Dengan terkejut Samantha mengamati wajah Salim.
Entah kenapa wajah Salim sangat tidak ramah saat ini. Tidak sama seperti saat pertama kali mereka bertemu di kantor sipil tadi.Hal yang membuat Samantha menjadi tidak nyaman. Hal yang aneh tapi tak bisa dilarang."Ada yang bisa saya bantu?" tanya Samantha."Yah, aku memang ingin meminta bantuanmu," balas Salim."Sebutkan, semoga aku bisa membantu.""Kau tidak sedang bekerjasama untuk menjebak temanku kan?" tanya Salimlangsung pada pokok masalah tanpa mengurangi rasa penuh curiga di wajahnya."Maksudmu?""Jadi begini, aku merasa aku mengenalmu, nggak mungkin kan, aku merasa kamu itu bukan kamu!"Salim merasa ada yang janggal antara Samantha dan Chase. Dari apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat. Salim merasa ada sesuatu yang ditutupi oleh Samantha hingga membuatnya menaruh rasa curiga."Apa alasanmu berpikir begitu?" Samantha mengernyitkan dahinya. Hatinya benar merasa bahwKembali Chase menghadiri rapat, waktu yang bergulir sangat cepat hingga menjelang sore barulah Chase menyelesaikan tugasnya.Kembali ke kantor, Chase melihat sudah banyak karyawan yang pulang tapi masih ada beberapa yang tinggal dan masih fokus dengan pekerjaannya.Chase mendapati meja sekretarisnya sudah kosong, memang kemarin dia sempat ijin pulang cepat karena ada acara keluarga.Saat membuka pintu ruangannya Chase terkejut mendapati mantan sekretaris lamanya, Leda sedang duduk dengan santai di sofa.Leda? Ada urusan apa? "Siapa yang mengijinkanmu masuk?""Tidak ada siapapun yang berjaga di depan jadi aku masuk saja." "Kau tahu itu pelanggaran?" "Oh ayolah Mr Navarell, kau tahu aku pernah di sini jadi_" "Justru karena kau pernah di sini, harusnya kau tahu bahwa aku tidak akan mengizinkan sembarang orang masuk ke ruanganku." Chase melihat Leda bangkit berdiri, saat itulah Chase tahu betapa gaun yang Leda pakai begitu minim. Led
Chase bisa melihat istrinya mulai bergairah. Ternyata pertunjukan yang tidak vulgar, tidak seronok, intim tapi lembut lebih berhasil menyentuh hati istrinya dibanding pertunjukkan yang memang disengaja untuk menaikkan libido. Chase segera bangkit berdiri, dan memundurkan kursinya dengan kasar, cukup sudah, sekarang dia akan memanjakan istrinya dan menunjukkan semua pelajaran cinta yang dikenalnya. "Tunggu, Sayang. Aku mau lihat sampai selesai." gumam Samantha di bibir suaminya. "Sweetheart, Pleaseee." "Ok..ok..tapi makan ini dulu!" ujar Samantha untuk mengulur waktu. "Cukup, Sweetheart. Aku sudah tidak bisa memakan apapun lagi." "Ini jeruk, sini aku kupas ya jadi tinggal makan untuk menghilangkan bau dan rasa makanan beraroma yang lain!" "Harusnya jeruk itu appetizer," kata Chase. Samantha tertawa. "Aku tahu Sayang, tapi sebagian besar di negara berkembang buah itu jadi dessert." "Mana bisa?" "Bisa aja, kami selalu menutup hidangan utama kami tidak dengan ice crea
"Astaga, Bro. Kenapa nggak segera cerita." Chase tidak menghiraukan gerutuan Arnold, dia langsung menerangkan apa yang terjadi. "Kami menolak bunga dan bingkisan yang dibawa seorang remaja putri." "Kau menolaknya karena?" "Karena kami tidak menerimanya, Nold." "Come on Bro, ini bukan pelajaran bahasa!" "Dan bukan waktunya interogasi, kamu bisa dengan mudah menyimpulkan kenapa kami tidak menerimanya, kenapa harus bertanya?" "Aku hanya ingin memastikan apa yang aku pikirkan sama." Sejenak tidak ada yang berbicara."Kau memang suaminya, tapi sebelum kau datang...akulah yang selalu menjaganya saat dia berada ribuan kilometer dari rumahnya." Chase mendengar apa yang Arnold katakan dan menyadari bahwa itu benar, selama ini Arnold lah yang selalu menjaga Samantha, Arnold dan Bianca, para sahabat istrinya. "Susah untuk mendeskripsikannya, yang pasti kiriman itu mulai mengganggu, ...meresahkan dan menimbulkan rasa takut, aku bisa melihatnya dari reaksi istriku saat dia tahu ada
