Tapi seolah tidak kapok, Atikah meneruskan makan asinan itu. Hingga bibir, lidah dan tenggorokannya terasa sangat panas barulah dia menghentikannya."Udah, udah aku benar-benar gak kuat lagi, huuuu ... haaaa ...!!" Keringat mengucur dari dahi hingga leher Atikah, wajahnya sampai memerah, telinganya terasa mendengung.'Kena batunya kan, makanya kalau mau itu bilang jangan main comot aja!' gumam Jelita sambil menertawakan ulah mertuanya, dia pun segera kembali ke kamar sebelum Arman mencarinya ke bawah."Air, aiiiir ...!!" Atikah minum sebanyak-banyaknya, rasa panasnya belum juga sirna dia mendengar suara berisik dari anak-anak yang tengah berlarian di dekat dapur."Kaaaak ... aku minta lagi kuenya!!""Kejar aku kalau bisa, hahaha ...!!" Kedua anak laki-laki itu berlari-lari di dekat Atikah duduk."Heeeei ... kalian, siapa kalian, kenapa lari-lari di rumahku!!" bentak Atikah menghentikan kedua anak kecil itu berlari."Kamiii ... anaknya Mama Hesti," jawab kedua anak itu merasa takut.'H
"Maaas ...!" panggil Jelita dengan bahasa tubuh menggelengkan kepalanya beberapa kali ke arah pintu."Kalian lagi apa sih, ini masih terlalu siang untuk berbuat yang enggak-enggak!!" teriak Atikah lagi."Itu Ibu! Udah dulu Sayang, sun-sunan nya, kita lanjut nanti lagi!!" Arman pun melepaskan pautannya."Lagian Mas Arman, udah tahu Ibu gedor-gedor pintu mana teriak-teriak gitu, bukannya udahan ini malah tambah terus-menerus ciumin bibir aku, mau bikin bengkak lagi bibir aku, hah!!" umpat Jelita jengkel dengan kelakuan sang suami."Hehehe ... maaf, abisnya enak bibir kamu, empuk-empuk gimana gitu, bikin ketagihan, hahaha!!" Arman tergelak tanpa rasa malu mengakuinya."Udaaah ... sana! Bukain, keburu Ibu teriak lagi, berisik nanti kedengaran sama tetangga lagi!" Jelita sambil mendorong pelan punggung Arman."Iya, iya!" Arman pun bergegas membuka pintu, begitu terbuka terlihat sang ibu sudah menatapnya dengan wajah mendengus."Lama banget sih, buka pintunya, masih siang udah main di kasu
Baru saja mereka menaiki mobil, tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di rumah Atikah. "Hei, kalian mau ke mana?" tanya lelaki dengan wajah mirip Arman tapi sudah kelihatan sedikit menua."Bapaaak ...!!" ujar Arman melihat laki-laki yang turun dari mobil itu.'Bapak?? Bapaknya Mas Arman pulang?'Mereka pun segera menghampiri dan mencium tangan Fadlan, ayahnya Arman."Bapak pulang kok kalian malah mau pergi?" tatap Fadlan pada keduanya."Maaf Pak, memang ini sudah rencana kami, begitu rumah yang Arman sudah selesai dibangun kami akan langsung pindah.""Oooh ... gitu yah,""Bapaaak ...!!" Terdengar suara anak laki-laki dari mobil Fadlan.Mereka melihat Ardhan, adik laki-laki Arman yang tengah kesulitan menurunkan barang-barangnya dari dalam mobil."Ardhan? Ardhan pulang bareng Bapak?""Iya, kemarin tadi adik kamu telepon Ayah katanya PKLnya udah selesai, yah sudah ayah samper sekalian!""Baguslah kalian pulang, jadi Ibu gak kesepian karena kami pindahan.""Mas Arman, Mbak Jelita apa kabar
Arman menjelaskan semua ruangan di rumah besar itu, Arman membuat semua ruangan dengan sangat apik dan nyaman untuk ditinggali.Taman dan kolam renang di belakang rumah menambah megahnya rumah itu."Pantas saja rumah ini lama dibangun, rumah ini sangat besar dan megah, Mas.""Iya Sayang, dulu aku membeli rumah ini tanpa berpikir kapan aku akan menikah, yang ada di pikiran aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku bersama orang yang aku cintai di rumah yang indah dan nyaman ini," ucap Arman dengan lirih memandang pemandangan di luar taman."Daaaan ... kamulah yang dipilih hatiku Jelita, aku ingin hidup bersama sama kamu, Sayang... Aku ingin kita membangun rumah tangga yang bahagia, harmonis sama kamu, membesarkan anak-anak kita nantinya di sini, di rumah ini, aku ingin rumah ini penuh cinta dan kasih sayang yang gak ada abisnya!!" Arman berkata dengan lirih dan begitu menyentuh, hati Jelita mencelos mendengarnya, jauh di lubuk hati terdalam Jelita dia pun sangat menginginkan hal itu.'
