Share

Bertemu di Perancis
Bertemu di Perancis
Penulis: Audreynatasha20

1. Pulang Sekolah

 

Rindu itu tak berwujud, tapi hadir di rentang jarak dan waktu.

Rindu itu ... rasa yang tak mudah tuk dibendung.

****

Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu belajar telah usai. Chrystal segera merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas sekolah, lalu dengan rasa senang ia ikut berhamburan keluar kelas bersama teman-temannya.

Akhirnya hari yang sangat melelahkan ini berakhir juga, gumam Chrystal.

Sesaat Chrystal melihat ke kiri dan ke kanan. Terlihat suasana begitu gembira sama seperti hari-hari sebelumnya. Ada yang segera berlari ke orang tuanya yang sudah dari tadi menunggu untuk menjemput mereka, ada yang berlari ke kantin karena lapar, ada yang langsung menuju mobil jemputan sekolah yang sudah menunggu di parkiran sekolah, dan ada juga yang dengan sabar menunggu ojek online pesanannya datang.

Chrystal melihat jam yang melingkar di tangan kirinya, lalu melangkah perlahan menuju gerbang sekolah, berbelok ke kiri dan berhenti di halte di depan sekolah. Senang sekali rasanya karena hari ini papa berjanji akan menjemputnya. Jadi, hari ini Chrystal tidak harus pulang ikut mobil jemputan sekolah, dan tadi Chrystal sudah memberitahu Pak Lek, supir mobil jemputan sekolah bahwa hari ini papa yang akan menjemputnya. Berarti Chrystal bisa sampai di rumah lebih awal dari biasanya karena kalau ikut mobil jemputan dia harus menunggu lebih lama lagi, menunggu teman-teman lainnya yang belum selesai belajar dan menunggu teman-temannya selesai kelas.

Tak sabar Chrystal menunggu papa datang menjemputnya. Ia ingin segera tiba di rumah. Entah apa yang akhir-akhir ini membuat Chrystal merasa selalu ingin segera tiba di rumah, dan berada dekat-dekat dengan hp atau laptopnya.

Seandainya saja sekolah mengizinkan siswa untuk membawa hp ke sekolah, pasti saat ini aku bisa langsung mengecek hp atau mungkin saat ini pasti lagi seru-serunya chattingan dengannya, Chrystal bergumam dalam hati dan tanpa disadarinya terukir senyuman kecil di bibirnya.

Tidak terasa Chrystal sudah duduk menunggu selama satu jam, tapi papa masih belum juga datang. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak banyak lagi teman yang terlihat, hanya tinggal beberapa orang saja termasuk dirinya. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang memanggilnya, dengan refleks ia menengok ke arah samping dan ternyata itu adalah teman sekelasnya, Cynthia.

"Chrystal, kamu kok belum pulang? Ga ikut mobil jemputan?"

"Eh Cynthia, belum Cyn. Hari ini aku dijemput papa, jadi aku ga ikut mobil jemputan."

"Oh gitu ya, oke deh. Aku pulang duluan ya Chrys, nyokap sudah nunggu dari tadi." kata Cynthia sambil melambaikan tangannya dan segera berlalu.

"Iya Cyn, hati-hati ya."

"Kamu yang hati-hati bestie."

"Iya deh, makasih."

Selang beberapa menit setelah Cynthia pulang, gerimis pun mulai terdengar, rintik-rintik hujan dengan perlahan mulai turun membasahi jalanan yang terlihat sepi di depan halte sekolah. Chrystal mendengar suara motor dari kejauhan dan suara itu semakin mendekat, lalu berhenti di depan halte. Chrystal senang sekali ternyata itu adalah papanya. Dengan tergesa-gesa ia segera mengambil jas hujan berwarna ungu yang selalu ada di dalam tas sekolahnya, dan mulai memakainya.

