Share

Bermuka Dua

Author: Renko
last update Last Updated: 2023-01-04 14:25:31

Ethan baru saja menyelesaikan panggilan telepon. Tangannya mengepal erat, tidak terima dengan keadaan menyesakkan ini terus-menerus. Kali ini pun dia tidak tahu apa yang direncanakan Ibu dan Charla selanjutnya.

“Sir Ethan, apa kita sudah bisa menghadiri rapatnya sekarang?” Sekretaris wanitanya berkata.

“Sudah berapa lama kita terlambat?”

“Lebih kurang sepuluh menit. Seluruh peserta rapat sudah hadir, tinggal menunggu Anda untuk memulainya.”

“Bisakah mengambilkanku minuman terlebih dahulu?”

Ethan yang sejak tadi menghadap jendela lebar dengan pemandangan kota dan gedung-gedung itu membalikkan badan, mukanya tampak pucat.

“Anda baik-baik saja, Sir?”

Saat sang sekretaris akan mendekat, Ethan kembali berkata, “Ambilkan minuman untukku sekarang juga,” perintahnya dengan suara tegas.

“B—baik!”

Saat sang sekretaris berjalan cepat keluar dari ruangan, Ethan duduk di kursi jabatan. Dia mengambil sesuatu dari dalam laci, sebuah botol obat. Hanya tersisa dua kapsul.

“Sir Ethan! Maaf membuat Anda menunggu. Ini minuman yang Anda minta.”

Semakin mendekati meja Ethan, sang sekretaris terkejut melihat apa yang ada di tangan bosnya itu. Dia tidak pernah tahu kalau Ethan sedang mengonsumsi obat. Melihat tulisan yang ada pada kemasan, dia mengetahui dengan jelas fungsi obat tersebut.

Calmexa, obat penghilang kecemasan. Sejak kapan bosnya merasa cemas? Padahal, selama ini Ethan menghadapi masalah perusahaan dengan percaya diri dan tanpa hambatan.

Ethan meminum obatnya, lalu berkata, “Kau tidak perlu ikut dalam rapat ini. Aku akan menghadapinya sendiri.”

“Tapi Sir—“

“Sebagai gantinya, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku.”

“Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Sir?”

“Hubungi pengacaraku dan atur janji temu hari ini.”

“Pengacara? Apa ada hal besar yang akan Anda lakukan sampai harus melibatkan pengacara?”

Pikiran Ethan melamun jauh ke depan. Bibirnya berat untuk digerakkan, tetapi akhirnya dia tetap mengucapkan kata itu dalam keadaan hati yang pilu, “Ada, perpisahan.”

“Perpisahan?”

Tidak menunggu pemahaman sang sekretaris, Ethan segera bangkit dan keluar dari ruangannya. Dia berusaha tegar akan keputusan berat itu, menceraikan Isabella agar hidup mereka tidak lagi menderita.

**

Charla mondar-mandir dengan pikiran yang terus berputar. Di dalam kamarnya, keheningan hanya diputus oleh bayangan seseorang yang bergerak dari celah bawah pintu.

Pintu kamar terbuka pelan. Dia melihat ibunya masuk dengan hati-hati. Pintu pun ditutup perlahan, tanpa menimbulkan suara berarti.

“Ibu sudah memastikan kalau tidak ada yang mengikuti, ‘kan?” tanya Charla cepat.

“Ya, kau tenang saja. Bagaimana dengan wanita itu? Sepertinya dia percaya kalau aku akan mengusirmu.”

Charla menyeringai sebelum raut wajahnya berubah buruk. “Aku tidak suka saat berlutut di hadapan wanita itu.”

“Tapi kau harus melakukan itu agar dia percaya. Yang penting sekarang rencana kita sudah lima puluh persen berhasil. Sekarang tinggal membuatnya masuk jebakan kita sepenuhnya.”

“Ya, Ibu. Malam ini Kak Ethan tidak akan pulang, waktu yang tepat untuk kita menyingkirkan wanita itu.”

“Baiklah, kalau begitu tinggal langkah terakhir,” ucap ibu mertua, lalu tersenyum licik.

