah?!" Erick tampak marah saat melihat Giselle baru kembali ke kamarnya. Padahal, ini sudah pukul 9 malam, dan pria itu sudah menunggunya sejak petang tadi.

Sang wanita melirik ke arah jam dinding. Ia lantas mengulum bibir dengan kepala sedikit tertunduk. Ini karena Gabriel yang memaksanya untuk tetap tinggal, dirinya jadi terlambat untuk menemui suaminya.

"Kau bisu?! Mulutmu terkunci rapat! Apa perlu aku merobek mulutmu agar bisa terbuka?!"

"Aku ada urusan," jawab Giselle cepat.

"Urusan?" Erick mendekat. Membuat wanita itu mundur satu langkah darinya. Kemudian, matanya memicing tajam mendapati sebuah tanda kemerahan di leher sang istri yang biasanya selalu tampak bersih.

Srak!

Giselle tercekat saat tiba-tiba, Erick menarik kasar kemejanya hingga membuat beberapa kancingnya terlepas secara paksa.

Pria itu langsung terperangah begitu mendapati banyaknya kissmark di sekitar dada dan bahu sang istri. "I–ini–"

Giselle buru-buru membenahi pakaiannya. Kancingnya rusak, jadi ia terpaksa memegangi kemejanya dengan tangan agar tak terbuka. "Ka–kamu yang memaksaku melakukan ini."

"Hah?! HAHAHAHA!" Tawa Erick terdengar menggelegar di penjuru ruangan. Pria itu sampai harus mengusap sudut matanya yang berair lantaran terlalu keras tertawa.

Giselle hanya diam mendengar tawa sang suami. Hatinya diselimuti sendu. Ia merasa seperti seorang pelacur yang begitu hina saat ini.

"Pada siapa kau menjual tubuhmu? Aku penasaran. Apa kau menggoda penjaga keamanan di luar? Atau ... seorang petugas kebersihan yang kebetulan melintas di depan kamar?" ejek Erick.

Giselle tak tahan lagi dengan penghinaan ini. "Keluarlah, Erick. Kamu mau apa di sini? Ini sudah malam. Hana pasti menunggumu."

"Kau mengusirku?" Pria itu menatap tak senang.

"A–aku hanya ...." Giselle merasa takut kali ini. Apalagi, pria itu berusaha mendekatinya. Memaksa dirinya untuk terus bergerak mundur, hingga bokongnya berakhir menubruk meja di sudut dinding. Ia pun tersudut. Tubuhnya berada di antara Erick yang hanya berjarak 5 sentimeter darinya dan juga meja.

"Sepertinya, aku kemarin terlalu bodoh untuk menyiakan dirimu," gumam Erick seraya meraih dagu wanita itu.

Giselle bergemetar. Ia berusaha menjauhkan wajah seraya memejamkan mata.

"Jika dilihat-lihat, tubuhmu cukup indah," tambah Erick. "Ck! Kenapa aku baru menyadarinya? Sayang sekali, orang lain yang lebih dulu merasakan keperawananmu."

"Er–rick." Giselle merasa tercekat saat pria itu menggunakan tangannya yang lain untuk meraba tubuhnya.

"Kau takut?"

"Jangan–hh!" Wanita itu menggelengkan kepala ketika tangan sang pria berusaha menelusup masuk ke balik kemejanya.

Erick terkekeh sinis. "Kau seperti seorang pelacur. Kau membuatku jijik, sekaligus penasaran."

Giselle segera mencekal tangan pria itu. Membuat kemejanya sedikit terbuka lantaran 2 buah kancingnya rusak oleh perbuatan Erick sebelum ini. "Jangan, Erick. Kumohon, jangan ...," lirihnya sedikit bergemetar.

"Kenapa? Bukankah sebenarnya kau sudah lama menginginkanku?"

"Kamu salah paham, Erick. Aku hanya ingin membalas budi terhadap jasa Kakek."

"Kalau begitu, biarkan aku mengajarimu, bagaimana caranya membalas budi dengan benar." Erick menarik tangannya dari cekalan sang wanita. Lalu, tangan tersebut merayap naik dan menyentuh leher wanita tersebut.

Giselle merasa tercekat. Ia tahan pergelangan tangan yang seakan ingin mencekik lehernya itu. Tidak peduli lagi akan kemejanya yang terbuka hingga memperlihatkan sebagian asetnya yang menonjol.

