"Mulai hari ini jatuh talak dua padamu Davika Darmawan. Sudah kukatakan jangan pernah kamu berhubungan dengan keluargamu lagi, tapi kamu tak mau mendengarku! Kamu malah mengucapkan selamat atas kelahiran anak Kak Aldo! Kamu memang istri kurang ajar! Silakan pergi dari rumah ini!"
Usiran dari Rafi bak petir yang menyambar tubuh Davika di siang bolong. Rafi menjatuhkan talak dua hanya karena istrinya membuat status i*******m yang berisi ucapan selamat atas kelahiran putri kedua kakak kandungnya. Memang semenjak mereka memutuskan untuk rujuk, Rafi melarang keras Davika menghubungi keluarga besarnya. Laki-laki itu benar-benar memutuskan tali silaturahmi antara Davika dengan keluarganya.
Perih! Sangat perih hati perempuan yang beberapa jam lalu masih bergelar istri dari seorang Rafi Rahmadani, seorang putra dari pengusaha ternama di kota tempat tinggal Davika. Seorang laki-laki yang sebenarnya masih terikat saudara jauh dengan Davika. Ya, Kakek Davika dan Rafi masih terikat saudara sepupu. Keduanya sama-sama pengusaha terkenal di bidang perkainan. Perusahaan yang turun temurun diwariskan pada keluarga sejak tahun 1970-an.
Keluarga Rafi jauh lebih mapan dibandingkan keluarga Davika. Apalagi semenjak rumah tangga kedua orangtua Davika retak, hidup Davika berubah 180 derajat. Ia tak lagi sepadan dengan keluarganya yang lain karena usaha kedua orang tuanya mengalami kebangkrutan. Tak tanggung-tanggung, Davika yang terbiasa hidup mewah langsung jatuh sejatuh-jatuhnya.
Di usia 18 tahun, Davika mengalami jungkir baliknya kehidupan dengan begitu kejam. Orangtuanya tiba-tiba memutuskan untuk bercerai. Belum lagi rumah yang selama ini keluarganya tinggali hampir 22 tahun lamanya disita oleh bank sampai-sampai mereka harus menumpang di rumah, Nina, adik kandung ibunya. Masalah keuangan kembali menjadi momok yang menakutkan bagi keluarga gadis itu, Aldo, anak tertua mereka harus putus kuliah karena terkendala biaya. Selain itu, kenakalan adik bungsunya di SMP yang terjerat kasus narkoba juga menjadi penyumbang jatuhnya hidup Davika.
"Kak, aku minta maaf. Story-nya udah aku hapus, Kak!" pinta Davika setengah memelas. Ia turunkan egonya dan berusaha menenangkan kobaran api di mata Rafi. Davika tak bisa begitu saja menyerah, ia tak mau terlihat kalah di depan keluarga besarnya. Tak mungkin ia kembali pada keluarga besarnya setelah ia membuang mereka hanya untuk kembali bersama dengan Rafi.
"Sudah cukup Vika! Tidak ada maaf bagimu, silakan angkat kaki dari sini!" usir Rafi dengan penuh amarah. Telunjuk kanan milik laki-laki itu teracung menunjuk ke arah pintu apartemen.
"Kak, aku cuman ngucapin selamat sama Kak Aldo lewat instastory! Kenapa Kakak sampai marah begini?" Kedua alis tebal wanita muda itu bertaut. Ia benar-benar tak mengerti kenapa Rafi harus semarah itu?
"Kamu bilang cuma? Dengan kamu bersikap kayak gitu. Kamu sama aja menginjak-nginjak harga diriku! Kamu lupa bagaimana keluarga besarmu mencibir saat kamu memutuskan untuk rujuk denganku? Hah?" Lagi, amarah Rafi meledak-ledak tak terkendali.
"Ya Allah, Kak! Aku cuman ngucapin lewat instastory." Davika menjambak poni panjangnya frustrasi.
"Kak, selama ini aku udah nurut sama Kakak. Kakak enggak mau aku ketemu keluargaku, aku udah lakuin, Kak. Aku bahkan enggak pernah ketemu Mama, Kak Aldo, Irvan, juga keluarga besarku. Aku lakuin semua demi rujuk sama Kakak! Terus sekarang Kakak dengan mudahnya jatuhin aku talak? Enggak lucu, Kak!" ucap Davika. Bibirnya bergetar menahan entakan air mata yang mendesak keluar dari mata sipitnya.