**

Isabella tengah berada di halaman belakang bersama kepala pelayan dan tukang kebun. Dia mendapatkan kabar sebelumnya bahwa ada hama yang merusak kondisi tanaman.

“Apa yang kita bisa lakukan untuk mengatasi masalah ini?” tanya Isabella penuh harap.

Tukang kebun menyogok bibit tanaman yang mulai terkena dampak. “Kita perlu memperkuat sistem kekebalan tanaman dengan menggunakan pupuk organik kaya nutrisi. Saya akan menyiram tanaman secara teratur untuk memastikan kelembapan yang cukup.”

Isabella mendengarkan dengan penuh perhatian. “Baiklah. Apa ada lagi?”

“Selain itu, Nyonya, kita bisa mempertimbangkan untuk memasang perangkap hama dan menggunakan pestisida organik. Ini akan membantu mengendalikan hama tanpa merusak ekosistem di sekitar.”

Isabella mengangguk paham. “Kepala pelayan, apa kau bisa membantuku untuk memenuhi kebutuhan kita ini?”

“Baik, Nyonya,” ucap kepala pelayan.

“Kalian bisa berkoordinasi. Lakukan yang diperlukan, aku percayakan pada kalian.”

Kepala pelayan dan tukang kebun mengangguk. Pada saat bersamaan, ponsel Isabella berdering sehingga membuatnya harus membuat jarak dari para pekerja. Panggilan itu adalah panggilan pribadi dari Charla.

“Halo, Charla?” ucap Isabella sesaat panggilan tersambung.

“Kakak! Tolong aku!”

Raut wajah Isabella seketika berubah panik. “Ada apa? Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja? Katakan padaku ada di mana kau sekarang!”

“Seseorang membawaku, Kak! Tolong aku!”

“Siapa orang itu? Cepat katakan padaku!”

“Aku tidak mengenalnya!”

Isabella mendengar suara seperti benda dibanting, diikuti oleh teriakan Charla. Tidak lama kemudian, panggilan terputus.

“H—halo?”

Isabella melihat layar ponsel, sadar bahwa panggilan telepon sudah tidak lagi tersambung. Dia bingung harus mencari Charla ke mana lebih dulu. Saat ini, hanya nama Ethan yang ada di dalam benak. Dia ingin menghubungi suaminya itu, tetapi niatnya urung karena tidak ingin mengganggu Ethan yang sangat sibuk.

Tepat saat Isabella akan pergi, kepala pelayan yang mengawasi sejak tadi segera berkata, “Nyonya akan ke mana?”

“Aku akan pergi keluar sebentar. Teruskan pekerjaan kalian,” ucap Isabella.

Baru membalikkan badan, Isabella tersentak saat kepala pelayan memegang tangannya.

“Nyonya, saya mohon jangan pergi sampai Tuan kembali.”

“Suamiku tidak pulang malam ini, sedangkan aku terburu-buru.”

“Firasat saya tidak enak, Nyonya.”

Isabella terdiam sebentar, lalu dia tersenyum hangat. “Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, tapi sungguh aku akan baik-baik saja. Aku pasti segera kembali.”

Tidak ada lagi alasan bagi kepala pelayan menghalangi, jadi dia terpaksa melepaskan tangan istri tuannya itu.

Isabella bergegas menuju kamar untuk mengambil kunci mobil. Saat hendak keluar rumah, dia tidak sengaja bertemu dengan ibu mertua.

“Kau mau ke mana, Isabella? Langit sebentar lagi akan berubah gelap.”

“Apa Charla menelepon Tante hari ini?”

“Charla?” Ibu mertua tampak heran. “Tidak. Memangnya, ada apa? Dia membuat ulah lagi?”

Dari perkataan itu, Isabella berpikir bahwa ibu mertua tidak tahu soal Charla. Dia tidak ingin memberi tahu pembicaraannya dengan Charla lewat telepon karena takut akan menimbulkan kekhawatiran.

“Tante tahu ke mana biasanya Charla pergi?”

“Kenapa kau ingin tahu? Apa itu penting?”

Isabella tidak menjawab. Ibu mertua juga tidak memaksa agar diberi jawaban.

“Dia sering menghabiskan waktu di night club.”

“Night club?”

“Ya, Midnight Muse.”

