Samantha langsung menggenggam tangan sahabatnya.
Bianca tersenyum senang merasakan sahabatnya tercinta yang ketenangannya telah melegenda kini sedang kebingungan.Bianca ingin tetap tinggal mendengarkan jawaban Samantha seperti yang tadi di katakannya, akan tetapi begitu ayah Samantha tiba, Bianca langsung menjauh.Samantha diam menunggu sambil memutar otak mencari cara mengelak."Pa, mama mana?"Ayahnya hanya menelengkan kepalanya memberi tanda tentang keberadaan istrinya."Papa nggak ke sana? Nanti mama cari Papa!"Nampak ayah Samantha hanya menggeleng."Pa, Samantha mau cari Tristan dulu ya." Samantha berusaha menghindar dengan cara lain akan tetapi usahanya gagal saat lengan sang ayah melingkar di bahunya. "Sayang, sepertinya Papa kesulitan membayangkan kalau pernikahan ini tidak sungguhan, melihat kamu yang merona dan Chase_”"Pa!" Potong Samantha."Papa cuma mau curhat sama putri papa tercinta, Papa yang udah mulai tua sampaTernyata Chase masih berdiri di tempatnya. "Ayo Sayang." Chase mengangguk lalu tangan kanannya mengusap wajahnya. Dia tahu bahwa tubuh Samantha indah akan tetapi dengan kaos ketat tanpa lengan dan celana pendek terlebih tanpa bra, penampilan Samantha bagaikan Dewi Kesuburan. Shitttt...Seketika Chase harus mengatur 'tubuh'nya jika ingin berjalan normal. "Aku minum sebentar, Sayang." Segera Chase berbalik dan masuk dengan alasan akan mengambil air mineral, padahal di tas juga ada air mineral, nampaknya hal itu membuat Samantha keheranan karena dia melihat sendiri suaminya memasukkan air mineral itu. Samantha menunggu hingga Chase muncul kembali lalu segera menggandeng tangannya. "Jangan lupa kacamata dan topinya, Sayang," Chase mengingatkan sambil berusaha tidak memandang tubuh istrinya. Dia menjaga pandangannya rata-rata air. Dalam hati Chase mengumpat-umpati kebodohannya sendiri yang mengusulkan agar istrinya mencopot bra-nya, li
Chase langsung berjalan dengan samantha dalam pelukannya, mereka menubruk dinding, meja, pintu pancuran, menggeser dan menarik dalam ketidaksabaran mereka sendiri. Ruangan dipenuhi uap tapi mereka berdua bahkan seolah-olah mengabaikannya, mereka sibuk satu sama lain saling mencium, mencecap dan merasakannya bahkan semua itu masih juga belum cukup. Kecupan kecupan mereka semakin dalam, sentuhan-sentuhan yang mereka lakukan semakin liar, terlihat Chase meremas bagian belakang tubuh istrinya, paha, kemudian nampak dia menyapukan tangannya ke atas dan menemukan dada ranum Samantha yang sepertinya makin besar. "Aku menginginkan seluruh bagian tubuhmu di dalam telapak tanganku, semuanya sekaligus!" Samantha ingin membalas akan tetapi apa yang dirasakannya membuatnya susah untuk merangkai kalimat. Chase mendorong Samantha dan semburan air hangat pun membasahi mereka turun mengalir ke dada, dalam keadaan masih berpakaian mereka berdua basah kuyup tapi nampaknya tidak a
Ini sudah hari keempat mereka di Yunani. Hari ini Chase terbangun karena rinai hujan. Sungguh memukau...pemandangan yang indah ditambah aroma hujan pagi, apalagi merasakan tubuh lembut wanita yang dicintainya sedang meringkuk dalam pelukannya, walau ada sekelumit ganjalan yang mulai mengganggunya. Sudah 4 hari mereka berada di Yunani, sudah berpuluh-puluh kali mereka bercinta, akan tetapi belum satu kali pun Samantha mengucapkan KATA CINTA! Sebenarnya itu bukan syarat mutlak, akan tetapi jika Samantha memang cinta, bukankah akan sangat mudah kata itu terucap? Chase menyimpan saja kegelisahannya itu dalam hati, ada yang lebih penting untuk dipikirkan, yaitu telepon aneh, dan fans gila, selebihnya biarlah waktu yang akan membawa mereka berdua sampai ke tujuan akhir. Chase segera bangun, mandi dan kembali ke ranjang. Semburat jingga mulai terlihat, tapi sepertinya Samantha masih tertidur dengan nyenyaknya, Chase duduk di sisi pembaringan dan mema
"Ya sudah nggak usah nari buat suaminya nggak usah nyenengin suaminya kita belanja aja jalan-jalan terus sampai capek nggak papa. " Samantha memandang suaminya sambil menggigit bibir bawahnya," Apaan sih, Sayang? Pagi-pagi kok udah ngambek." Chase menatap Samantha dengan wajah ngambek bohongan. "Minggir dong, katanya mau sarapan." Belum juga Chase menjawab, terdengar dering ponsel Samantha. Samantha segera menghampiri lalu sambil tersenyum mengangkat teleponnya. "Halo?"Tidak ada suara, padahal masih terhubung tanpa nada putus. "Halo?" kembali Samantha menjawab. Karena tidak mendengar jawaban maka Samantha menarik tangannya dan melihat layar kemudian dia mengernyitkan keningnya. Nomor tak dikenal! Biasa Samantha tidak akan mengangkat telepon jika tidak terdaftar di kontaknya akan tetapi karena sedang teralihkan oleh suaminya maka dia langsung mengangkatnya. "Siapa, Sweetheart?" Chase bertanya sambil berjalan mendekat demi melihat ekspresi istrinya yang seperti sedang
