Share

Memainkan Peran

Hanna berdiri, dia berjalan menjauhi kursi melingkar tempat Ricky sedang duduk dan berdebat kusir dengan Elmira. Diam-diam Adrian mengikuti Hanna tanpa diketahui oleh Ricky dan Elmira.

Hanna melihat toilet dan masuk ke dalam toilet itu. Di dalam toilet sedang sepi. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan mengeluarkan secarik kertas dari dalam tas.

Adrian melihat Hanna masuk ke dalam toilet. Dia menunggu di luar toilet itu dengan perasaan gelisah. Beberapa kali dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan Elmira atau Ricky tidak mengikutinya.

Hanna mulai membuka secara perlahan secarik kertas berisi tulisan dari Adrian. ‘Bisakah kita bertemu setelah acara reuni ini, Cindy? Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Jika kamu setuju, kirimlah alamat rumahmu di nomer ini....’ Dia membaca secarik kertas itu dalam hati.

Hanna tersenyum miring. Dia kembali melipat kertas tersebut dan memasukkannya kembali ke dalam tas kecil yang dia bawa. Dia berjalan ke luar toilet dan mendapati Adrian sedang berjalan mondar-mandir di luar toilet itu. Hanna tersenyum tipis. Dia sudah menduga sebelumnya jika Adrian akan mengikutinya sampai di sini.

Adrian melihat Hanna dan langsung menghampirinya dengan bersemangat. Dia menatap wajah Hanna dengan tatapan terpesona, sampai tidak berkedip untuk beberapa detik lamanya.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Adrian?” Hanna bertanya basa-basi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu kembali bertanya, “Di mana Elmira?”"

“Jangan bertanya tentang Elmira, Cindy. Aku ke sini untuk menemuimu,” jawab Adrian dengan suara terbata-bata. Dia merasa benar-benar gugup di hadapan Hanna yang sedang menjalankan peran sebagai Cindy. “Aku sudah menuliskan surat untukmu. Bisakah aku mendapatkan balasan surat itu sekarang?” tanyanya ragu-ragu.

“Surat? Maksudmu kertas ini?” Hanna mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya kepada Adrian.

“Bagaimana mungkin kamu menuliskan semua itu kepadaku? Bukankah kamu tau, aku sudah mempunyai calon suami? Apa kamu pikir aku ini wanita murahan yang bisa dekat dengan banyak laki-laki?” Hanna memberondong Adrian dengan pertanyaan. Dia terlihat marah.

Adrian tersenyum miring. “Kamu yakin akan menikah dengan laki-laki miskin seperti Ricky? Dia hanya penjual kosmetik, Cindy. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap. Jika kamu mau membatalkan pernikahanmu dengan dia dan menerima aku sebagai penggantinya, aku akan memberikan semuanya yang kamu minta. Aku manager di sebuah perusahaan terkenal. Gajiku puluhan juta. Kamu bisa membeli apa saja yang kamu inginkan. Wanita cantik sepertimu lebih cocok menikah dengan laki-laki yang kaya dan mapan sepertiku. Kamu cantik, Cindy. Sayang jika wanita secantik kamu bersanding dengan laki-laki miskin seperti Ricky.” Dia berkata panjang lebar dan menggebu-gebu.

“Lalu? Kamu pikir aku tertarik pada laki-laki yang sudah mempunyai pasangan? Bukankah sebentar lagi kamu akan menikahi Elmira?” Hanna kembali memberondong Adrian dengan pertanyaan. “Aku tidak mau dicap sebagai pelakor, seperti apa yang dituduhkan oleh Elmira kepadaku,” lanjutnya tegas.

“Sebaiknya kamu menjauhiku. Jangan harap aku bisa tertarik dengan laki-laki hidung belang sepertimu.” Hanna hendak melangkah pergi melewati Adrian. Namun, Adrian menghentikannya.

Adrian menarik Hanna, hingga wanita cantik itu terjatuh ke pelukannya. Dia memajukan wajah mendekati wajah cantik Hanna. “Tinggalkan RIcky, dan terimalah aku menjadi kekasihmu. Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan,” bisiknya lirih. Dia menatap lekat Hanna. Tatapan yang penuh cinta dan penuh harap.

Jantung Hanna berdebar sangat kencang. Selama menikah dengan Adrian, laki-laki itu selalu memperlakukannya dengan dingin. Adrian bahkan tidak pernah mau berdekatan dengannya atau pun menyentuhnya. Baru kali ini dia merasakan perlakuan hangat Adrian. Baru kali ini dia berada sedekat ini dengan Adrian. Berada dipelukan hangat suaminya.