Kakinya melangkah dengan penuh semangat menuju motor papa yang menunggunya, dan beberapa saat kemudian mereka pun segera melaju menembus gerimis yang tiba-tiba saja berubah menjadi tetes-tetes hujan yang cukup deras.

Dalam hati Chrystal berharap agar papa akan terus melajukan motornya tanpa berhenti walaupun hujan cukup deras. Chrystal tidak mau membayangkan seandainya papa berhenti dan berteduh dulu untuk menunggu hujan berhenti, berarti ia harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa tiba dirumah.

"Jalan terus ... jangan berhenti ... gapapa hujan ... gapapa ... jalan terus aja ... jangan berhenti.Crystal terus bergumam dan berharap dalam hatinya.

Tak terasa menit-menit pun berlalu, akhirnya mereka pun tiba di rumah.

Setibanya di rumah, Chrystal segera membuka jas hujannya yang basah kuyup, lalu menuju rak sepatu yang terletak di garasi, melepaskan kaus kaki dan sepatunya dengan tergesa-gesa. Kemudian ia segera berlari menuju ke kamarnya.

"Kehujanan ya, Chrystal?"

"Iya ma."

"Segera ganti bajumu nak supaya tidak masuk angin. Setelah itu kita makan ya, mama sudah membuatkan sop ayam kesukaanmu." lanjut mama.

"Wah asik, tunggu ya ma." jawab Chrystal sambil berlari menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya.

Chrystal langsung melesat menuju kamarnya yang berada di lantai atas, membuka pintu dan segera melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung mengambil hpnya yg tergeletak di atas meja belajarnya, dan dengan tergesa-gesa membuka aplikasi chatting, tapi sesaat dia terdiam, ada rasa kecewa tebersit di wajahnya.

Kok ga ada chat dari dia ya? Biasanya setiap pulang sekolah chat selalu sudah menunggu.

Chrystal membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menggenggam hpnya. Chrystal berharap seseorang akan mengirimkan chat untuknya. Pandangannya tertuju pada wallpaper di dinding kamarnya. Di sana ada gambar Menara Eiffel yang tampak begitu megah dan anggun yang ditempel pada dinding dekat tempat tidurnya dan selalu menemani lamunannya sampai ia terlelap ke alam mimpi yang indah. Inilah salah satu alasan yang membuat dirinya sangat betah berlama-lama berada di dalam kamarnya dan terkadang enggan untuk meninggalkan ruangan itu.

Wallpaper Kota Paris dengan Menara Eiffel yang indah, rak buku besar di sudut kamar dengan berbagai macam buku dan novel yang sebagian besar adalah buku-buku dan novel tentang Kota Paris, Prancis. Ia sangat menyukai segala sesuatu tentang Prancis, Paris dan Menara Eiffel. Chrystal bahkan mengoleksi buku-buku tentang Prancis, Kota Paris dan Menara Eiffel. Novel, majalah, dan benda-benda souvenir, seperti gantungan kunci, tote bag, dompet, tas bahkan sendok dan garpu atau botol minum bergambar Paris dan Menara Eiffel. Ia sangat tergila-gila dengan benda-benda tersebut bahkan ia rela bersusah payah hunting ke sana kemari untuk mendapatkannya.

Angannya mulai menari-nari, membayangkan suatu saat nanti di mana ia akan berada di sana di Kota Paris, di antara gemerlapnya lampu-lampu di bawah Menara Eiffel, pergi ke Musée du Louvre, berjalan menyusuri jembatan Pont d' Avignon, melihat Festival Cahaya tahunan terbesar Fête des Lumières, mengunjungi Palais des Papes di Avignon, lalu pergi ke kota tua Lyon dan beribadah di Katedral Basilique Notre-Dame de Fourvière yang begitu anggun dan megah di puncak bukit tertinggi di Kota Lyon, mewujudkan semua yang sangat diimpi-impikannya sejak lama.

Tiba-tiba lamunannya terhenti ketika mendengar suara mama memanggilnya, dan tiba-tiba saja mama sudah berada di dalam kamarnya.

