Share

Bimo Mogok

Penulis: Halona
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-01 10:29:17

“Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai rumah,” ujar Ricky seraya menyetir mobil. Sialnya, mobil Ricky tiba-tiba mogok.

“Maafkan aku, Hanna. Bimo memang sering mogok. Apa kamu bisa menyetir mobil?" tanya Ricky. Bimo adalah sebutan Ricky untuk mobil bututnya. Hanna mengangguk pasti.

"Baiklah, kalau begitu tolong setirin Bimo, biar aku mendorongnya,” ujar Ricky. Dia bergegas turun dan mendorong mobil butut itu.

Saat sedang serius menyetir mobil yang didorong Ricky, tiba-tiba mobil Adrian menyalip. Mobil Adrian menghadang mobil Ricky hingga membuat Hanna terkejut.

Adrian turun dari dalam mobil dan mengetuk jendela mobil Ricky. “Turunlah, Cindy. Aku akan mengantarmu pulang. Bukankah aku sudah bilang, kamu akan menderita jika hidup bersama pria miskin itu?” ujarnya seraya melirik sinis Ricky yang masih berada di belakang mobil.

Ricky berjalan mendekati Adrian. Dia melihat jam tangan, lalu bertanya kepada Hanna, “Ini sudah malam, Cindy. Aku tidak masalah jika kamu pulang bersama Adrian. Aku bisa mengatasi mobil ini sendiri." Dia menatap Hanna menunggu reaksi wanita yang menjadi kekasih pura-puranya itu.

“Tidak perlu. Bukankah katamu, kita berangkat bersama, maka kita juga harus pulang bersama?” Hanna menjawab Ricky, lalu dia bertanya kepada Adrian, “Kenapa kamu sendirian? Di mana calon istrimu yang seorang model dan bintang iklan paling cantik itu?” Dia melirik mobil Adrian yang kosong. Elmira tidak terlihat ada di sana.

Adrian baru menyadari, dia meninggalkan Elmira di gedung tempat acara reuni tadi. Namun, dia tidak mau ambil pusing. “Elmira sudah pulang lebih dulu,” jawabnya berbohong.

Sementara, di depan gedung reuni, Elmira berdiri seorang diri. Dia melihat jalanan dan jam tangan bergantian. “Ke mana perginya Adrian? Berani-beraninya dia meninggalkan aku sendirian di sini,” gumamnya seraya menendang botol minuman hingga mengenai kepala Reyhan yang sedang melintas menggunakan motor trail.

Reyhan menghentikan motornya secara mendadak. Dia meringis sambil mengusap-usap kepalanya yang benjol dan terasa sakit akibat botol minuman yang ditendang oleh Elmira. “Siapa yang melakukan ini?” Dia mengambil botol minuman yang tergeletak di jalan, lalu menoleh dan mencari tersangka penyebab benjol di kepalanya. Wajahnya yang penuh tato terlihat sedang marah dan semakin menyeramkan. Namun, saat melihat Elmira sedang berdiri seorang diri di seberang jalan, seketika rasa kesal dan amarahnya lenyap, berganti dengan senyuman.

Reyhan memutar arah motor trail yang dia kendarai. Dia menghampiri Elmira, lalu berkata tanpa basa-basi, “Kamu sendirian, Elmira? Bagaimana jika aku mengantarmu pulang?”

Elmira melihat Reyhan dengan ragu-ragu. Penampilan Reyhan yang urakan sedikit membuatnya ketakutan. Dia memundurkan langkah menjauhi Reyhan tanpa menjawab pertanyaan lelaki bertato itu.

Reyhan turun dari motor dan berjalan mendekati Elmira. “Jangan takut denganku. Bukankah kita ini teman? Aku tidak mungkin berbuat jahat pada temanku,” bujuknya.

“Pergi! Aku bisa pulang sendiri." Elmira berkata ketus pada Reyhan.

“'Apa kamu yakin? Ini sudah malam, Elmira. Tidak ada taksi di sekitar sini. Sebentar lagi tengah malam dan orang-orang jahat akan berkeliaran di sini. Kamu dalam bahaya jika tidak segera pulang sekarang, Elmira.” Reyhan tidak menyerah membujuk Elmira agar mau pulang bersamanya. Namun, Elmira terus diam tidak menanggapi.

“Baiklah, aku pulang duluan. Aku tidak bertanggung jawab jika sesuatu terjadi kepadamu,” ujar Reyhan seraya berjalan menuju motornya.