"Keputusan kamu tuh setengah-setengah Vika! Buktinya kamu masih mencoba membangun komunikasi dengan keluargamu! Sebagai istri, kamu sama sekali tidak menghargaiku sebagai suamimu!" Lagi, Rafi melampiaskan emosinya dengan menggebrak meja mini bar di dapur apartemennya.
"Ya ampun, Kak! Aku lakuin ini biar teman-teman sosmed-ku enggak curiga tentang masalah yang kita hadapi. Masa iya Kak Chika abis kesusahan lahiran sampe disesar, terus aku sebagai adik iparnya cuek aja gitu? Seolah enggak terjadi apa-apa? Lagian apa salahnya sih ngucapin? Toh aku juga enggak dateng kan buat jenguk?" cecar Davika. Perempuan berkulit eksotik itu mulai ikut emosi. Genangan air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh juga.
"Tetep aja sama! Kamu tidak mematuhi perintah suamimu! Sekali ucapan talak terucap, mulai saat ini kamu bukan istriku lagi!" hardik Rafi seraya mendorong tubuh Davika.
"Astagfirullah Kak, pikirkan gimana nasib Keenan? Ini udah kedua kalinya Kakak talak aku. Aku harus gimana biar Kakak cabut ucapan Kakak? Aku udah korbankan semua demi Kakak dan sekarang Kakak dengan mudahnya membuang aku dan Keenan? Kakak benar-benar keterlaluan!" Kini perempuan berusia 25 tahun itu mulai terisak.
Memang benar semua adalah kesalahannya! Salah karena terbujuk rayuan Rafi agar kembali bersama. Davika benar-benar menyesali semuanya! Ia menyesal karena pernah jatuh hati pada laki-laki berkulit putih itu. Wanita itu tergugu meratapi keputusannya rujuk dua tahun yang lalu. Ia menangisi keputusan yang membuatnya mengabaikan ridho orang tua dan keluarga ketika dirinya ingin kembali rujuk dengan Rafi.
"Terserah! Yang jelas talakku sudah jatuh padamu! Silakan pergi dari sini!" usir Rafi sekali lagi.
"Satu lagi, kamu tenang aja, meski kita bercerai, Keenan tetap anakku dan aku tidak akan menelantarkannya!" sambung Rafi seraya membalikkan badan menatap lurus jendela apartemen. Lelaki itu bersikukuh mengeraskan hatinya pada Davika. Ia sama sekali tak mau menarik kembali ucapannya barusan.
"Aku harap Kakak takkan menyesali apa yang Kakak lakukan hari ini padaku dan Keenan. Baik aku akan pergi! Terima kasih telah menorehkan luka yang begitu dalam pada hidupku."
Perempuan berlesung pipi itu sudah tak bisa menitikan air mata. Ini memang salahnya karena sudah menerima Rafi kembali setelah peristiwa KDRT yang dilakukan suaminya dua tahun lalu. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang? Pulang ke rumah orangtuanya? Ah, rasanya tidak mungkin! Ia terlalu malu!
Sejak awal keluarganya sudah menentang keputusan Davika untuk rujuk dengan Rafi. Apalagi Aldo --kakaknya-- sampai memberikan ultimatum bahwa ia tidak akan peduli dengan apa pun yang terjadi pada hidup Davika. Aldo mencoret Davika dalam daftar keluarganya.
Jujur saja, Davika menerima Rafi karena masih berharap lelaki itu akan berubah dan ia pun tergoda dengan kemewahan yang dijanjikan Rafi. Sejak Ayah dan Ibu Davika bercerai, Davika tak lagi merasakan hidup mewah seperti dulu. Tidak munafik, Davika tak terbiasa hidup sederhana. Ia memerlukan Rafi untuk menyokong gaya hidupnya. Namun, ternyata semua hanya umpan saja. Setelah Davika luluh dan kembali menerima Rafi, nyatanya tetap sama. Rafi hanya berbuat manis di awal saja. Lelaki itu, tetap bersikap kasar juga pelit pada Davika. Bahkan, sekarang Rafi menalaknya hanya karena instastory.
Davika bergidik ngeri membayangkan bagaimana amarah Aldo saat tahu dirinya kembali ditalak oleh Rafi. Namun, jika ia tidak pulang, harus ke mana ia melangkahkan kaki bersama Keenan? Harus ke mana lagi Davika pergi jika bukan kembali pada keluarga yang telah ia tinggalkan dua tahun lalu?