"Lho kok kamu belum ganti baju seragam, nak? Ngapain aja dari tadi?" terdengar suara mama mengagetkannya.

"Iya ma, sebentar lagi."

"Ya ampun sayang, ganti bajumu dan mandi dulu sana, nanti sakit kalau terlalu lama memakai baju yang basah. Abis itu cepat turun ya, kita akan makan, papa sudah menunggu." kata mama.

"Iya ma." jawab Chrystal

"Cepat mandinya ya, mama tunggu."

"Ok ma. Chrystal mandi dulu ya."

Chrystal segera masuk ke kamar mandi. Air hangat yang mengguyur tubuhnya terasa begitu nyaman. Tanpa disadarinya, ia bersenandung lagu kesayangannya.

Hello, it's me

was

wondering

if after all these

years

you'd like to meet

To go over everything

They say that time's

supposed to heal ya But I ain't done much healing

Hello, can you hear me?

I'm

in California dreaming about who we used to be When we were

younger and free

I've

forgotten how it

felt before the world fell at our feet

There's

such a difference between us

And a million

miles

Setelah selesai makan siang, Chrystal cepat-cepat kembali lagi ke kamarnya. Untunglah papa harus segera kembali ke kantor, jadi tadi mereka tidak harus berlama-lama berada di meja makan. Chrystal melihat hpnya sekali lagi dan berharap hp itu akan segera berbunyi, tapi masih sama seperti tadi hpnya hanya diam, berarti tidak ada chat yang masuk.

Sekarang ngapain ya?

Mau baca buku sudah dibaca semua, mau bikin pr hari ini tidak ada pr karena hari ini semua mapel ulangan. Mau nonton tv jam segini tidak ada berita atau film yang menarik, main game bosan, mau tidur belum mengantuk.

Ia pun berjalan menuju meja belajarnya, lalu menghirup teh hangat yang tadi dibuatkan mama untuknya. Ia memandang ke luar jendela, hujan masih turun dengan derasnya. Sesekali terdengar suara petir dan terlihat kilat dari balik tirai jendela kamarnya.

Terlintas di benaknya, apa yang sedang dia lakukan di sana ya. Chrystal melirik jam dinding di kamarnya, sekarang tepat jam tiga sore. Sesaat Chrystal menghela nafas, dan bertanya dalam dirinya apakah dia masih tidur ya. Saat ini di sana di belahan bumi tempat tinggalnya baru jam lima pagi karena perbedaan waktu di antara negara mereka hampir 10 jam.

Tak jarang Chrystal harus bangun tengah malam hanya untuk chatting dengannya karena saat itu di sana sedang siang hari, dan ia selalu berusaha mencuri-curi waktu untuk bisa chatting dengan Chrystal di sela-sela jam belajarnya di kampus hanya untuk say Good night pada Chrystal, karena saat itu di sini pasti sudah larut malam.

Ah, tapi biasanya dia selalu bangun pagi sebelum jam lima, khusus untuk menyapaku sepulang dari sekolah, gumam Chrystal dalam hati.

Chrystal pun selalu tak sabar ingin selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan good morning untuknya saat dia terbangun di pagi hari, tapi mungkin saja saat ini dia masih terlelap. Chrystal mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.

Akhirnya ia pun menuju rak buku dan mulai mencari sebuah novel untuk dibacanya. Pilihannya jatuh ke sebuah buku yang sebenarnya sudah berulang kali dibacanya, yaitu 'Twilight' karya Stephanie Mayer.

Chrystal mulai membuka halaman demi halaman novel Twilight itu, tapi pikirannya masih melekat pada hp dalam genggamannya. Ia masih terus menunggu, dan berharap agar hp itu segera bernyanyi membawa chat dari dia, tapi hp itu masih tetap diam tak bersuara, menciptakan keheningan. Chrystal masih terus menunggu dan berharap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status