”Jangan macam-macam Van, berhentiin aja aku di sini, biar aku naik taksi aja!!" tolak Jelita, dia tak ingin Revan berbuat macam-macam dengan membawanya ke apartemennya."Kamu pikirannya negatif aja sih, aku hanya ingin kamu masakin aja Li, aku belum punya apa-apa yang bisa dimakan buat makan malam.""Kamu kan bisa pesan online aja, Van. Gak usah suruh aku masak segala." Jelita masih berusaha menolak ajakan Revan."Gak Li, aku ingin rasain masakan buatan kamu, padahal kita udah lama kenal, tapi aku gak tahu kalau kamu bisa masak, boleh yah, please ...!!" Revan merengek seperti anak kecil dengan sengaja memohon dengan tatapan puppy eyes pada Jelita."Uuuh ... so imut, huuu ...!!" ledek Jelita."Aku kan memang masih imut, hahaha!!" ujar Revan seraya mencubit hidung Jelita.Walaupun Jelita belum mengiyakan, tapi Revan sudah membawa semua belanjaannya ke dalam apartemen."Hei, siapa suruh kamu bawa semua kantung belanjaan aku, aku kan belum menyetujuinya!!!" protes Jelita sambil menyusul R
"Sayang, kamu di mana? Aku udah pulang, tapi kamu gak ada di rumah."Deg! 'Waduuuh ... kenapa Mas Arman malah udah pulang duluan, gimana nih!'"Sayaaang ... kamu di mana kok gak jawab?" tanya Arman lagi."Eeeuh ... Maaf Mas, aku tadi masih di kantor baru beresin laporan, Mila gak masuk jadi aku beresin dulu." Terpaksa Jelita kembali berbohong."Mau aku jemput, Sayang?""Gak usah, ini udah mau pulang. A-aku udah di jalan la-lagi cari taksi," jawab Jelita terbata-bata."Beneran Sayang, gak perlu aku jemput, ini udah jam 8 lho?" Arman terus menawarkan untuk menjemputnya."Gak usah, Mas duduk manis saja di rumah, aku otw pulang nih!" jawab Jelita berbohong lagi."Ya udah hati-hati di jalan yah, Sayang!""Iya Mas."Tut.Telepon pun ditutup.Tanpa menunggu lama, Jelita beranjak, meraih tasnya dan segera pergi tanpa pamitan.Karena dia lihat Revan masih sibuk menjawab telepon dari istrinya di kamar.*****Beruntunglah Jelita begitu keluar dari apartemen, taksi langsung muncul di hadapannya.
Veronika mengingat semua kenangan masa mudanya, hampir tiap malam dia ke klub bersama teman-temannya, di sini juga dia berkenalan dengan Bobby dan tentu saja Mark.Laki-laki tampan bertubuh tegap langsung membuatnya terpesona kala itu.Itulah awal pertemuan Veronika dengan Bobby dan Mark, Mereka menjadi dekat kala itu, Mark tahu kalau Bobby ternyata menaruh perasaan yang sama pada Veronika, Bobby pun meminta sahabatnya itu mendekatkannya pada Veronika.Mark memang baru kali ini melihat Bobby terlihat serius mendekati seorang perempuan.Bobby memang terkenal playboy, biasanya perempuan yang bertahan dengannya hanya satu sampai dua bulan saja, dia bisa dengan cepat mencari lagi gantinya. Tapi entahlah melihat Veronika, Bobby seperti jatuh cinta untuk pertama kalinya.Mark pun membantu Bobby mendekati Veronika, walaupun dia tahu, Veronika pun sebenarnya menyukai Bobby."Bob, kamu beneran cinta sama Veronika?" tanya Mark suatu ketika."Iya Mark, tolong siapkan penembakan yang romantis ya
Drrt ... drrtt ... drrt ...Ponsel Rahayu berdering."Jhonny??" Nama yang tertera di layar ponsel Rahayu.'Baguslah, dia menelepon sekalian aku mau tahu kabar Arman sama Jelita, setelah kejadian reuni kemarin.' Rahayu menyeringai."Iya, Jhon ada apa yah, tumben kamu telepon duluan?" "Yu, aku bener-bener kecewa sama kamu Yu! Tega-teganya kamu bohongin aku soal status Arman, kamu bilang Arman sampai saat ini belum menikah, hingga aku mau menuruti kemauan kamu buat deketin Arman!!" Jhonny langsung memaki Rahayu begitu Rahayu mengangkat teleponnya."Eeeeh ... u-u-uup ... kalem Jhon, jangan ngegas dulu, coba slow aja ngomongnya." Rahayu mencoba agar Jhonny tidak langsung nyerocos dan memaki-maki dirirnya."Yu, aku gak bisa selow aja yah, Nerima kesalahan kamu begitu aja Yu, aku benar-benar gak enak sama Arman sama Kenzo kemarin karena udah membantu kamu buat rumah tangga Arman dalam masalah." Nada bicara Jhonny masih terdengar kesal."Haaa ...!! Jadi bener mereka bertengkar gara-gara keja