KONSIPIRASI
Reno makin tidak tenang setelah mendapati kabar kalau Andre memukau dalam acara di depan dewan direksi dan petinggi perusahaan. Menurut kabar yang dia dengar, kecemerlangan Andre juga karena didukung oleh keberadaan asistennya. Reno pantas tidak tenang, karena meski kemampuan dia masih di atas Andre, tapi dia tidak yakin kalau Andre tidak bakal mendapat suara yang signifikan. Bahkan, Reno semakin tidak yakin kalau dia bakal bisa mengalahkan Andre dengan kemenangan telak.
Tadinya, harapan Reno sangat besar. Terlebih ia tahu jika Andre hanya jadi boneka pada proses pemilihan CEO tersebut. Semua orang juga sudah tahu seperti apa Andre. Makanya, Reno terlalu merisaukannya. Namun setelah Andre mendapatkan rubrik di majalah, kemudian dipercaya oleh beberapa dewan direksi, Reno mulai berubah pikiran.
Belakangan ini pamor Andre sedang naik. Bisa jadi di kalangan pegawai, keberadaan Andre b
JEBAKANKebahagiaan masih menyelimuti Andre. Baru kali ini ia merasakan bahagia selama menjalin hubungan dengan Arra. Ia merasa sedang dibutuhkan oleh Arra. Perubahan sikap Arra yang tetiba sangat perhatian, adalah anugerah baginya. Meski ia merasa sedikit heran, namun ia tidak begitu memikirkannya. Baginya, apa yang diraaskannya sekarang, melengkapi kebahagiannya dalam kesuksesan karirnya.Kedatangan Arra ke Jakarta yang ternyata tidak hanya sehari dua hari, seperti memanjakannya. Terang saja Andre sangat senang, karena untuk bisa membujuk Arra agar pulang ke Indonesia saja tidaklah gampang. Sering kali Andre mengemis demi bisa bertemu dengan Arra, namun sering pula dia harus kecewa.Tidak jarang Andre harus menelan patah hati ketika ia menyatakan kerinduannya pada Arra, harus bertepuk sebelah tangan. Bahkan, tidak jarang Arra melontarkan ancaman akan menyudahi hubungan, jika Andre masih saja menghubunginya tanpa alasan.Terkada
OFFICE GIRL Bagian Satu Malam mulai merayap. Rona senja sudah beberapa menit lalu menghilang, berganti dengan gemerlap lampu yang memendar dari gedung-gedung menjulang yang menantang langit. Gedung-gedung itu begitu dingin. Keangkuhannya sangat terasa dari arsitektur bergaya postmodern-nya dan kebisingan suara yang menggema menyeruak malam. Namun kepongahan yang ditebarnya tidak lagi mampu mengusik perhatian Menul, office girl di sebuah perusahaan media ternama di ibukota. Tidak seperti dua tahun silam, ketika untuk pertama kali Menul menginjakkan kakinya di Jakarta. Menul mengalami jetleg. Padahal tidak baru saja turun dari pesawat. Meski tidak semegah gedung-gedung di kota Manhattan tempat Spiderman bergelantungan menjaga kota dari aksi kriminal, namun kala itu setiap sudut kota mampu mengulik perhatian Menul. Bahkan hari pertamany
OFFICE GIRL Bagian Dua Menul tersenyum saat mendapati deretan kalimatnya sudah berjajar rapi di notesnya. Senyum itu mengembang menyibak bibir sumbingnya, menyiratkan sebuah kesukuran. Menul memang pantas bersukur karena masih diberi karunia bisa menulis dan membaca. Meski dia hanya mengenyam bangku SD di dua tahun pertama, tetapi dia bersukur bapak simboknya tetap memperhatikan kemampuan baca tulisnya. Bahkan tidak jarang simboknya yang berjualan di pasar membawakan Menul berbagai buku bacaan, majalah, atau koran yang kesemuanya adalah bekas, untuk mengasah bacaan Menul. Sebuah kebetulan Menul sangat suka membaca sehingga hampir semua yang dibawakan simboknya selalu dilahap oleh Menul. Tidak mengherankan kalau wawasan Menul lebih luas dari anak-anak yang bersekolah. Seperti biasa, Menul akan membaca ulang apa yang telah ditulisnya. Meski tulisan itu tidak untuk dibaca orang lain, tetapi Menul m
