"Ricky, kenapa aku ngerasa semua orang sedang memperhatikan aku?" Hanna berbisik lirih pada Ricky yang sedang berjalan di sampingnya.
"Aku sudah mengira sebelumnya, malam ini kamu akan menjadi pusat perhatian. Mereka semua pasti kagum dengan wajah cantikmu malam ini," puji Ricky.Hanna merasa tidak nyaman saat semua mata tertuju ke arahnya. Dia menutupi wajahnya dengan dompet warna hitam, tetapi Ricky malah menurunkan dompet itu dari wajah cantik Hanna."Jangan menutupi wajahmu. Aku ingin semua orang tahu jika kekasihku sangat cantik," ucap Ricky seraya menatap lekat Hanna."Cukup! Aku tidak mau melakukan ini. Aku tidak mau berpura-pura menjadi kekasihmu lagi. Aku mau pulang saja." Hanna berbalik hendak pergi, tetapi Ricky menghentikannya dengan menarik pergelangan tangan Hanna."Kamu tidak bisa pergi saat ini, Hanna. Cinderella tidak boleh pulang sebelum jam dua belas malam," ucap Ricky seraya menarik Hanna ke pelukannya."Kamu harus membayar denda seribu kali lipat harga kosmetik yang kamu pakai, jika kamu nekat untuk pulang." Ricky menatap lekat Hanna yang berada di pelukannya."Lepaskan aku!" Hanna mendorong tubuh Ricky."Baiklah, aku akan tetap di sini dan berpura-pura menjadi kekasihmu untuk malam ini saja. Tapi jangan sentuh aku sedikit pun." Hanna mengacungkan jari tangan di depan wajah Ricky untuk memperingatkan."Sedikit saja kamu menyentuhku, kamu harus membayarnya seharga seribu kali lipat harga kosmetik yang kupakai," ancam Hanna kepada Ricky."Hai, kamu Ricky, mantan ketua OSIS kita dulu, 'kan?" Tiba-tiba beberapa lelaki mendekati Ricky dan menyapa dengan hangat. Beberapa di antara mereka mencuri-curi pandang pada Hanna."Ngomong-ngomong, siapa wanita yang kamu bawa?" bisik salah seorang laki-laki yang berambut gondrong. "Dia sangat cantik. Aku berharap dia bukan kekasihmu," lanjutnya seraya mengedipkan mata kepada Hanna."Maafkan aku, tapi dia memang kekasihku," ujar Ricky bangga. "Bukankah kekasihmu itu Elmira? Seingetku kamu dan Elmira sudah hampir bertunangan." Beberapa lelaki mengerutkan kening tidak mengerti. Sepertinya, mereka tidak mendengar kabar tentang pertunangan Ricky dengan Elmira yang batal beberapa waktu lalu."Ricky sang ketua OSIS dan Elmira sang mayoret drumband. Bukankah kalian sangat serasi?" Lelaki berambut gondrong bicara dengan menggebu-gebu. Hanna baru ingat jika Elmira adalah salah satu siswi yang populer di sekolahnya dulu.Tiba-tiba, Elmira datang dengan menggandeng mesra Adrian. "Elmira, seorang model dan bintang iklan ternama bertunangan dengan Ricky, si penjual skincare yang miskin?" Dia melirik jijik Ricky. "Itu tidak mungkin. Lihatlah, tunanganku adalah seorang manager perusahaan besar yang kaya raya," lanjutnya seraya memeluk Adrian lebih erat.Hanna memutar bola mata malas saat mendengar perkataan Elmira. Jika saja malam itu dia bisa melakukan apa pun, ingin sekali dia memuntahkan semua isi perut di depan wajah Elmira. Apa dia tidak tahu jika laki-laki yang sedang digandengnya itu telah mempunyai istri?"Ricky, aku akan ke toilet sebentar," bisik Hanna kepada Ricky. Dia tidak tahan melihat suaminya bergandengan mesra dengan wanita lain."Aku akan