Erick menyeringai. Entah mengapa, wajah ketakutan wanita itu justru membuatnya semakin tertantang untuk menggaulinya.

"Erick, tolong pikirkan Hana!" pekik Giselle yang semakin merasa terancam.

"Hana?" Erick tentu saja mengingat kekasihnya. Ia memang mencintai gadis itu. Namun, dirinya juga tak ingin merusak sang gadis.

Selama berpacaran dengan Hana, Erick hanya berani berciuman dan making out saja. Tak pernah benar-benar masuk ke permainan inti, sebab dirinya takut apabila hubungannya dengan Hana tidak bisa berakhir sesuai harapan. Ia tak ingin merusak gadis itu. Apabila hubungannya dengan Hana berakhir, setidaknya Hana masih seorang gadis yang suci dan perawan.

"Tentu saja. Aku bisa membayangkan wajah Hana, selagi melakukannya denganmu. Ah! Seharusnya sejak awal saja aku menjadikanmu boneka seksku," ujar Erick, yang berhasil membuat Giselle merasa tercekik hanya dengan mendengar sebaris kalimat mengerikan tersebut.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   18. Sama-sama Selingkuh

    Gabriel dan Giselle berpisah di lobi, setelah mereka berdua memutuskan untuk kembali ke hotel dengan sebuah taksi.Hari sudah siang, bahkan menjelang sore. Meskipun Giselle yakin bahwa Erick belum pulang, tetapi dirinya harus cepat-cepat kembali, sebelum pria itu tiba.Di sepanjang langkahnya menuju kamar, wanita itu merasa gelisah memikirkan foto yang dikirim di ponselnya tadi saat bersama Gabriel. Ia mulai was-was. Dirinya yakin, seseorang yang tak dikenali mengikutinya dan Gabriel tadi. Tapi, siapa?"Tidak. Tidak." Giselle menggeleng atas pemikirannya sendiri. "Tidak mungkin Erick. Jika Erick melihatku, dia tidak akan memotretku diam-diam dan mengirimkan foto itu dengan nomor asing. Erick itu 'kan ....""Aku kenapa?"Wanita itu terperanjat bukan main saat mendengar sahutan seorang pria dari hadapannya. Tanpa sadar, rupanya ia sudah tiba di depan pintu kamar. Dan kini, terlihat suaminya tengah berdiri di ambang pintu yang terbuka itu."Erick? Kamu sudah pulang?" tanya Giselle basa-b

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   17. Ada yang Mengikuti?

    Pagi itu, Hana menelepon Erick dan merengek agar pria itu menemuinya di hotel tempatnya dipindahkan. Kata gadis itu, ia merasa kurang enak badan. Dan Erick .... Tentu saja pria itu langsung melesat pergi menemui sang kekasih gelap tanpa berpikir panjang. Sehingga ketika Tuan Warsana datang untuk mengajak sarapan bersama, Giselle terpaksa harus putar otak memikirkan alasan yang logis atas kepergian suaminya untuk disampaikan kepada pria tua tersebut. "Erick ini! Kakek mengirim kalian untuk berbulan madu, tapi dia justru sibuk menemui teman-temannya!" decak Tuan Warsana yang duduk tepat di hadapan Giselle di sebuah meja di restoran hotel. Wanita muda tadi tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Kakek. Biarkan Erick bertemu teman lamanya. Aku tidak keberatan. Lagi pula, aku juga tidak ingin suamiku merasa jenuh bila harus seharian terus-menerus berada di hotel untuk menemaniku." Bibir Tuan Warsana mencebik samar. "Seharusnya dia menjagamu!" Kata-kata itu hanya dibalas senyuman tipis oleh G

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   16. Dikejar Berondong

    Baru saja hendak mengambil sebungkus pembalut di rak supermarket, Giselle langsung dikejutkan dengan sebuah tangan yang muncul dari belakang kepalanya. Mengambil sebungkus pembalut yang semula hendak ia ambil.Wanita itu terperanjat dan refleks berbalik. Sontak saja tubuhnya kini berhadapan dengan tubuh pria jangkung itu, dengan dirinya yang terhimpit oleh rak supermarket dengan tubuh tersebut."Jadi, ini yang membuatmu bersikap tidak biasa seharian ini?" tanya pria itu sambil bergantian menatap antara wajah Giselle dengan bungkusan produk kewanitaan di tangannya.Giselle melotot mendengar pertanyaan tersebut. Ia pun langsung merebut pembalut itu dari tangan sang pria. "Berikan padaku! Dasar tidak sopan?""Tidak sopan?" Gabriel melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan jika di sana cukup sepi. Kemudian, ia ulurkan tangan kanannya bertumpu pada baris rak di belakang kepala wanita itu. Tangan kirinya lekas terangkat meraih dagu sang wanita.Giselle langsung memalingkan wajah hingga