Midnight Muse adalah tempat legendaris, terletak di jantung pusat kota. Ada peraturan khusus agar pengunjung bisa masuk ke sana yaitu dress code. Untuk mengetahui tema dress code, Isabella harus mengunjungi situs club.

“Ada apa memangnya?”

Pertanyaan ibu mertua memecahkan lamunan. Isabella menggeleng, lalu bergegas pergi. Dia mengunjungi situs Midnight Muse sambil berjalan menuju mobilnya. Setelah mengetahui tema dress code kali ini, dia pun menyalakan mesin dan melajukan mobil keluar dari kediaman.

Ibu mertua melihat kepergian Isabella, lalu tersenyum. Dia menghubungi Charla dan mengatakan bahwa Isabella sudah berangkat menuju Midnight Muse. Di samping itu, kepala pelayan yang masih mengawasi diam-diam pun ikut melaporkan kejadian tersebut pada tuannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Berpisah Dengan Suami Kaya   Sukses dan Usai

    Lima tahun berlalu, kesuksesan semakin menghampiri Sara. Dia sudah berjuang sejauh ini untuk menaikkan harga diri sebagai seorang istri. Bukan hanya kehidupan di rumah, kehidupan di luar pun dia berhasil memperjuangkan dirinya.Sehingga nama Sara dikenal oleh banyak kalangan, bahkan kepopulerannya bisa dikatakan berada di tingkat atas Rion yang notabene lebih dulu menjalani kegiatan berbisnis."Melalui perencanaan, kita perlu mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan dan mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya. Perhatikan juga soal pengorganisasian, struktur pemberian tugas, pengalokasian sumber daya, pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok agar dapat menerapkan rencana yang sudah disepakati," ucap Sara sesaat mengurungkan niat untuk menaiki mobil."Mama!"Sara menoleh ke sumber suara, menemukan Rion dan putri kecil mereka. Dia tersenyum dan mengakhiri panggilan telepon, lalu menghampiri dua orang yang sangat disayangi."Kau yang menjemputny

  • Berpisah Dengan Suami Kaya   Lapangan Golf

    Rion mengusap dagu, memikirkan betul-betul perkataan Auris. Bukan berarti dia tidak ingin menikahi Sara, akan tetapi dia butuh waktu yang pas untuk mengajak mantan istrinya itu untuk berumah tangga kembali.Rion mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari dalam saku, lalu memperlihatkan isinya pada Auris. Itu adalah kotak usang yang berisi cincin pernikahannya dengan Sara sebelum mereka berpisah."Aku selalu membawanya di dalam saku dan selalu ragu untuk memberikannya pada Sara, di samping mencari waktu yang cocok, aku juga ragu apakah harus membeli cincin baru atau tidak."Rion mengeluarkan satu kotak lagi dari saku yang berbeda dan berkata, "Pada akhirnya, aku memesan yang baru dan tadinya ingin aku berikan, tapi suasana hati Sara tampak tidak baik. Aku rasa belum saatnya untuk memberikan cincin ini padanya.""Anda membawa dua kotak cincin dalam saku pada saat bersamaan?""Setiap hari. Aku memikirkan tindakan mana yang pas untuk menggambarkan ketulusanku. Mungkin, aku bisa mati sak

  • Berpisah Dengan Suami Kaya   Ayo, Menikah!

    Suasana semakin tegang sesaat Charla berseru. Dia benar-benar tidak menyukai bagaimana ibu dan anak ini berusaha mengambil keuntungan dari Rion, padahal sudah mencicipi dinginnya lantai penjara."Aku akan menyiapkan uangnya," ucap Rion.Sara terkejut, tidak pernah menyangka kalau keinginan ibu dan adik tiri ini akan dipenuhi. Dia hendak menghalangi, tetapi Rion menghentikannya.Malam itu Belinda dan Charla terpaksa menginap, karena tidak memiliki tempat tinggal. Hancur sudah harapan Sara yang menginginkan waktu bersama dengan Rion."Maafkan aku, Sara. Kau jadi harus kembali.""Tidak masalah. Aku hanya tidak habis pikir kalau kau akan memenuhi keinginan mereka setelah apa yang terjadi padaku dan juga padamu.""Aku sudah menyakitimu, karena membiarkan mereka masuk ke kehidupan kita kembali."Sara menggelengkan kepala. "Bukan itu masalahnya sekarang. Bagaimana kau akan menghadapi mereka selanjutnya? Apa ingin membuat kesepakatan agar aku mengembalikan warisan kakekmu? Aku akan meminta di

