Isla berusaha untuk fokus menulis dan mengabaikan ocehan gadis di sebelahnya. Teresa sedari tadi pun sibuk sendiri mengatakan berbagai hal mengenai lelaki bernama Alex yang berasal dari kelas lain. Gadis itu tidak menyerah dan bersikeras menjodohkan Isla dengan pemuda itu tanpa ada kapoknya, padahal Isla sendiri sudah berkali-kali berkata kalau dirinya tak menyukai Alex sedikit pun. Ia hanya menganggap lelaki itu sebagai teman dan rekan berbagai materi pembelajaran saat ada yang tak ia mengerti, namun Teresa justru selalu salah paham dan menganggapnya lebih.
"Berhentilah membicarakannya karena itu tidak ada gunanya sama sekali," ujar Isla.
Teresa seketika mengatupkan bibirnya dan kedua pipinya menggembung. "Kau benar-benar tidak asyik. Kenapa kau terus menolak Alex?" balasnya.
Isla seketika mendelik. "Teresa, kau juga tidak asyik. Kenapa kau selalu berusaha menjodohkan aku dengan Alex? Memangnya selama ini dia berkata kalau dirinya menyukaiku? Tidak, kan?
Isla menggigit permen kapas yang ia beli beberapa saat yang lalu bersama dengan Teresa. Mereka berdua menghabiskan waktu di sebuah taman bermain. Keduanya memang cukup sering menghabiskan waktu bersama setiap kali akhir pekan tiba. Jika sedang tidak ada tugas, maka keduanya akan langsung membuat rencana pergi berdua ke beberapa tempat untuk menghabiskan waktu.“Beberapa hari terakhir hujan terus saja turun di Goteborg, sementara ramalan cuaca selalu berkata kalau cuaca akan cerah sepanjang hari.” Teresa terlihat menggembungkan kedua pipinya dan terlihat kecewa. Gadis itu dan keluarganya sudah merencanakan liburan bersama namun selalu berakhir gagal karena terhalang cuaca yang buruk. Padahal awalnya Teresa begitu senang karena sang ayah sedang memiliki waktu luang bersamanya.Isla memelankan tempo kunyahannya begitu mendengar ucapan Teresa barusan. Gadis itu mendadak merasa tidak nyaman, entah kenapa. Ia merasa kalau cuaca yang mudah beruba
Isla menggigit permen kapas yang ia beli beberapa saat yang lalu bersama dengan Teresa. Mereka berdua menghabiskan waktu di sebuah taman bermain. Keduanya memang cukup sering menghabiskan waktu bersama setiap kali akhir pekan tiba. Jika sedang tidak ada tugas, maka keduanya akan langsung membuat rencana pergi berdua ke beberapa tempat untuk menghabiskan waktu.“Beberapa hari terakhir hujan terus saja turun di Goteborg, sementara ramalan cuaca selalu berkata kalau cuaca akan cerah sepanjang hari.” Teresa terlihat menggembungkan kedua pipinya dan terlihat kecewa. Gadis itu dan keluarganya sudah merencanakan liburan bersama namun selalu berakhir gagal karena terhalang cuaca yang buruk. Padahal awalnya Teresa begitu senang karena sang ayah sedang memiliki waktu luang bersamanya.Isla memelankan tempo kunyahannya begitu mendengar ucapan Teresa barusan. Gadis itu mendadak merasa tidak nyaman, entah kenapa. Ia merasa kalau cuaca yang mudah beruba
“Kau sudah bertemu dengan Rhys?” Tao bertanya pada Kai tidak lama setelah lelaki itu tiba. "Rhys bersama dengan gadis itu. " Rekan-rekannya mengerutkan dahi. “Gadis?” Tao melirik Aric yang berada di sebelahnya. “maksudmu gadis yang selalu datang ke hutan?” Kai mengangguk. “Entah apa yang sudah dikatakan oleh Rhys pada gadis itu tapi kurasa gadis itu ada di pihaknya. Dia selalu berusaha menutup mulut setiap kali aku menyanyakan soal Rhys padanya.” “Kita bisa melakukan semuanya tanpa dia, kan? Biarkan saja dia dengan manusia itu.” Denzel berujar. “Tapi rencana kita tak akan berhasil jika tak ada dia, kan? Kekuatannya sangat dibutuhkan agar ritual itu berhasil,” sambung Tao. “Aku pernah menemui gadis yang kuketahui bernama Isla itu di sekolahnya. Dia hanyalah gadis biasa yang tak tahu apa-apa soal Betelgeuse. Namun sepertinya para manusia di bumi sebagian ada yang mengetahui kalau Betelgeuse tengah melemah. Apa manusia itu merencanakan sesuatu terhadap kita?” lanjutnya. “Kurasa