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   15. Penolakan

    "Jangan gunakan hatimu saat bersamaku, Gabriel. Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu."Hanya sebaris kalimat itu yang terus terngiang di kepala Gabriel. Berputar-putar tiada henti, bagaikan kaset yang rusak.Kalimat sederhana itu, nyatanya meninggalkan bekas luka yang menganga lebar di dada Gabriel. Ia tidak bisa percaya ini. Cintanya ditolak oleh Giselle.Baiklah. Mungkin, Gabriel memang salah karena kurangnya persiapan dalam usaha menyatakan cinta. Mungkin, waktunya kurang tepat. Dan mungkin juga, dirinya terlalu cepat memutuskan."Ck! Fuck!" umpat pria itu sambil menendang lantai lantaran frustrasi."Tuan?" Dave yang baru tiba itu cukup terkejut melihat tuannya tampak dalam kondisi emosi yang tidak stabil.Saat menyadari bahwa sang asisten masuk, Gabriel langsung menoleh. "Carikan aku sesuatu yang menyegarkan, Dave! Aku ingin minum.""Cola, Tuan?" tanya Dave spontan.Gabriel tercenung. "Apa maksudmu dengan cola?! Kau pikir aku kehausan?!"Dave lan

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   14. Mengakhiri atau Memulai?

    Giselle merasa gelisah sendiri memikirkan kejadian di lift tadi. Benaknya dipenuhi tanda tanya akan siapa sosok wanita yang dibawa oleh Gabriel tadi. Mungkinkah jika wanita paruh baya itu adalah pelanggan sang pria?"Huh! Semua pria sama saja," gerutu Giselle dengan wajah muram. Ia berkali-kali memeriksa ponselnya. Tetapi, pemberitahuan yang dinantinya sejak kemarin tak kunjung muncul.Ya. Pemberitahuan pesan atau panggilan dari Gabriel yang sejak kemarin ditunggu oleh Giselle. Memang siapa lagi?Wanita itu membuang napas kasar sambil meletakkan ponselnya ke atas meja. Ia benar-benar suntuk. Perasaannya tak menentu memikirkan apa yang kira-kira Gabriel lakukan bersama wanita itu di kamar sang pria. Mungkinkah ...."Akh! Shh .... Kenapa aku memikirkan hal seperti itu?" gumam Giselle sambil menggelengkan kepala. Berusaha menghapus pikiran buruknya yang terasa menghantui."Apa?! Baiklah, aku segera ke sana!"Mendengar suara Erick yang seperti terkejut, Giselle pun refleks menoleh ke arah

  • Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya   13. Pertemuan Tak Terduga

    "Tuan terlihat gelisah," celetuk seorang pria yang baru saja menuangkan wine ke dalam gelas milik pria lain yang ia panggil Tuan itu."Oh ya?" sahut sang tuan acuh tak acuh."Ada masalah, Tuan? Barangkali saya bisa bantu."Pria muda itu menoleh. Wajahnya terlihat lesu. "Kau punya kekasih, Dave?"Dave tertegun mendengar pertanyaan tuannya. Bertahun-tahun ia bekerja bersama sang tuan, baru kali ini tuannya itu menanyakan sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan pribadinya. "Itu .... Apa Tuan Muda sedang memikirkan seorang gadis?""Hmm .... Istri orang, lebih tepatnya."Dave melotot terkejut mendengar pengakuan tuannya. "Tuan!"Gabriel. Pria 23 tahun itu tersenyum masam, sebelum akhirnya menenggak minuman di gelasnya hingga tandas."Aku akan pergi tidur," pamit pria muda itu, yang kemudian bergegas meninggalkan Dave di tempat tadi.***Keesokan paginya, Giselle melakukan sarapan bersama dengan Erick dan Tuan Warsana di restoran hotel. Mereka tampak berbincang hangat bak keluarga

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status