  • Berpisah Dengan Suami Kaya   Tinggal Bersama

    Sara jengkel saat mantan suaminya tertawa, padahal dia sudah begitu serius. Apa yang lucu dari pertanyaannya?"Ternyata kau masih menyimpan rasa cemburu pada Gista.""Memangnya, apa yang aku lakukan tidak wajar?""Wajar. Itu pertanda kau benar-benar memiliki perasaan padaku. Begitu pula dengan aku yang merasa cemburu ketika dirimu pergi makan malam bersama pria lain."Sara mencebik, karena dia masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Waktu kebersamaan antara Rion dan Gista membayangi pikiran sampai membuat dia tidak tenang."Aku belum pernah ke rumahnya Gista. Dia memiliki banyak pertimbangan untuk perabotan, jadi meminta penilaianku melalui foto. Di sana aku melihat kalau dia pandai dalam menata barang, karena rumahnya pun sangat rapi dan nyaman untuk dipandang."Sara mengernyitkan alis. "Nyaman untuk dipandang?"Sara menyingsingkan lengan baju, lalu bangkit seraya meletakkan kedua belah tangan di pinggang."Aku akan membuatnya jauh lebih nyaman dipandang."Lagi-lagi sikap

  • Berpisah Dengan Suami Kaya   Rumah Baru Rion

    Benar. Rion memang mengatakannya, tetapi dia sangat ingin sekali menarik kata-kata itu kembali. Dia tidak ingin Sara membuka hati untuk pria lain. Dia hanya ingin Sara menyukai dirinya seorang."Jadi, kau sudah memutuskannya?" tanya Rion."Memutuskan apa?""Bahwa kau akan bersama dengan pria tadi?""Kau sudah mengacaukannya.""Tadi pria itu mengatakannya sendiri kalau dia tidak akan menyerah padamu. Aku tidak akan mengganggu waktu kencan kalian lagi jika kau memang ingin bersamanya.""K—kenapa berubah pikiran begitu cepat?""Aku tidak berubah pikiran. Seperti yang aku katakan kalau kau bisa bersama pria lain jika dari mereka ada yang membuatmu bahagia. Setelah apa yang kau lalui selama ini, aku tidak ingin menghambat langkahmu di masa depan.""Kau sudah membuatku menunggu begitu lama. Saat kembali, apa tidak ada yang ingin kau lakukan untukku? Bukankah kau sendiri yang meminta diberi kesempatan. Aku belum melihat apa-apa darimu.""Maksudmu soal perjuanganku untuk mendapatkanmu? Aku su

  • Berpisah Dengan Suami Kaya   Turunkan Aku!

    Sara melihat sekeliling dengan gelisah, sedangkan pria di hadapannya agak bingung dan sejak tadi merasa berbicara sendiri. Sara sama sekali tidak fokus. Hal apa yang membuatnya begitu? Padahal, yang meminta waktu makan malam mendadak adalah Sara sendiri."Apa Anda tidak lapar?"Sara langsung tersentak. Dia melihat porsi santapannya yang tidak usak, hanya memotong-motong steak sampai berukuran kecil, sedangkan pria yang menjadi teman makan malamnya hampir selesai. Ternyata dia termenung dan tidak sadar kalau keadaan terus berlalu."Tidak. Saya akan menikmatinya sekarang."Sara berpikir selama itu, apakah peringatannya belum jelas? Rion tidak datang setelah dia menyebutkan di mana tempat dirinya akan makan malam bersama seorang pria.Apa akhirnya akan begini lagi? Rion tidak benar-benar tulus padanya, bahkan mengetahui kalau wanitanya akan pergi bersama pria lain tidak membuat Rion terusik."Setelah makan malam nanti, apa Anda memiliki waktu?""Ah, apa? Waktu?""Ya, waktu."Sara agak fr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status