Lu Dong menaikkan salah satu ujung alisnya. “Sejak kau bangun dari koma, kepercayaan dirimu semakin menjadi. Baiklah, Anak Kaisar Langit, aku akan menunggu pembayaranmu di sini. 5.000 Yuan! Tidak kurang dan tidak lebih!”
Ekspresi harap-harap cemas menggelanyuti wajah para feminin ketika mereka melihat kepergian Yin. Namun tidak bagi Lu Dong, pria paruh baya itu malah tertawa menyeringai di atas kursi makannya.
“Mau ke mana dia?” Li Na bertanya pada Lu Wan Wan.
“Mungkin ke kamarnya.”
Seperti dugaan Lu Wan Wan. Dengan bantuan sistem pengetahuan baru yang ada pada indera penglihatnya, akhirnya Yin berhasil menemukan letak kamar pemilik tubuh barunya itu.
Ternyata selama tiga tahun ini, Keluarga Lu yang mendapat predikat keluarga terkaya nomor lima se-Shanghai, justru menempatkan menantunya di dalam sebuah ruangan bekas gudang yang sudah tidak terpakai. Letaknya berada di belakang bangunan utama. Terpisah dari kamar Lu Wan Wan.
“Sungguh keterlaluan!” umpat Yin, begitu melihat tumpukan kardus bekas, keadaan lemari kayu yang hampir roboh, dan selembar kasur tipis tanpa rangka.
“Bagaimana bisa mereka menempatkan seorang menantu dalam ruangan yang bobrok seperti ini? Kandang kudaku saja masih lebih baik, daripada kamar ini.”
Namun, Yin tidak memiliki banyak waktu untuk mengurus keadaan kamar tersebut. Dia harus segera mendapatkan lima ribu Yuan untuk bisa duduk di samping Lu Wan Wan. Segera saja dia membongkar semua isi lemari, tumpukan kardus bekas dan kasur tipis, namun hasilnya nihil.
Dia tidak menemukan sepeser uang pun ada di sana!
“Menantu ini benar-benar payah! Di kehidupanku yang dulu saja, aku bisa dengan mudah mendapatkan puluhan hingga ratusan peti emas dalam sehari, tapi sekarang—“ Yin menggeleng kalut.
***
Makan malam untuk perayaan malam tahun baru dimulai.
Satu per satu anggota Keluarga Lu mulai menduduki kursi masing-masing sambil sesekali tertawa melihat keberadaan Yin yang berdiri di pojok ruangan.
“Lihatlah menantu miskin yang terlihat kaya itu!” sindir Lu Fen Fen—putri pertama Keluarga Lu.
“Itu adalah karmanya. Siapa suruh dia berlagak seakan mampu membeli kursi makan di samping Wan Wan.” Lu Shen Shen berdecak. “Ayah, jika aku mengundang Jia Wei untuk makan malam bersama kita, apa Ayah juga akan memperlakukan Jia Wei seperti Yin?”
“Kau ini! Mana bisa kau bandingkan penerus Keluarga Ma dengan yatim piatu seperti dia,” tukas Li Na sambil mengayunkan dagunya ke arah Yin.
“Jangan bahas menantu besar mulut itu lagi! Perkataannya saja yang besar, tapi hasilnya nol! Ayo, kita makan!” titah Lu Dong.
Mereka menggunakan sepasang sumpit untuk menikmati hidangan buatan Yin. Baru saja mereka mengunyah, ekspresi wajah mereka yang semula terlihat bahagia mendadak berubah.
“Cih! Makanan apa ini? Penampilannya saja yang bagus, tapi rasanya seperti sampah!”
“HOEKKK! Ini asin sekali!”
“Dasar payah! Memasak saja kau tidak becus!”
“Yin, apa kau tidak bisa membedakan antara gula dan garam?” Li Na menambahi.
Semua cercaan itu membuat wajah Yin yang sedang berdiri di pojok ruangan membeku. Dia tidak mungkin salah mengambil bumbu dapur.
Tapi, tunggu ….
Dia langsung menyadari sesuatu, kalau kedua bumbu itu memiliki warna yang sama, yaitu putih! Dengan kondisinya yang mengalami buta warna, dia tidak mampu membedakan kedua bumbu tersebut.
Dia juga tidak bisa mengandalkan indera penciumannya yang tajam, karena kedua bumbu itu tidak beraroma. Satu-satunya cara untuk membedakannya adalah dengan mencicipinya!
Masalahnya dia tidak mencicipi masakan tersebut sebelum disajikan!
Yin menggaruk belakang kepalanya. “Kalian tak perlu marah-marah. Yah memang seperti itu masakan Dinasti Qing. Aku justru merasakan, kalau masakan yang kubuat itu sepertinya kurang asin.”