mengantarmu," ucap Ricky, tetapi Hanna menggelengkan kepala."Aku bisa ke toilet sendirian. Kamu, tunggulah di sini saja." Hanna berjalan seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari keberadaan toilet di dalam gedung itu."Elmira, kamu tunggu di sini. Aku harus mengangkat telepon." Adrian melepaskan tangannya dari Elmira, lalu berjalan pelan mengikuti Hanna. Pada saat yang sama, beberapa laki-laki yang tadi mendekati Ricky, termasuk laki-laki berambut gondrong, diam-diam pergi meninggalkan Ricky dan Elmira berdua saja.Elmira masih asyik mengolok-olok dan mengejek Ricky, hingga dia tidak tahu saat Adrian sedang mengikuti Hanna. "Ricky, Ricky. Kenapa kamu tidak juga berkaca? Kamu harus lebih berjuang keras. Jangan sampai kekasihmu itu meninggalkanmu seperti aku meninggalkanmu dulu. Jagalah dia baik-baik. Aku tidak mau calon istri sok cantikmu itu menjadi ancaman untukku di kemudian hari." Elmira menatap tajam Ricky. Beberapa kali dia menggeleng-gelengkan kepala dan tertawa mengejek."Menjadi ancaman? Apa maksudmu? Bagaimana bisa calon istriku menjadi ancaman untukmu?" Ricky bertanya tidak mengerti.Elmira hanya tersenyum miring dan pergi meninggalkan Ricky tanpa menjelaskan apapun.Hanna berdiri di dekat meja berisi banyak sekali makanan. Dia mengurungkan niat untuk pergi ke toilet, karena sebenarnya dia memang tidak ingin pergi ke sana. Beberapa laki-laki yang dipimpin oleh lelaki berambut gondrong berjalan mendekati Hanna."Aku yang lebih dulu." Lelaki berambut gondrong melangkah maju lebih dulu. Dia berdiri tepat di samping Hanna. Sementara beberapa laki-laki lain berdiri tidak jauh darinya."Kenapa sendirian di sini, Cantik? Apa kamu membutuhkan seseorang untuk menemanimu malam ini?" Lelaki gondrong membuka pembicaraan. Dia tersenyum genit kepada Hanna.Hanna merasa ketakutan saat melihat lelaki gondrong itu. Dia diam dan tidak menjawab.Lelaki gondrong semakin mendekati Hanna. Kali ini dia mulai berani merangkul pundak Hanna. “Kenapa kamu diam saja? Apa kamu malu kepadaku, Cantik? Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu. Aku akan memperlakukanmu dengan lembut, bahkan lebih lembut dari pada Ricky memperlakukanmu.” Dia berkata panjang lebar, mendekatkan wajahnya yang penuh tato di telinga Hanna, lalu berbisik, "Aku bisa memuaskanmu, Sayang." "Lepaskan aku!" Hanna berusaha mendorong tubuh lelaki gondrong agar menjauh, tetapi lelaki gondrong itu malah mencengkeram kuat tangan Hanna."Jangan menolakku. Aku Reyhan, ketua geng badung di sekolah dulu," ucap lelaki gondrong seraya menarik tubuh Hanna hingga mendekat.Hanna terus berupaya melepaskan tangan dari cengkeraman Reyhan, tetapi tenaganya terlalu lemah untuk melakukannya.Reyhan tersenyum menatap Hanna, menikmati wajah cantik yang sedang ketakutan. "Tenanglah, Cantik! Aku akan bersikap baik jika kamu menurut kepadaku. Maka, turuti saja kata-kataku. Jangan memberontak atau melawan." Dia menyeret Hanna mengikutinya. Bug!Tiba-tiba satu bogeman mentah menghantam wajah Reyhan. Seseorang menarik kerah baju Reyhan dan menyeretnya menjauh dari Hanna. Orang itu melayangkan bogeman mentah lagi, kali ini tepat mengenai dada