“Tunggu! Aku ikut pulang denganmu.” Elmira berkata terbata-bata. Ragu-ragu, dia berjalan mengikuti Reyhan.

Reyhan tersenyum senang. Dia segera mempersilakan Elmira naik di atas motornya, lalu bergegas melajukan motor trail itu membelah jalanan kota.

Adrian memilih untuk meninggalkan mobilnya di pinggir jalan. Dia berjalan mengikuti Ricky yang sedang mendorong Bimo.

“Menyerahlah! Lebih baik kalian pulang bareng aku saja. Tinggalkan saja mobil bututmu itu di pinggir jalan. Mobil bututmu itu juga tidak akan laku jika dijual. Dia akan aman walau semalaman di sini. Tidak akan ada yang mau mencurinya,” gumam Adrian seraya terus berjalan mengikuti Ricky.

“Diamlah! Sebaiknya kamu pergi jika tidak mau membantu,” ujar Ricky dengan napas terengah-engah. Dia terus mendorong mobil, tidak menghiraukan perkataan Adrian.

“Baiklah, aku akan membantumu. Tapi kamu harus menyerah dan ikut denganku jika mobil bututmu tetap tidak bisa jalan.” Dengan terpaksa, Adrian ikut mendorong mobil Ricky. Sebenarnya dia tidak sudi membantu Ricky mendorong mobil butut itu. Semuanya dia lakukan hanya demi bisa berlama-lama bersama Cindy.

Dalam hitungan detik, tiba-tiba mobil Ricky melaju kencang meninggalkan Adrian dan Ricky yang sedang mendorongnya. Hanna menoleh ke belakang dan tersenyum menyeringai. Dia sengaja melajukan mobil dengan kencang meninggalkan dua laki-laki yang sedang mendorong mobil itu.

“Maafkan aku, Ricky. Adrian tidak boleh mengetahui sandiwara kita. Dia tidak boleh tau jika aku adalah Hanna, istrinya,” gumam Hanna seraya melajukan mobil dengan kencang.

Ricky hanya bisa bengong saat mobil yang sedang dia dorong malah melaju kencang meninggalkannya. Sementara Adrian berlari masuk ke dalam mobil miliknya dan segera melajukan mobil itu untuk mengejar Hanna.

“Hey, Tunggu! Jangan tinggalkan aku!” Ricky berlari mengejar Adrian, tetapi sudah terlambat. Mobil Adrian telah melaju kencang meninggalkannya.

Ricky ngos-ngosan sambil memegang kedua lutut dan menatap dua mobil yang saling berkejaran. “Ah, sial! Bagaimana ini?” Dia berdiri dan mendengkus kesal. Mengibaskan tangan ke sembarang arah, lalu memutar tubuhnya. Dia benar-benar merasa lelah dan kesal.

Dari kaca spion, Hanna melihat mobil Adrian yang sedang mengikutinya. Dia merasa panik dan menambah kecepatan mobil. “Aku harus bagaimana ini? Kenapa dia malah mengikutiku?” gumamnya kesal.

Hanna terus melajukan mobil dengan kecepatan tinggi untuk menghindari mobil Adrian. Dia memutar arah mobil menuju jalan raya yang ramai. Dia merasa sangat panik hingga beberapa kali hampir menabrak pengendara yang lain.

Adrian hampir saja menyalip mobil yang dibawa Hanna, tetapi tiba-tiba sebuah mobil berhenti menghadang mobilnya. “Sial!” Adrian mengerem mendadak dan mendengkus kesal. Dia membunyikan klakson dengan keras agar mobil yang menghalangi jalannya segera pergi.

Hanna merasa lega setelah berhasil lolos dari kejaran Adrian. Dia memutar mobilnya dan mengambil arah jalan yang berlawanan. “Aku harus mengembalikan mobil ini pada Ricky,” gumamnya.

Hanna menyusuri jalanan tempat dia meninggalkan Ricky tadi. Sudah tidak ada orang di sana. Lalu dia teringat dengan tempat pertemuan pertamanya dengan Ricky sebelum berangkat ke acara reuni. Benar dugaan Hanna. Ricky sedang berjalan menyusuri jalan itu dengan wajah menunduk ke bawah. Dia terlihat lesu.

Hanna menghentikan mobil tepat di samping Ricky, lalu menurunkan kaca jendela mobil dan memindai tubuh Ricky dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Kamu terlihat seperti laki-laki yang baik. Sedang apa berdiri di pinggir jalan malam-malam begini?” tanya Hanna menirukan pertanyaan Ricky kepadanya tadi. “Cepat masuklah sebelum mobil ini mogok lagi,” ujarnya.