Hanna dan Adrian saling bertatapan dengan jarak yang begitu dekat. Adrian mendekap Hanna semakin erat, seolah tidak ingin wanita itu meninggalkannya.

Hanna mengulas senyum di bibir, tetapi senyuman itu segera lenyap saat dia menyadari jika saat ini, Adrian bukan sedang mendekapnya. Adrian tidak sedang jatuh cinta kepadanya, melainkan jatuh cinta pada wanita cantik bernama Cindy yang sedang diperankannya.

“Bagaimana? Apa kamu menerima tawaranku? Kamu akan menyesal jika kamu menolakku, Cindy.” Adrian kembali berbisik dengan lembut di telinga Hanna.

Hanna terlihat sedang berpikir. “Apa kamu serius akan memberikan semuanya yang aku inginkan jika aku menerimamu?” Dia bertanya memastikan.

Adrian mengangguk yakin. “Katakan saja, apa yang kamu inginkan? Aku akan memberikan semuanya untukmu,” ujarnya.

Belum sempat Hanna menjawab, tiba-tiba Hanna meringis kesakitan karena seseorang menarik penutup kepalanya hingga rambutnya yang tidak terlihat ikut terjambak.

Elmira menarik tubuh Hanna dengan keras hingga terlepas dari dekapan Adrian. Dia melayangkan tangan ke wajah Hanna, tetapi sebelum tangan itu mengenai wajah Hanna, Ricky datang dan menangkap tangan itu lebih dulu.

“Kamu tidak akan bisa menyakiti calon istriku selama masih ada aku di sampingnya, Elmira. Jadi, jauhkan tangan kotormu ini dari wajah cantik Cindy.” Ricky melempar tangan Elmira, lalu mengibas-ngibaskan kedua tangannya seolah habis menyentuh sesuatu yang kotor.

Elmira tersenyum kecut. “Kamu masih membela wanita murahan itu, padahal jelas-jelas kamu juga melihatnya sedang berpelukan dengan laki-laki lain. Apa kamu tidak punya harga diri, Ricky? Jika aku jadi kamu, aku akan meninggalkan wanita murahan itu saat ini juga.” Dia berteriak kesal.

“Hentikan omong kosongmu!” Ricky memelototi Elmira. “Aku percaya pada calon istriku." Dia melirik lembut Hanna, lalu menggenggam jemarinya. “Ayo kita pulang, Sayang,” ucapnya seraya berjalan menjauh dengan menggandeng tangan Hanna.

Adrian mengepalkan tangan melihat Hanna dan Ricky yang sedang berjalan menjauh dengan bergandengan tangan. Dia melangkah hendak mengikuti dua pasangan pura-pura itu, tetapi Elmira menghentikannya.

“Mau ke mana kamu, Sayang?" Elmira menghadang langkah Adrian. “Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kamu dan wanita murahan tadi. Kali ini, aku akan melupakan perbuatan menjijikkan kalian, dan memaafkanmu, tapi berjanjilah padaku untuk tidak mengulanginya lagi.” Dia menatap tajam Adrian.

“Tutup mulutmu, Elmira! Dia bukan wanita murahan seperti yang kamu katakan,” bentak Adrian membela Hanna di hadapan Elmira. “Cindy wanita cantik dan terhormat,” lanjutnya memuji Hanna di depan Elmira.

Elmira melebarkan mata tidak percaya. Dia merasa marah karena Adrian lebih membela wanita lain. “Kamu membela wanita yang sudah menggoda calon suami orang? Kamu memuji wanita murahan itu di depanku? Apa aku tidak salah dengar?” Dia bertanya dengan nada marah.

“Aku tidak membela atau memuji siapa pun. Aku hanya bicara kenyataan.” Adrian berjalan meninggalkan Elmira tanpa merasa bersalah.

“Adrian!” Elmira berteriak memanggil Adrian. Namun, Adrian tidak mengacuhkannya.

Adrian terus berjalan menjauh tanpa sedikit pun menoleh ke arah Elmira. Dia berjalan ke luar gedung sambil mengedarkan pandangan ke kanan dan ke kiri, mencari-cari keberadaan Hanna yang sedang bersama Ricky.

“Sial! Di mana aku bisa menemui Cindy lagi?” gerutu Adrian.

Sementara, di dalam gedung, Elmira menendang lantai dengan kesal. Dia merasa terhina oleh perlakuan Adrian yang meninggalkannya begitu saja demi wanita lain. Baru kali ini Adrian berani membentak dan memperlakukannya dengan buruk.

“Ini semua gara-gara wanita sok cantik itu. Awas kamu, Cindy!” gumam Elmira.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status