Reyhan.Hanna melebarkan mata dan menutup mulut dengan telapak tangan. Dia melihat laki-laki yang sedang menghajar Reyhan."Adrian?" Hanna semakin melebarkan mata tidak percaya. Orang yang menghajar Reyhan itu adalah Adrian. Dia tidak menyangka, suaminya itu sedang berusaha melindungi dia dari lelaki kurang ajar.Beberapa laki-laki yang sejak tadi berjaga di sekitar Reyhan maju untuk menyelamatkan ketua gengnya. Mereka berupaya mengeroyok Adrian. Namun, satu per satu di antara mereka berhasil dipukul mundur oleh Adrian.Beberapa orang bergerombol hanya untuk menyaksikan perkelahian di antara Adrian dan Reyhan. Tidak ada satu pun yang berniat melerai perkelahian itu.Adrian tersenyum miring menatap para lelaki yang telah terkapar di lantai karena bogem mentahnya. "Jangan pernah macam-macam denganku. Apa kalian lupa siapa aku? Sebelum Reyhan menjadi ketua geng badung, akulah yang menjadi ketua geng itu. Bahkan aku termasuk salah satu pendiri geng badung di sekolah dulu," ujarnya panjang lebar. Dia menatap Reyhan yang masih berdiri tidak berdaya di dekatnya. Satu bogem mentah mendarat lagi di perut Reyhan, hingga membuat laki-laki gondrong itu terkapar menyusul anak buahnya yang lain."Kamu tidak apa-apa, Hanna?" Adrian menghampiri Hanna yang berdiri tidak jauh darinya."Hanna? Siapa Hanna?" Akting dimulai. Adrian tidak boleh mengenali dia sebagai Hanna.“Maaf, saat melihatmu, aku jadi teringat dengan seseorang yang kukenal. Kamu sangat mirip dengan dia." Adrian berkata terbata-bata. Dia menggaruk kepala yang tidak gatal. Tiba-tiba merasa salah tingkah di depan wanita secantik Hanna."Perkenalkan, namaku Adrian. Ngomong-ngomong, siapa namamu? Sepertinya aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kamu juga alumni siswa di Sekolah Harapan Bangsa?” Adrian mengulurkan tangan pada Hanna. Dia merasa sangat penasaran dengan wanita cantik yang berdri di depannya itu. Hanna mengambil napas lega. Adrian tidak mengenalinya. Sekarang, saatnya dia beraksi. “Namaku Cindy. Baru satu bulan aku pindah di kota ini. Sebelumnya, aku tinggal di desa bersama nenekku. Jadi, kurasa kita memang belum pernah bertemu.” Dia menggenggam tangan Adrian sambil tersenyum manis. Netranya melirik sinis ke arah Elmira yang sedang berjalan mendekat.Tangan Adrian dan Hanna menyatu untuk beberapa menit lamanya. Mereka saling berpandangan lekat. Entah sihir apa yang dimi
PLAKSatu tamparan mendarat ke pipi Ricky. Hanna mendorong tubuh Ricky dengan kuat. “Jangan macam-macam kamu, Ricky,” ucapnya seraya mengacungkan tangan di depan wajah Ricky.“Hey, kamu kenapa, Hanna? Aku hanya bercanda, dan kamu menyerangku seakan aku ini penjahat.” Ricky memegangi pipinya yang memerah dan membentuk bekas tangan Hanna.Hanna menyadari telah keterlaluan memukul Ricky. “Maaf,” ucapnya terbata-bata. “Maaf, aku pikir kamu ingin....” ucapan Hanna terputus oleh tawa Ricky.“Tidak masalah. Aku memahaminya.” Ricky tertawa pelan. “Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah membuatmu ketakutan tadi.” Dia berkata dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.“Baiklah, Hanna! Sekarang, ayo kita nikmati pesta ini!” Ricky mengulurkan tangan pada Hanna, seolah dia adalah seorang pangeran yang sedang meminta kepada sang putri untuk berjalan bergandengan tangan bersamanya.Hanna berjalan melewati Ricky begitu saja tanpa memedulikan tangan Ricky yang masih terulur k