=================
Davika masuk ke dalam kamar dan membereskan barang-barang miliknya. Ia mulai menata pakaian-pakaiannya ke dalam koper besar berwarna abu. Tak lupa ia juga membereskan pakaian Keenan --putra semata wayangnya yang baru berusia 5 tahun--.Pikiran Davika mengawan ke mana-mana. Sekelebat memoar dua tahun lalu mulai bermunculan. Keluarga besar Davika menolak niatnya rujuk dengan Rafi. Memoar itu mulai menerobos masuk ke celah hatinya yang kini berlubang."Sampai mati pun Kakak enggak akan pernah setuju kamu rujuk dengan Rafi!" ucap Aldo penuh penekanan."Tante juga tidak setuju Vika! Buat apa kamu balik sama Rafi? Dia nggak pernah hargain kamu! Kamu lupa apa yang udah Rafi lakuin sama kamu?" Tante Nina --adik kandung Ibu Davika-- ikut melarangnya. Begitu pula dengan suami Nina dan beberapa sanak saudara lainnya. Semua menentang keputusan Davika."Kak, Tante, Om, tolong hargai keputusan Vika," pinta Davika setengah memelas."Mama juga tidak setuju Vika. Mama enggak rela! Mama enggak ridho ka
Davika menyeret dua buah koper keluar dari kamarnya sambil menggenggam tangan Keenan. Entah harus ke mana ia pergi sekarang. Sejujurnya, perempuan muda itu masih ragu jika harus pulang ke rumah ibunya. Namun, jika ia tidak kembali ke rumah itu, harus ke mana lagi kakinya melangkah?"Pa, andai Papa masih ada, mungkin Vika enggak akan segamang sekarang," gumamnya. Setitik air kembali lolos di pipi mulusnya. Ya, Ayah Davika telah pergi selama-lamanya meninggalkan kepedihan yang mendalam di hati perempuan itu. Tak hanya di hati Davika, kepedihan itu juga dirasakan oleh Aldo dan Irvan. Diaz--ayah Davika, Aldo, dan Irvan-- meninggal dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Lelaki paruh baya itu mengembuskan napas terakhirnya di dalam angkutan umum dalam perjalanan menuju rumah Aldo untuk menemui cucu pertamanya yang masih berusia dua tahun. Bukan karena kecelakaan, bukan pula karena terjatuh, beliau tiba-tiba tak sadarkan diri di kursi penumpang. Awalnya ia seperti tertidur di dalam angk
"Vika, Mama pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?""Kak Rafi talak aku, Ma, hanya karena Vika update status instagram ngucapin selamat atas kelahiran baby-nya Kak Aldo dan Kak Chika." Davika menangkupkan kedua tangannya di wajah. Sesungguhnya ia bukanlah wanita yang tegar. Wanita itu mulai sesenggukan. Ia tak habis pikir jika rumah tangganya akan kandas hanya karena status Instagram. Konyol sekali bukan? Susah payah ia mengorbankan segalanya untuk Rafi, tetapi lelaki itu justru dengan mudahnya membuang Davika untuk alasan yang sama sekali tak masuk akal."Dia talak kamu hanya karena itu? Harusnya dari dulu kamu dengerin Mama, Kakak kamu, dan Tante Nina. Apa Mama bilang? Rafi tuh enggak akan pernah berubah!" geram Erna. Wanita cantik yang tak lagi muda itu menahan amarah yang membakar dada. Sesak, sakit, perih melihat nasib anak gadis satu-satunya mendapat perlakuan tak adil dari menantu kurang ajarnya. Rasanya Rafi tak puas-puasnya mempermainkan hati anak gadisnya.“Vi
"Sini kamu!" Aldo menyeret lengan Davika dengan kasar. Bara amarah terpancar dari mata lelaki itu."Ngapain kamu pulang ke rumah? Setelah Rafi udah udah enggak butuh sama kamu, baru kamu inget sama keluarga gitu? Picik banget ya kamu, Vik. Urus aja urusan kamu sendiri! Enggak usah pulang-pulang lagi ke sini!" Ucapan Aldo terdengar keras dan kasar. Lelaki itu masih tak menerima jika Davika harus dimaafkan dengan begitu mudahnya setelah membuang keluarga hanya demi kembali bersama dengan Rafi. Adiknya itu perlu diberikan pelajaran supaya tak mengulang kesalahan yang sama."Kak, maafin Vika. Dulu Vika bener-bener bodoh meninggalkan kalian hanya untuk Kak Rafi. Kali ini aja tolong maafin Vika. Kalau Kakak usir Vika kayak gini, Vika harus ajak Keenan pergi ke mana lagi? Cuman kalian keluarga yang Vika miliki."Bulir air mata turun bersamaan dengan penyesalan Davika. Kakaknya memang benar, ia terlampau bodoh karena rela mening