Samantha menggeleng-gelengkan kepalanya, menyangkal pernyataan Chase. "Dalam beberapa kali pertemuan, Mark sangat tidak menyenangkan, walaupun tidak diucapkannya secara langsung tapi aku bisa menangkap bahwa dia merasa aku nggak cocok masuk dalam keluarga kalian, aku nggak cocok jadi ibu Tristan, bahasa kasarnya aku nggak sekelas gitulah!" Chase tidak mengiyakan tapi juga tidak menolak statemen Samantha, walau dalam hati Chase membenarkan pernyataan Samantha. Di awal perkawinannya mereka semua sangat sering melontarkan pertanyaan bagaimana Chase bisa beristrikan wanita seperti Samantha. Chase tahu kenapa mereka berpendapat seperti itu karena mereka tidak pernah punya kesempatan untuk berkomunikasi lebih dekat dengan Samantha, mereka tidak menemukan karakter yang yang luar biasa, mereka hanya melihat dari luar saja. "Mark memang begitu gayanya," Nampak wajah Samantha tercenung, dia menatap Chase dengan mulut terbuka."Mungkin kau salah, mungkin tema
Mood Chase langsung turun sejak menerima telepon dari adiknya, apalagi Mark membahas tentang Tristan. Penerimaan Mark bahwa Tristan adalah anaknya secara tidak langsung akan berdampak ke Samantha. Chase segera meletakkan ponselnya dan mencari Samantha yang ternyata sedang berada di depan meja rias. Mereka saling bertukar pandang lewat cermin. Dalam gerak lambat kedua tangan Chase memegang bahu mulus Samantha yang terbuka dan mengusap dengan ujung jarinya itu hobi barunya sejak mereka berbulan madu. Dia begitu mengagumi kehalusan kulit istrinya. "Pakai perawatan apa sampai bisa halus lembut begini?" Samantha memegang jari Chase yang masih bertengger di bahunya. "Nggak pakai ramuan khusus, hanya rutin mandi susu, kadang mandi kembang, dan akhir-akhir ini sering mandi madu." Seharusnya kalimat Samanta seperti rayuan akan tetapi bertolak belakang dengan ekspresi yang tercermin di wajah Samantha. Chase tahu itu karena apa...karena te
Mereka naik private lift dengan kartu khusus, melihat gairah suaminya, Samantha berpikir Chase akan menghentikan lift, akan tetapi ternyata di dalam lift, Chase malah menjauh. Samantha memandang Chase, tahulah Samantha suaminya berusaha bertahan. "Sayang, kenapa di tahan?" Chase menggertakkan giginya, menahan umpatan yang keluar dari mulutnya. "Aku sedang berjuang mati-matian menahan gairahku agar aku tidak menerkam mu di lift! Jangan mengusik pertahanan yang sudah setipis kaca." Samantha mengangguk sambil memandang ke bawah perut Chase. Mengikuti arah pandangan Samantha makin membuat juniornya bereaksi. "Kan memang lagi bulan madu," gumam Samantha mengembalikan ucapan Chase tempo hari, ucapan Samantha sukses merobohkan pertahanan Chase, untungnya itu bersamaan dengan bunyi denting bel tanda mereka telah tiba. Chase menggendong Samantha, masuk ke penthouse mereka, menutup pintu dengan tendangannya, lalu mendudukkan Samantha di meja terde
Malam ini adalah malam ketiga mereka berada di Yunani. Chase sebenarnya enggan mengajak istrinya makan di luar, perdebatan mereka berputar di hal yang sama, Samantha pengen berkeliling sejauh mungkin sedangkan Chase hanya ingin berdiam diri di kamar saja. "Nggak mau Chase, kan seharian udah di kamar, malam ini kita nongki dong." "Memang Apa bedanya makan di luar sana sama makan di teras? Viewnya nggak kalah indah, udaranya malah lebih segar tanpa asap rokok, musiknya bisa milih musik favorit kita sendiri." Samantha tersenyum manja lalu memeluk leher suaminya, melompat dan melingkarkan kakinya di pinggang kekar suaminya. Mereka saling pandang dalam jarak dekat. "Wow, aku kenal strategi ini, please... Sayang! Aku memang nggak kebal, paling nggak tahan dengan rayuan istriku, apalagi rajukannya, jadi kalau digabung begini i am give up! Kita makan di luar, tapi 2 jam dari sekarang!" "Dua jam dari sekarang? Lama_"Bantahan Samantha hilang ditelan bibir ganas Chase. Hingga dua
"Malu...mesum nggak sih?" Chase menyisipkan rambut Samantha, sambil tersenyum Chase memandang istri polosnya dengan pandangan memuja. "Kalau sama suami sendiri nggak mesum namanya, Sweetheart! Kan sudah sah!" "Tetep aja, kalau mesum ya mesum nggak sih?" "Gini aja, coba kita buat contoh, misal mau bilang kata apa?" Chase bertanya lalu diam menunggu jawaban istrinya. Nampak Samantha berpikir keras, lalu sepertinya Samantha telah menemukan kata itu, dengan tubuh condong ke arah Chase, Samantha berbisik. "Misalnya...senjata." Chase menahan tawanya demi mendengar kata yang istrinya ucapkan. "Sayang, kan ini kita lagi mau kasih contoh untuk menentukan mesum.apa tidak mesum, lha kalau langsung udah di samarkan ya nggak seru!"Samantha tersenyum malu, lalu dia mengusap wajah dengan kedua tangannya. "Ya udah ganti kata aja...dada," ujar Samantha lirih. "Mari kita perjelas,.maksudnya dada wanita kan?" Samantha mengangguk.