Hanna berdiri, dia berjalan menjauhi kursi melingkar tempat Ricky sedang duduk dan berdebat kusir dengan Elmira. Diam-diam Adrian mengikuti Hanna tanpa diketahui oleh Ricky dan Elmira.Hanna melihat toilet dan masuk ke dalam toilet itu. Di dalam toilet sedang sepi. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan mengeluarkan secarik kertas dari dalam tas.Adrian melihat Hanna masuk ke dalam toilet. Dia menunggu di luar toilet itu dengan perasaan gelisah. Beberapa kali dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan Elmira atau Ricky tidak mengikutinya.Hanna mulai membuka secara perlahan secarik kertas berisi tulisan dari Adrian. ‘Bisakah kita bertemu setelah acara reuni ini, Cindy? Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Jika kamu setuju, kirimlah alamat rumahmu di nomer ini....’ Dia membaca secarik kertas itu dalam hati.Hanna tersenyum miring. Dia kembali melipat kertas tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam tas kecil yang dia bawa. Dia berjalan ke luar toilet dan mendapati Adrian sedang
“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai rumah,” ujar Ricky seraya menyetir mobil. Sialnya, mobil Ricky tiba-tiba mogok.“Maafkan aku, Hanna. Bimo memang sering mogok. Apa kamu bisa menyetir mobil?" tanya Ricky. Bimo adalah sebutan Ricky untuk mobil bututnya. Hanna mengangguk pasti. "Baiklah, kalau begitu tolong setirin Bimo, biar aku mendorongnya,” ujar Ricky. Dia bergegas turun dan mendorong mobil butut itu.Saat sedang serius menyetir mobil yang didorong Ricky, tiba-tiba mobil Adrian menyalip. Mobil Adrian menghadang mobil Ricky hingga membuat Hanna terkejut.Adrian turun dari dalam mobil dan mengetuk jendela mobil Ricky. “Turunlah, Cindy. Aku akan mengantarmu pulang. Bukankah aku sudah bilang, kamu akan menderita jika hidup bersama pria miskin itu?” ujarnya seraya melirik sinis Ricky yang masih berada di belakang mobil.Ricky berjalan mendekati Adrian. Dia melihat jam tangan, lalu bertanya kepada Hanna, “Ini sudah malam, Cindy. Aku tidak masalah jika kamu pulang bersama Adri
“Ini sudah larut malam, Ricky. Bagaimana jika kamu ke sana sendiri saja? Aku harus pulang sekarang,” ucap Hanna. Dia tidak mau kemalaman sampai rumah. Bisa-bisa Adrian curiga kepadanya.“Baiklah, aku akan mengantarmu pulang lebih dulu,” ucap Ricky. “Di mana rumahmu?” lanjutnya bertanya.“Aku turun di sini saja. Tdak apa-apa. Rumahku sudah dekat. Kamu bisa kemalaman jika mengantarku pulang lebih dulu. Pergilah. Aku tahu kamu pasti mengkhawatirkan Elmira,” ucap Hanna. Dia membuka pintu hendak turun, tetapi berhenti sejenak setelah mengingat sesuatu.Hanna mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Dia memberikan ponsel itu kepada Ricky. “Tulislah nomermu di sini. Kamu masih berutang banyak kepadaku," ucapnya.Ricky bergegas menulis nomernya di ponsel Hanna. “Baiklah, terima kasih sudah mau menemaniku dan berpura-pura menjadi kekasihku malam ini. Jika butuh bantuan, kamu bisa menghubungiku kapan saja.” Dia mengembalikan ponsel Hanna setelah selesai memasukkan nomernya.Hanna berjalan pelan menu