“KURANG ASIN APANYA? Ini seperti memasukkan satu kilogram garam ke dalam mulutku!” Wajah Lu Dong meradang. “Sudah tahu, kalau aku ini memiliki tekanan darah tinggi! Kau malah membuat masakan seperti ini!”
Dia kemudian mengambil beberapa masakan yang masih tersisa lalu membawanya ke tempat Yin. “Kau bilang ini kurang asin’kan?”
Yin mengangguk ragu.
“Sekarang makan ini!” perintah Lu Dong.
"Tapi—“ Suara Yin tertahan.
"Sudah kuduga, kau tidak berani memakannya, karena kau berniat ingin membunuhku dengan masakan ini!”
"Itu tidak benar!"
"Kalau begitu, CEPAT MAKAN!"
Untuk membuktikan semua tuduhan Lu Dong, Yin mengambil irisan ayam goreng dari tangan mertuanya. Dia juga ingin merasakan, apa benar masakannya itu terlalu asin sehingga tidak bisa disantap oleh semua orang.
Beberapa detik pun berlalu, wajah Yin memucat. Dia kemudian mengambil beberapa makanan lain yang masih tersisa di atas meja, seperti sayuran, manisan, serta beberapa kudapan yang seharusnya memiliki rasa manis.
Dia mengunyah dan menelan semua makanan tersebut, tetapi lidahnya ….
Lidahnya tidak mampu merasakan rasa sama sekali. Sebutir rasa asin dan manis pun tidak. Mati rasa!
Melihat menantunya berdiri tertegun, membuat amarah Lu Dong kian meledak. Dia langsung melempar semua hidangan yang masih tersisa ke wajah Yin. Mengumpati pria muda itu, lalu menendangnya hingga jatuh tersungkur.
“Bedebah, Kau!”
“Dasar menantu sialan!” Li Na dan kedua putrinya meludahi wajah Yin beberapa kali, lalu berpaling meninggalkannya.
Sedangkan Lu Wan Wan, yang tidak suka melihat pertengkaran di dalam rumah, memilih untuk menyingkir dari kekacauan tersebut.
Yin yang ditinggalkan seorang diri itu tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya bisa membereskan sisa makanan dengan tangan gemetar. Dia tidak menangis, tidak juga bersedih. Hinaan Keluarga Lu ini tidak sebanding dengan keterkejutan dan kekecewaan yang dia alami karena lidahnya yang mati rasa.
“Kau tak perlu melakukan hal itu, Ma Zimo!”Kehadiran suara bariton yang mendadak terdengar di dalam ruangan, membuat Ma Zimo dan Asun terkejut. Mereka lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan yang ada di lantai dua.Embusan angin yang hendak menyambut datangnya fajar telah menerbangkan beberapa lembar kain gorden yang menutupi jendela yang terbuka. Tampak sesosok bayangan bersembunyi di balik kain putih yang menjuntai hingga ke lantai. Asun langsung membidikkan senjata apinya pada bayangan tersebut.DOR!DOR!DOR!Seharusnya satu tembakan, namun yang terdengar justru tiga letupan senjata api. Ujung senapan M2 mendadak mengepulkan asap tipis, sedangkan Asun yang sebelumnya berdiri tegak untuk melindungi Ma Zimo mendadak roboh dengan sebuah timah panas yang bersarang di dada kirinya.“Hah?” Mulut Ma Zimo menganga ketika melihat tubuh orang kepercayaannya terkapar tak bernyawa.Yin memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Sambil meniup ujung senjata apinya y
M2 yang malam itu sedang bertugas menjaga pintu gerbang tempat kediaman Keluarga Ma tampak lari tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. Sebuah kotak kardus yang lebih besar daripada kotak sepatu berada dalam tangannya.Dia berlari mendapatkan Ma Zimo dan Asun yang saat itu sedang berdiri di balkon lantai dua.“Lapor, Tuan. Ada sebuah paket untuk Anda.” M2 berucap sambil menyerahkan kotak kardus tersebut.Ma Zimo tak langsung menerima. Pria paruh baya itu justru mengernyit menatap kotak coklat yang masih tersegel rapi. Memang benar, pada salah satu bagian kotak terselip namanya tanpa nama pengirim.Aneh, pikir Ma Zimo. Lantas dia menyuruh Asun untuk membuka kotak tersebut.“Kurang kerjaan saja! Siapa yang mengirim paket pada dini hari seperti ini?” Asun menggerutu, sementara kedua tangannya telah bersiap hendak menyobek segel kardus dengan menggunakan sebuah anak kunci.“Aku tidak tahu,” jawab M2 yang melihat segel kotak tersebut terlepas.Bau amis yang menusuk langsung menyeruak dan meny