“Hanna! Akhirnya aku menemukanmu.” Ricky bergegas masuk ke dalam mobil. “Apa kamu tahu? Aku hampir saja melapor pada polisi karena seorang wanita yang mencoba mencuri Bimo dariku,” ujarnya kesal.

“Maafkan aku. Aku tidak berniat mencuri mobilmu. Aku hanya....” Kalimat Hanna terputus karena Ricky memotongnya.

“Aku tau, kamu ingin menghindar dari Adrian," sahut Ricky yakin. “Aku salut padamu, Hanna. Kamu tidak tergoda pada Adrian, padahal dia tampan dan kaya. Beberapa wanita mungkin rela meninggalkan kekasihnya demi bisa mendapatkan laki-laki seperti Adrian, tapi kamu malah menghindarinya saat terang-terangan dia sedang mengejarmu,” ujarnya panjang lebar.

“Aku bukan Elmira yang rela meninggalkanmu demi mendapatkan Adrian,” ujar Hanna pasti.

Mendengar nama Elmira disebut, Ricky jadi teringat sesuatu. “Kita harus kembali ke gedung tempat reuni tadi, Hanna. Sepertinya Adrian meninggalkan Elmira di sana,” ujar Ricky terlihat cemas.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Berubah Cantik saat Reuni   Mama Mertua

    Tiba waktunya pulang kerja. Saat berjalan di trotoar, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Seorang lelaki menurunkan kaca jendela mobil dan memindai Hanna dari ujung kepala hingga ujung kaki. Adegan ini mengingatkan Hanna pada Ricky. Namun kali ini Hanna lebih berdebar karena pria yang sedang dia hadapi adalah atasan kerjanya. "Ada apa, Pak?" tanya Hanna ragu-ragu. Dia bertanya-tanya di dalam hati, kesalahan apa yang dia perbuat sampai membuat marah atasannya. Apa Pak Alan sedang marah kepadanya? Dia memejamkan mata dan menundukkan kepala, menutupi rasa gugupnya. "Kamu pulang sendirian, Hanna?" Akan bertanya basa-basi. "Eh?" Hanna mengangkat wajahnya menatap Alan. Bibir ranumnya ternganga. "Bapak bertanya apa?" Dia bertanya untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar. "Apa kamu pulang sendirian?" Alan mengulangi pertanyaannya."Oh ya, saat di luar jam kantor, jangan memanggilku "bapak". Aku belum setia itu." Alan berkata dengan suara bariton. "Panggil aku "Alan

  • Berubah Cantik saat Reuni   Tolong Aku, Ma

    Hanna kembali ke ruang kerjanya. Dia tersenyum senang sambil menikmati makanan. Beruntung sekali rasanya, di saat perut sedang lapar, tiba-tiba sudah ada makanan siap tersaji di meja kerjanya. Jadi tidak perlu susah-susah memesan atau membeli makanan di luar kantor. Hanna terlalu asyik menikmati makanan hingga tidak menyadari jika diam-diam Alan sedang tersenyum memperhatikannya. Telepon Alan berdering. Lelaki itu segera mengangkat telepon dan berbicara pada orang di seberang. "Kamu tenang saja. Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Dia aman di sini." Alan berbicara dengan suara bariton pada sesorang di seberang telepon. "Sebentar lagi jam kerja. Jangan terlalu sering menggangguku." Alan menutup telepon dengan cepat. Dia kembali memperhatikan Hanna dan tersenyum tipis. Adrian merebahkna tubuhnya di sofa depan televisi rumahnya. Dia bersendawa sambil memegangi perutnya yang kekenyangan.Hampir saja Adrian tertidur saat tiba-tiba pintu rumahnya berbunyi. Dengan malas Adrian

  • Berubah Cantik saat Reuni   Kotak Makan Misterius

    "Mengundurkan diri?" Hanna mengerutkan kening, tidak mengerti bisa-bisanya rekan kerjanya meminta dia untuk mengundurkan diri dan mundur dari pekerjaan yang baru saja dia dapatkan. Padahal, mendapatkan pekerjaan itu bukanlah hal yang mudah. Jika dia mundur, belum tentu dia bisa mendapatkan pekerjaan lagi. Terlebih, dia sangat butuh uang untuk menafkahi dirinya sendiri setelah perpisahannya dengan suami. Dia tidak mungkin mengundurkan diri begitu saja. "Iya, kamu harus mengundurkan diri secepatnya." Anita menatap tajam Hanna dan tersenyum sinis. Hanna membalas tatapan Anita, lalu berkata, "Memangnya apa urusanmu? Apa dengan menjadi sekretaris aku merugikanmu? Kenapa aku harus mengundurkan diri?" Dia benar-benar tidak mengerti. "Tentu saja. Bukankah sudah kubilang jika seharusnya akulah yang menjadi sekretaris direktur? Aku lebih lama kerja di sini dari pada kamu." Anita bersikukuh. "Maaf, Mbak Anita. Aku paham, sepertinya kamu sangat menginginkan posisi sebagai sekretaris. Namun, s

