JATUN CINTA PADA MENUL?
Pak Handoko menatap tajam ke arah Andre, setelah Menul meninggalkan ruangan. Perasaannya masih diliputi tanda tanya besar. Andre, yang ia tahu sekali seleranya, mengapa menilih gadis itu untuk menjadi asistennya? Tentu itu yang bermain di pikiran Pak Handoko.
Andre seperti paham akan tatapan papinya itu. Jangankan papinya, dia saja masih tidak percaya jika telah menjatuhkan pilihannya pada Menul. Kalau saja ia tidak mendapati sendiri kualitas Menul, tentu saat disodori sosok Menul untuk jadi asistennya, ia akan berpikir beribu kali untuk menjawabnya. Atau bahkan tidak harus berpikir, karena ia sudah akan menolaknya.
Namun Andre sudah mendapati keunikan Menul. Sosok sederhana yang dipandang sebelah mata oleh banyak orang itu menyimpan potensi besar. Makanya, Andre yakin seyakin-yakinnya untuk memilih Menul, meski dia sadar akan konsekwesi yang harus ia terima dari keputusannya itu.
“Dia istimewa Pi.
KONFRONTASI Delvi makin tidak tenang. Kabar yang didengarnya tentang asisten baru Andre, membuat perjalanan tugas luar kotanya tidak senyaman biasanya. Dia kepikiran untuk segera balik ke kantornya dan menuntaskan penasarannya. Mendapati Menul satu mobil dengan Andre saja sudah membuatnya meradang, kini justru kabar yang dia terima lebih memekakkan telinganya. Menul menjadi asisten Andre. Sungguh kabar yang membuat Delvi shock, bagai disambar petir. Makanya, begitu dia tiba di Jakarta, Delvi langsung mampir ke kantor. Padahal biasanya dia akan segera ke rumahnya dan istirahat. Rupanya, gemuruh di dadanya tidak bisa dia tahan. Darahnya seperti mendidih, tidak terima. “Beneran kabar tentang gadis kampung itu?” tanya Delvi pada pemberi kabar. “Iya. Sekarang dia sudah menempati ruang kerja barunya.” “Ini benar-benar tidak masuk akal. Pasti cecunguk itu memakai pelet,” sergah Delvi berapi-api. “Ruang kerjanya di mana?” “Di se
TERTAMPARReno seperti tertampar oleh Menul. Dia masih tidak percaya kalau gadis lugu yang biasanya hanya bikin minum di pantri itu bisa membuatnya tidak berkutik dengan kalimat-kalimatnya. Baru kali ini Reno merasa seperti dijerembabkan pada comberan. Sayangnya, yang melakukan adalah gadis yang bagi Reno tidak berbeda jauh dengan comberan.“Bangsaat,” gerutu Reno, sambil menjambak rambutnya.Ia tidak terima. Ia seperti dipukul dengan palu, saat ia tidak siap. Reno juga tidak tahu, jika tadi ia tetap ngotot meladeni gadis udik itu, apakah ia akan bisa membalik keadaan atau malah akan semakin terjerembab.Reno mulai penasaran dengan Menul. Siapa sebenarnya ia? Kenapa baru sekarang Reno mendapatinya bak seekor macan betina? Reno juga makin penasaran kenapa Andre bisa memilih Menul. Reno merasa harus mencari tahu apa keistimewaan Menul.Tak urung, rasa khawatir muncul di benak Reno. Reno khawatir kalau Menul
PENGHAKIMANMenul makin enjoy menjalani kehidupan barunya. Dia pun mulai bisa akrab dengan laptop dan berbagai aplikasinya. Mengetiknya juga makin lancar, meski belum bisa sistem sepuluh jari. Dengan jaringan internet yang lebih stabil, Menul bisa menjelajah banyak hal. Hobi membacanya seperti termanjakan. Bahkan, tidak jarang saking asiknya browsing, ia sampai membuka banyak jendela, karena satu artikel yang ia baca, ngelink ke artikan di website lain.Perkembangan zaman dan teknologi rupanya memang untuk memudahkan manusia. Sebelumnya Menul tidak begitu tertarik dengan yang namanya teknologi. Bahkan, menonton televisi pun sangat jarang. Ia lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca buku atau melakukan hal-hal yang menurutnya lebih real dan bermanfaat.Namun, kini ia mulai menyadari jika teknologi tidak bisa dilepaskan dengan aktifitas manusia. Terlebih bagi orang-orang yang kesehariannya dituntut untuk serba cepat dan praktis