“Kau sudah bertemu dengan Rhys?” Tao bertanya pada Kai tidak lama setelah lelaki itu tiba.Rhys bersama dengan gadis itu.Rekan-rekannya mengerutkan dahi.“Gadis?” Tao melirik Aric yang berada di sebelahnya. “maksudmu gadis yang selalu datang ke hutan?”Kai mengangguk. “Entah apa yang sudah dikatakan oleh Rhys pada gadis itu tapi kurasa gadis itu ada di pihaknya. Dia selalu berusaha menutup mulut setiap kali aku menyanyakan soal Rhys padanya.”“Kita bisa melakukan semuanya tanpa dia, kan? Biarkan saja dia dengan manusia itu.” Denzel berujar.“Tapi rencana kita tak akan berhasil jika tak ada dia, kan? Kekuatannya sangat dibutuhkan agar ritual itu berhasil,” sambung Tao. “Aku pernah menemui gadis yang kuketahui bernama Isla itu di sekolahnya. Dia hanyalah gadis biasa yang tak tahu apa-apa soal Betelgeuse. Namun sepertinya para manusia
Semakin hari, suhu di kota Goteborg semakin menurun, padahal ini masih pertengahan tahun yang artinya, sebentar lagi musim panas akan datang. Namun bukannya suhu yang hangat yang didapat, justru suhu rendah yang menyelimuti keseharian orang-orang."Jangan lupa pakai mantelmu, Isla!" titah Maria dari bawah.Di dalam kamar, Isla yang baru saja hendak membuka pintu itu seketika berdecak dan memutar kembali tubuhnya dan kembali membuka lemari, mengeluarkan salah satu mantel tebal miliknya."Ibuku memang agak menyebalkan dan cerewet, jadi kuharap kau tidak kesal selama berada di rumahku," ujar Isla asal pada Rhys yang kini duduk di atas sofa miliknya yang berada di kamar."Tapi itu pertanda kalau ibumu itu perhatian," ujar pria itu.Isla hanya memutar kedua matanya dan gadis itu bergegas memakai mantel. Namun kedua kakinya lagi-lagi berhenti begitu mencapai pintu, dan tubuhnya kembali berbalik."Aku sudah menyiapkan makanan untukmu di dalam laci
"Mustahil." Isla menatap ke luar jendela dengan pandangan yang tak percaya."Isla!" Teresa menatap Isla yang secara tiba-tiba keluar dari kelas. "Isla!" panggilnya sekali lagi, namun Isla sama sekali tak menggubrisnya dan gadis itu dengan cepat menghilang dari pandangan Teresa.Satu per satu anak tangga Isla turuni dengan langkah terburu-buru dan sepanjang jalan murid-murid sudah mulai memenuhi koridor, membuat Isla menelan ludah. Kejadian di luar tentu saja bukan fenomena alam biasa, ia tahu betul, pasti ada dalang di balik semua ini.Kedua kaki Isla menyentuh permukaan rumput yang kini sudah mulai memutih secara perlahan, dengan pandangan yang menatap ke sekitar, berharap ia akan segera menemukan seseorang namun hasilnya nihil.Selang beberapa detik kemudian sebuah batangan es yang menyerupai stalaktit, persis yang ia temui di Trollehallar melewati wajahnya sebelum akhirnya menancap di atas permukaan tanah tepat di sebelah sepatunya.
"Isla kau tak apa?" Teresa menghampiri Isla yang terduduk di luar.Kedua mata milik Isla lalu menatap ke sekitar dan mendapati dirinya yang sudah berada di depan lobi sekolanya, padahal jelas-jelas kalau dirinya berada di atap beberapa saat yang lalu."Kau baik-baik saja? Aku mendadak khawatir karena kau tiba-tiba berlari keluar dari kelas jadi aku menyusulmu ke sini," ujar Teresa seraya membantu Isla berdiri."Kau tidak melihat siapa-siapa tadi?" tanya Isla.Kepala Teresa menggeleng, "Aku hanya melihatmu di sini dan kau sudah terduduk di atas permukaan tanah jadi aku semakin panik karena berpikir kalau telah terjadi sesuatu padamu.""Tidak mungkin, padahal jelas-jelas kalau aku tadi berada di atap bersama dengan dua pria itu," batin Isla.Tunggu!"Saljunya sudah berhenti?" Isla baru menyadari kalau salju yang tadu berjatuhan itu kini sudah tak ada lagi, membiarkan salju yang sudah mencapai permukaan bumi
"Aku pulang." Isla memasuki rumahnya dan ia langsung merebahkan tubuhnya di atas permukaan sofa dengan kedua mata yang langsung ia pejamkan.Namun selang beberapa detik setelahnya gadis itu kembali membuka kedua matanya saat menyadari kalau rumahnya dalam keadaan yang begitu sepi, beda seperti biasanya.Isla langsung meletakkan tasnya asal dan gadis itu pergi ke dapur dan ibunya tak ada di sana."Rhys?" panggilnya seraya memeriksa setiap sudut ruangan namun ia tak menemukan anjing di sana. Ia beberapa kali memanggilnya sebelum akhirnya naik ke atas dan memeriksa kamarnya."Rhys?" Kamarnya dalam keadaan kosong, tak ada Rhys di sana. Lalu berjalan menuju jendelanya dan melihat ke luar namun Rhys tak ada di sana. "Ke mana dia? Apa dia kembali ke Trollehallar sendirian?" gumamnya. Ia lalu kembali keluar dari kamar untuk memeriksa di belakang rumah."Apa dia sedang pergi dengan ibuku?" gumam Isla, namun rupanya dugaannya kali ini salah, kare