“Pergilah, Reyhan! Atau aku akan melaporkanmu pada polisi,” ancam Elmira sembari kembali membuka mata. Saat dia membuka mata, bukan Reyhan yang berada di depannya, melainkan Ricky."Ricky?" Elmira melompat keluar dari tong sampah dan berlari mendekati Ricky. Dia berhambur ke pelukan Ricky sambil terisak-isak dan memejamkan mata. Rasa ketakutan masih menyelimuti hatinya.Ricky tidak tahu harus berbuat apa saat tiba-tiba Elmira berhambur ke pelukannya. Dia mengangkat tangan, hendak mendorong tubuh Elmira menjauh, tetapi tangisan Elmira membuatnya tidak tega. Akhirnya dia mengusap-usap pundak Elmira untuk menenangkan gadis itu.“Tenanglah, Elmira! Reyhan sudah pergi. Aku akan melindungimu,” ujar Ricky menenangkan Elmira.Elmira membuka mata dan mengangkat kepala menjauhi Ricky. “Maafkan aku," ucapnya seraya mengusap air mata. “Jangan salah paham. Aku tidak sengaja memelukmu. Aku, hanya sedang merasa takut,” ujarnya pada Ricky.“Tidak masalah. Aku mengerti. Ayo, aku akan mengantarmu pulan
"Jawab aku! Kenapa kamu ada di sini, Elmira?" Adrian mengulangi pertanyaannya. Dia memindai tubuh Elmira yang memakai pakaian laki-laki.Adrian menatap Ricky, lalu berjalan mendekatinya. "Apa yang kamu lakukan pada Elmira, hah?" teriak Adrian. Dia menatap tajam Ricky dan mengangkat tangan hendak menghajar wajah innocent pria di depannya itu.Sebelum Adrian memberikan pukulan, Ricky lebih dulu menangkis tangan Adrian. Dia tersenyum kecut. "Seharusnya kamu bertanya pada dirimu sendiri, Adrian. Di mana kamu semalam? Kamu meninggakkan Elmira sendirian di acara reuni. Elmira hampir saja mengalami situasi berbahaya karena itu," ucapnya pada Adrian.Adrian menatap Elmira dengan perasaan bersalah. "Apa itu benar, Elmira?" tanyanya lembut.Elmira mengangguk sedih. Dia kembali menangis mengingat kejadian semalam.Adrian mendekati Elmira. Dia mendekap gadis itu untuk menenangkannya.Ricky kembali tersenyum kecut. Dia memalingkan muka, merasa jijik melihat dua sejoli di hadapannya."Apa kalian su
"Apa kamu tinggal di apartemen ini? Jika iya, maka mulai hari ini kita akan menjadi tetangga," tanya Adrian ketika sedang bersalaman dengan Hanna. Dia menatap Hanna terpesona. Tangannya terus memegang erat tangan Hanna, tidak ingin melepaskannya.Hanna menggelengkan kepala. “Aku kehilangan tempat tinggal karena suatu hal. Jadi, aku ke sini untuk mencari tempat tinggal baru." Hanna mengarang penjelasan. Dia menatap lekat Adrian, lalu bertanya, “Adrian, apakah tawaranmu malam itu masih berlaku?”“Tawaran? Tawaran yang mana?” Adrian mengerutkan kening, pura-pura bertanya.“Kamu bilang akan memberikan semua yang kuinginkan jika aku mau menerimamu,” ujar Hanna bersemangat. Dia ingin segera menjalankan aksi balas dendamnya.Adrian tersenyum senang. “Tentu saja. Untuk wanita secantik Cindy, apa yang tidak bisa kulakukan? Aku akan memberikan semua yang kamu inginkan, asalkan kamu mau meninggalkan Ricky dan menerimaku menjadi kekasihmu.” Adrian berkata dengan menggebu-gebu.“Benarkah?” Hanna