NOTES MERAH JAMBU Bagian Satu Pagi masih menyemburatkan sisa fajar. Keremangan malam masih berbayang dengan pendaran berbagai lampu jalan. Subuh pun belum lama berselang. Tetapi langkah Menul sudah begitu mantapnya meninggalkan tempat kosnya. Menul harus berpacu dengan waktu agar bisa memastikan kalau notes merah jambunya masih di tempat semula. Atau paling tidak dia masih bisa menemukannya di ruangan Andre. Semalaman Menul memanjatkan doa agar Andre tidak membuka notes itu atau Andre tidak membuangnya begitu tahu isi di dalamnya. Kalau saja Menul tahu akan sangat menderita sepanjang malamnya, Menul lebih memilih untuk menunggu sampai Andre pulang dan mengambil kembali notes itu. Tetapi ketakutan Menul akan kemarahan Andre saat dia tahu Menul sering keluar masuk ke ruangannya di luar jam kerja telah membuat Menul mengabaikan kekhawatiran pada notes merah jamb
NOTES MERAH JAMBU Bagian Dua Andre langsung mengambil beberapa buku dari rak, begitu dia tiba di ruang kerjanya. Dia berpacu dengan waktu. Dia butuh ide untuk bisa memunculkan sesuatu di media yang ditangani perusahaan keluarganya. Dia sudah putuskan untuk muncul di majalah dengan sebuah konsep yang dia sendiri belum tahu seperti apa konsepnya. Bayangannya sudah jelas, tapi dia belum ada gambaran sama sekali. Andre hanya bisa menargetkan itu. Tidak peduli dengan Reno yang sudah lebih dulu berjaya di berbagai media. Bahkan dia sudah mempunyai acara televisi dengan acara yang mendapat rating cukup tinggi. Bagi Andre, sudah bisa muncul di majalah dua mingguan dengan konsep yang bisa diterima pembaca saja sudah sangat bersukur. Yang penting, target waktu dengan sebuah gebrakan di media yang bakal dipimpinnya bisa dia penuhi. Andre memilih buku motivasi untu
OMELETAndre bergegas ke ruang kerjanya. Keinginan untuk menanyakan siapa gerangan yang telah meninggalkan notes merah jambu di meja kerjanya itu, dia urungkan. Tiba-tiba terbersit di pikirannya kalau tidak mungkin pemilik notes itu adalah orang pantri. Bahkan ia mencibir dirinya sendiri, karena muncul pikiran yang tidak masuk akal baginya. Andre tersenyum kecut. Lebih tepatnya menertawakan kebodohannya sendiri.Benar. Tulisan di dalam notes merah jambu itu terlalu bagus untuk ditulis oleh orang yang tidak berprofesi sebagai penulis. Andre saja merasa tidak akan bisa menulis sebagus
Hilang SemangatMenul kehilangan semangat. Notes merah jambunya benar-benar tidak ada kabar. Seperti raib ditelan bumi. Hampir seluruh ruangan kantor tidak lepas dari selidik Menul, tetapi dia tidak mendapati notesnya. Harapannya mulai pupus. Apalagi hari sudah menjelang petang. Beberapa menit lagi jam kantor akan berakhir. Bukan tentang notesnya, tapi isi di dalamnya. Berhari-hari ia merangkai kata demi kata. Ide dan berbagai ungkapan perasaan ada di dalamnya. Dan itu yang sulit untuk dituangkan kembali, karena feel-nya tentu beda, jik a ditulis ulang.Menul mulai pasrah jika notes itu harus direlakan. Tidak mungkin ada yang merawatnya, Apalagi sampai menyimpannya. Kalau dibakar, barang kali. Atau dilempar di tempat sampah. Meski sangat berharga baginya, tetapi bagi orang lain, notes itu hanya seonggok buku kumal yang tiada arti. Beruntung dia tidak menuliskan nama di notes itu. Jadi meski ditemukan atau dibaca orang lain, dia t
Persaingan"Hallo calon CEO. Apa sudah dapat ide untuk presentasi?”Reno nyelonong ke ruang kerja Andre. Andre kaget, lalu buru-buru menutup laptopnya. Reno menggodanya dengan menyentuh laptop Andre. Tentu saja Reno tidak benar-benar ingin melihatnya karena Reno yakin Andre belum mendapatkan konsep untuk presentasi. Bahkan Reno yakin Andre sama sekali belum memulai membuat konsep. Andre menepis tangan Reno, kuat.Bagi Reno, Andre hanyalah kotak kosong yang dimunculkan agar pengangkatannya sebagai CEO kelak tidak berkesan hanya ditunjuk perusahaan, namun lewat persaingan.Saat medapati calon pesaingnya adalah Andre, Reno merasa di atas angin. Bukan hanya ia, namun teman-teman dekat Reno pun sudah ada