"Acara intinya apa?" "Yah jelas kalau kita sedang berada di klub triple X, yang terjadi nggak jauh jauh dari adegan ranjang." Samantha menggigit bibir bawahnya sambil memandang Chase.. Berbagai ekspresi berkelebat di wajah istrinya bikin Chase makin gemas."Pertanyaan terakhir, sekarang Mr McEntire dimana?" "No comment, harusnya tadi aku tidak bercerita, kini jadinya istriku punya bahan untuk meledek!" "Nggak Sayang, ini beneran ingin tahu." "Nggak ada hubungannya, Sweetheart," "Tapi dia kan naksir kamu." "Terserahhh. Aku langsung pergi meninggalkannya sendiri tanpa menoleh sedetik pun! Aku ...geli." Samantha tersenyum lalu memeluk pinggang Chase. Chase membelai punggung istrinya sambil mengecup dahi, hidung, bibir istrinya. "Kau mau kita makan malam dulu?" "Memangnya bisa?" "Bisa Sayang, masakan berbagai negara tersedia, semua ada." "Boleh kalau begitu, tapi jangan terlalu berat." Mereka pun mulai melihat menu dan segera memesan."Sayang, tapi gimana kalau s
Chase membuka matanya. Dia mendengar suara Samantha memanggilnya... halusinasi atau alam bawah sadarnya? Chase mengusap wajahnya ketika dia menangkap gerakan di sudut meja...di sanalah istrinya berada, meringkuk. Chase menghampiri istrinya dalam tujuh langkah panjang lalu segera berada disamping istrinya, merengkuh dan memeluk Samantha erat-erat. Terlalu erat malah. "Kenapa duduk di lantai?" Samantha menggeleng, malah balik bertanya. "Ada masalah apa?" "Masalah?" Chase memegang bahu Samantha dan sedikit menjauhkan tubuh istrinya. "Iya, ada masalah apa sampai tadi begitu gelisah?" Ujar Samantha lirih. Chase menatap istrinya, melihat sekeliling dan kini dia bisa melihat keadaan dapur minimalis yang suite sediakan yang kini porak poranda. 'kenapa aku baru sadar sekarang?' batin Chase. "Tidak ada masalah di kantor," jawab Chase, 'hanya saja aku tidak bisa menemukan istri ku!' lanjut Chase dalam hati saja. "Oh tadi kayak gelisah sekali." Chase kini tahu, Samantha
Untunglah kalimat Samantha tercetus saat Chase hampir berhasil mencapai proyek 12 jam-nya, jadi dia merasa lega bahwa dia pria dewasa yang tidak dikendalikan juniornya. Bukan pria dangkal yang bereaksi seperti remaja puber, walau pun frekwensi percintaan mereka yang di awal begitu sering seharusnya normal karena dalam masa bulan madu, akan tetapi ini bulan madu yang terlambat, mereka telah menikah lewat dari enam bulan jadi seharusnya tidak SEPANAS ini. SO HOTT!Chase mengakhiri perdebatannya sendiri sebelum dia mulai resah. 'aih sudahlah bisa-bisa dia mengulang kejadian yang sama, berdialog dengan juniornya, padahal junior itu hanya pelaksana bukan pemutus.' Chase segera mencium pelipis Samantha lalu pamit untuk video call dengan kantor, ada kejadian penting yang harus diputuskannya. "Sweetheart, aku hanya akan meeting online satu jam saja, jadi kau boleh melakukan apapun yang kau suka, tapi ingat hanya satu jam saja!" Samantha mengangguk sambil menggigit bibirnya, kebiasaan s