Dengan sigap, Aldo kembali menggendong Davika ke pangkuannya. Ia memangku Davika dengan ala bridal style. Meski lelaki berlesung pipi itu berusaha untuk tidak peduli pada adiknya, tetap saja hati kecilnya berontak karena sesungguhnya Aldo sangat menyayangi adik-adiknya. Bahkan, saat keluarganya terpuruk Aldo rela jadi tulang punggung keluarga dengan merelakan studi S1-nya. Ia bekerja dalam sebuah proyek pembangunan jalan tol layang bersama Diaz, ayahnya, saat sang ayah belum dipanggil oleh yang Maha Kuasa.Aldo dan Erna langsung masuk ke dalam mobil milik Chika, istri Aldo, yang Aldo kendarai ke rumah sang ibu. Chika sendiri tidak ikut karena ia baru saja melahirkan putri kedua mereka secara caesar tiga hari yang lalu. Sepulang dari rumah sakit tempat Chika melahirkan, Aldo langsung pamit pada Chika untuk menemui Davika di rumah ibunya. Beruntungnya, Chika yang paham dengan hati suaminya langsung mengizinkan tanpa banyak bertanya.Aldo
“Kenapa Vika dirawat, Kak?” tanya Davika pada Aldo.“Harusnya Kakak yang nanya, kenapa kamu sampai kayak gini? Sebenernya apa yang udah dilakuin si berengsek Rafi sama kamu? Bisa-bisanya kamu sampai kekurangan gizi dan dirawat kayak gini!”Gemuruh di dada Aldo kembali memberontak. Lelaki itu lupa dengan janjinya pada Chika dan Erna yang akan bersikap lebih lembut pada Davika. Semua pertanyaan di kepalanya harus segera terjawabkan agar ia bisa memutuskan bagaimana sikapnya pada mantan adik iparnya nanti. Jika Rafi benar-benar bertindak di luar batas, sebagai Kakak Davika, tentu Aldo akan membuat perhitungan.“Aku cuman kecapaian aja, Kak,” sahut Davika seraya meminum air putih yang tersedia di meja kecil di samping ranjang rawatnya. Perut dan kepala wanita itu masih terasa nyeri.“Enggak usah bohong! Jelas-jelas dokter bilang kamu kekurangan gizi! Apa jangan-j
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Mata Davika membelalak tak percaya. Gumpalan embun menyeruak di mata sipitnya. Ia melihat sang suami mengecup hangat dahi seorang gadis yang bersandar di bahunya sambil menonton film romantis di dalam layar datar itu."Vika?" Mata Rafi membulat dan kedua pasangan itu langsung menjauh."Oh, jadi ini alasan sebenarnya Kakak menalak aku? Karena perempuan ini kan? Status instagram cuman alasan yang Kakak buat-buat agar bisa melegalkan perselingkuhan kalian! Kalian bener-bener keterlaluan." Tangan Davika mengepal dengan kencang sampai buku-buku tangannya memutih. Terasa sesak dan nyeri dada wanita itu. Susah payah Davika menahan entakan air mata yang mendesak ingin keluar dari mata sipitnya. Pada akhirnya, air mata itu luruh juga bersamaan dengan kekecewaan yang menusuk-nusuk hatinya."Vik, kamu jangan salah paham. Kakak sama sekali enggak selingkuh!" ucap Rafi membela// diri.
"Mbak Vika, enggak kenapa-kenapa?" teriak salah satu tetangganya panik. Wanita tambun yang berstatus sebagai tertangga Erna itu langsung meraih tubuh Davika yang ambruk. Ia terlihat khawatir apalagi saat melihat wajah Davika yang pucat pasi."Bu, bisa bantu saya masuk ke rumah?" pinta Davika seraya menahan nyeri yang semakin terasa menusuk-nusuk perutnya. Keringat dingin kembali mengalir hampir di seluruh tubuhnya.Sang tetangga langsung membopong Davika seraya mengetuk pintu rumah Erna. Setelah pintu terbuka, keduanya pun masuk. Irvan langsung membantu tetangganya membaringkan Davika di kursi ruang tamu.Keenan yang melihat ibunya kesakitan langsung bertanya, "Mami, kenapa? Mami sakit?" Keenan menggoyang-goyangkan lengan ibunya."Perut Mami sedikit sakit, Sayang." Davika berbicara sambil menggigit bibir bawahnya untuk menahan nyeri. Keenan langsung menatap dua koper di samping Davika. Anak lel