PEMBUKTIAN MENULKeringat dingin mulai menjalar di tubuh Andre. Apa yang dikhawatirkan sepertinya akan terjadi. Menul maju mendampinginya saja ia sudah merasa bersalah dengan Menul karena ia sudah dipermalukan. Kini, ia harus menjawab pertanyaan yang sebenarnya bukan kapasitas dia.Hari adalah moment Andre. Seharusnya ia yang ditanya-tanya, karena ia yang diundang. Menul hanya menemaninya. Itupun ia yang memintanya. Meski sebelumnya ada perasaan tidak enak saat mengajak Menul, namun Andre tidak mengira Menul akan diposisikan seperti ini. Andre hanya berharap, Menul tidak akan terbebani dengan semuanya.Menul terdiam sesaat, kemudian menengok pada Andre, seperti meminta persetujuannya. Setelah Andre mempersilakannya menjawab, baru Menul angkat bicara.“Sebelumnya, terima kasih atas apresiasi Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian terhadap keputusan Pak Andre memilih saya menjadi asisten beliau. Satu yang utama adalah bahwa apa yang saya perol
KEKAGUMAN DIREKTURAndre segera mengajak Menul untuk makan siang di restoran langganannya, sebagai bentuk sukur sekaligus terima kasih pada Menul. Andre makin respek pada Menul. Sosok yang semula dia pilih menjadi asisten karena sebuah ketidaksengajaan, kini sosok itu telah menjawab kepercayaannya melebihi ekspektasinya. Andre merasa Menul adalah takdirnya untuk mencapai sesuatu yang semula tidak ia pandang penting dalam hidupnya. Tuhan telah menggerakkanya untuk menemukan notes itu, yang kemudian mengubah kehidupan Andre.Setelah apa yang terjadi baru saja, semangat Andre makin besar. Ia juga makin percaya diri, karena Menul telah mengajarkan padanya bahwa orang yang selama ini menduduki jabatan penting, bisa jadi bukan karena ia hebat, tetapi karena ia mendapatkan kesempatan. Siapa pun bisa menjadi hebat, ketika ia mendapatkan kesempatan dengan bakat dan minat yang ia miliki.Andre merasa sangat beruntung. Baru kali ini dia mendapati orang yang m
KEPURA-PURAANPengalaman Menul makin berwarna. Mulai dari restoran mewah, perkantoran megah, hotel berbintang lima, dan banyak lagi. Meski tidak di setiap tempat Menul mendampingi Andre, tapi berada di antara orang-orang besar adalah anugerah tersendiri bagi Menul. Menjadi asisten dari orang yang sedang dipromosikan sebagai calon CEO, membuat dunia Menul menjadi begitu indah. Banyak sekali pengalaman berharga ia dapatkan.Menul tidak pernah membayangkan, jika dalam hidupnya ia akan mengalami hal yang bagi orang sepertinya seperti mustahil. Berada di tempat yang untuk orang sepertinya hanya sebuah mimpi. Bertemu dengan banyak orang dengan banyak karakter, membuatnya bisa mendapatkan banyak ide sehingga tulisan Menul pun bisa lebih berkembang. Cita rasanya juga makin bervariasi.Menul juga mulai mencoba menggeluti dunia fiksi. Imaginasi dan pengalaman hidupnya yang penuh warna, membuat Menul seperti menemukan media untuk menuangkannya. Lebih dari itu
MISI ARRA“Beneran, itu asistenmu?”Arra langsung memberondong Andre dengan pertanyaan. Kalau saja dia tidak sedang ingin membangun Arra dirinya agar Andre makin sayang padanya, tentunya dia sudah mendamprat Menul saat dia menjumpainya di ruangan yang menurut Arra sangat tidak layak bagi Menul.Arra memandang tajam ke arah Andre. Sebenarnya ia bukan penasaran mengapa Andre memilih Menul, perempuan yang dari segi fisiknya jelas tidak masuk dalam kriteria sebagai asisten. Ia penasaran karena mendapat kabar dari Reno bahwa asisten Andre tidak bisa dipandang remeh.“Iya Beib. Kan aku sudah pernah bilang padamu kalau aku akan angkat seorang asisten?”“Tapi dengan tampang seperti itu?” ujar Arra bernada mencibir. Kalau saja ia tidak mendapat kabar jika asisten Andre itu telah berhasil membungkam dewan direksi. Bahkan telah mampu membuat Reno tidak berkutik, tentu ia tidak akan peduli. Bahkan A
SELINGKUHSudah hampir setengah jam Menul menunggu Pak Prasetyo di lobi hotel. Namun Menul tidak merasa terbebani, karena dia sudah mendapat kepastian kalau Pak Prasetyo masih ada acara. Lagian, Menul bukan tipikal gadis penggerutu, yang baru menunggu beberapa menit saja sudah uring-uringan. Menul sudah terbiasa menunggu. Apalagi setelah akrab dengan phonesell yang lebih canggih, maka menunggu menjadi keasikan tersendiri. Menul bisa mencoba banyak fitur yang belum sempat dia pelajari.Namun meski asik dengan phonesellnya, sesekali Menul menebar pandang. Bahkan ornamen hotel tidak lepas dari pandangannya karena Menul merasa harus merekam banyak hal yang dia jumpai. Menul ingat kata-kata seorang penulis fiksi ternama bahwa penggambaran sebuah tempat akan makin detail jika seseorang pernah berada di tempat yang sama. Deskripsinya akan lebih terasa sehingga penonton merasa terbawa dalam setingnya. Bakan seolah-olah