“Beraninya kalian Keluarga Ma mempermainkan Black Dragon!” geram Black Dragon dengan tatapan matanya yang menyalang tajam. Kepalan tangannya hampir saja membuat ponsel yang ada dalam genggaman tangan menjadi remuk redam.“A—apa maksud, Anda?” Ma Jia Wei tampak kebingungan. “Keluarga Ma tidak pernah mempermainkan siapa pun.”Pria berwajah dingin itu lantas memberikan ponselnya kepada Ma Jia Wei melalui salah seorang anak buahnya. Keterkejutan langsung melanda putra Ma Zimo.Dengan tangan dan tulang rahangnya yang gemetar, Ma Jia Wei pun berkata, “Tidak … ini sangat tidak mungkin. Sepupuku itu … dia tidak pernah ditemukan. Anda jangan mempercayai bualan orang yang tak jelas!”“Apa maksudmu?” Suara Black Dragon terdengar jauh lebih berat dari sebelumnya.“Ma Yin Fei telah menghilang selama dua puluh tahun lebih. Tidak ada seorang pun yang tahu, bagaimana rupa dan bentuk tubuhnya. Mungkin saja dia … sudah mati, karena penyakit jantung bawaannya. Atau … atau jika dia masih hidup, dia tidak
Ma Jia Wei yang berdiri lima langkah dari tempat Black Dragon itu menjadi terkejut, karena belum pernah dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seseorang.Kebanyakan justru orang-orang itulah yang memberi hormat kepadanya lebih dulu, bukan sebaliknya. Sayangnya, dia baru menyadari, kalau Shanghai Night Paradise bukanlah daerah kekuasaan Group Ma. Maka dengan sedikit membungkukkan badan, Ma Jia Wei akhirnya berkata, “Karena aku tidak mengerti kebiasaan kalian, jadi maafkan aku. Salam, Black Dragon.”Black Dragon hanya menyunggingkan senyum. Gestur tubuh yang diperlihatkan Ma Jia Wei itu tidak luput dari pengamatannya. Sungguh pria muda yang berdiri di hadapannya sambil mengenakan tuksedo hitam itu tidak memiliki adab dan sopan santun sedikit pun.Kehormatan serta nilai yang pernah Black Dragon berikan pada Ma Zimo, mendadak dipangkasnya menjadi setengah. Dengan tetap menampilkan wajah dan sorot mata yang dingin, dia mengayunkan dagunya ke arah Ma Jia Wei.“Apa yang membawamu kemar
Asun tahu, kalau seorang diri tidak akan mampu untuk menemui apalagi melawan kelompok mafia bawah tanah seperti Black Dragon. Pria paruh baya itu harus mengandalkan kemampuan tuan besarnya yang masih merupakan pemimpin keluarga kaya nomor satu se-Shanghai.“Bagaimana, apa kalian berhasil?” tanya Ma Zimo dari balik ponsel.Dengan sangat hati-hati Asun mulai berbicara. “Tuan, kita sedang menghadapi masalah.”Ma Zimo yang mendengar hal itu, lantas bangkit berdiri. Kelopak matanya yang kecil membeliak. “Masalah apa?”“Tuan, anak buah Black Dragon berhasil membawa pergi penipu itu,” jawab Asun.“Black … Dragon?” “Anda tidak salah dengar, Tuan.”Tidak ada kata umpatan yang keluar dari bibir Ma Zimo, karena sebenarnya pria paruh baya itu juga enggan berurusan dengan Black Dragon.Sebisa mungkin, Ma Zimo hanya akan menggunakan kekuatan anak buahnya sendiri untuk menekan saingan bisnis serta memperluas kerajaannya. Bukan karena dia takut, tetapi pria berperut buncit itu tidak sudi berbagi k
Malam masih belum berakhir. Setelah aksi bungkam yang dilakukan Feng Siyu di kantor polisi pusat, maka Kapten Chang dan beberapa anggota kepolisian akhirnya memindahkan pemuda itu ke kantor kejaksaan untuk menjalani interogasi tingkat lanjut.Pihak kejaksaan memutuskan untuk mengambil alih semua kasus yang melibatkan Feng Siyu, karena saking banyaknya perkara pidana dan perdata yang dituduhkan padanya. Pria yang memiliki bekas jerawat di wajah itu bukan hanya terlibat dalam kasus penggelapan dana, pencurian identitas, namun juga ada sangkut pautnya dengan kematian Ma Shin Fei serta percobaan pembunuhan yang dia lakukan terhadap Yin. Namun, rencana Kapten Chang tidak semulus yang dikira.Iring-iringan kendaraan polisi yang baru saja menempuh setengah perjalanan itu terpaksa berhenti, karena kehadiran dua mobil van putih yang tiba-tiba menghadang dan menghalangi. Ciiiitttt …!Suara rem yang diinjak secara mendadak hingga sampai mengeluarkan percikan api di jalan raya beraspal, membu