  • Berubah Cantik saat Reuni   Saingan

    Hanna serius sekali mempelajari berkas-berkas yang ada di meja. Dia bertekad untuk bekerja dengan maksimal dan tidak ingin mengecewakan perusahaan yang telah menerimanya bekerja. Hanna masih merasa tatapan Alan tertuju kepadanya. Dia merasa risih dan salah tingkah. Karena merasa terus diperhatikan oleh Alan, konsentrasi Hanna menjadi terganggu. Apa ada yang salah dengan penampilannya? Hanna menoleh ke arah kaca dan merapikan kerudung hitam yang dia kenakan. Rasanya tidak ada yang aneh dengan penampilannya. Perusahaannya memperbolehkan karyawan wanitanya untuk berhijab. Apakah direkturnya itu sedang mengawasi pekerjaannya? Gawat, mungkin dia akan dipecat sewaktu-waktu jika ketahuan melakukan kesalahan. Hanna kembali sibuk membuka-buka berkas. Dia tidak ingin memberi kesan buruk pada direktur sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Jam istirahat akhirnya tiba. Perut Hanna tiba-tiba berbunyi. Dia merasa sangat lapar karena tadi pagi lupa sarapan. Sepanjang pagi tadi dia bekerj

  • Berubah Cantik saat Reuni   Wanita Selingan

    Elmira berjalan menjauh dari rumah Adrian dengan hati penuh dendam. Dia benaknya terus berputar bayangan saat Adrian mengusirnya dari rumah dan tidak mengakui calon bayi yang dikandungnya. "Kamu wanita licik, Elmira! Kamu pasti menggunakan alat itu untuk memaksaku menerimamu," teriak Adrian dengan tatapan mengerikan. "Aku tidak bohong. Bukankah kita pernah melakukannya? Ingatlah malam-malam saat kita bersama, Adrian," lirih Elmira. Tatapannya begitu memohon. Dia sangat berharap Adrian mau mengakui anak di kandungannya. "Kamu pikir aku percaya? Aku tidak akan pernah mempercayaimu, Elmira. Pergilah dari rumah ini. Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi." Kata-kata Adrian yang begitu menyakitkan bagi Elmira. "Oh ya? Kamu tidak percaya? Bagaimana kalau aku mempunyai bukti?" Elmira menantang Adrian. "Bukti apa yang kamu maksud?" Adrian tidak mau kalah. Dia tidak akan terpedaya oleh wanita licik seperti Elmira. "Bukti apa lagi, tentu saja bukti saat kita bercocok tanam." Elmira tersenyu

  • Berubah Cantik saat Reuni   Sekretaris Boss

    Hampir satu jam lamanya Hanna menunggu di bangku yang terletak di depan perusahaan PT. Cahaya Cosmetics. Sesekali dia melihat jam tangan. Hanna melihat beberapa orang mulai memasuki kantor perusahaan. "Bagaimana, Pak? Apa saya bisa bertemu dengan pemilik perusahaan ini?" Hanna kembali menghampiri seorang satpam dan bertanya. Belum sampai satpam itu menjawab, sorang berbadan kekar menghampiri Hanna. "Ehm, kamu bukannya wanita yang kemarin?" Lelaki kekar itu menatap lekat Hanna. Hanna membalas tatapan lelaki kekar itu. Memang, wajah dan perawakan lelaki itu tidak asing. Tapi di mana mereka pernah bertemu? Hanna mengingat-ingat. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Hanna bertanya hati-hati. "Kamu melupakannya? Kamu wanita yang menabrakku kemarin, 'kan?" ucap lelaki berbadan kekar itu. Hanna baru mengingatnya. Dia laki-laki yang dia tabrak sebelum jadwal interview di perusahaan lain. Kejadian tabrakan yang membuatnya ketinggalan sesi interview dan kehilangan kesempatan untuk diter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status