Share

So Sad

Author: Umi Fadilah_
last update Last Updated: 2021-09-27 20:33:49

Membaca novel hingga larut malam adalah salah satu kebiasaan buruk Keina. Dia akan sulit tidur jika belum mengetahui akhir dari cerita dalam novel yang dia baca. Karena inilah Keina sering lari pagi karena bangun kesiangan.

"Suatu saat aku pasti bisa nulis novel. Aku yakin banget," ucap Keina sambil membuka halaman baru dari novel yang tengah dia baca.

"Aku jadi inget kata Alga, dia bilang kalo suatu saat aku pasti bisa nulis novel." Tanpa sadar Keina tersenyum simpul.

Dear diary,

Besok Talitha sama Alga mau ke sini. Kira-kira seru nggak ya main sama mereka? Kayaknya sih seru. Soalnya mereka anaknya asik. Aku jadi nggak sabar buat besok.

Tapi aku juga sedih. Soalnya besok ayah mau keluar kota lagi. 

Ngomong-ngomong aku kok tiba-tiba kangen sama Kak Zein, ya. Semoga aja suatu hari nanti aku bener-bener bisa keliling dunia. Bisa ke luar negeri kayak Kak Zein.

Kak Zeinkha Ashof video call.

"Wah, panjang umur." Dengan bersemangat Keina menekan tombol ponselnya.

"Hallo Kak. Aku kangen banget sama Kak Zein." Keina melambaikan tangannya.

"Hallo adikku tersayang. How are you?"

"Aku baik, Kak Zein gimana? Kok baru video call Keina, sih?" Keina adalah anak yang selalu terlihat mandiri dan memiliki sifat dan sikap yang layak disebut dewasa. Tetapi tidak saat dengan Zein. Keina akan bersikap manja kepada kakak lelakinya ini.

"Kakak juga baik. Maaf, dek. Kak Zein sibuk banget di sini."

Menjadi mahasiswa di luar negeri bukanlah hal yang mudah, apalagi pola hidup yang bisa dibilang berbeda membuat Zein harus berusaha keras untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Sama halnya dengan Keina, Zein juga memiliki sebuah mimpi. Dia sangat ingin menjadi musisi yang terkenal. Kemampuannya dalam memetik gitar dan menarik vocal tidak bisa diremehkan. Bisa dibilang kemampuan mereka adalah turun temurun dari keluarganya. Namun sayang, keinginan Zein harus dia pendam karena Arya sangat mengharapkannya untuk bisa meneruskan bisnis keluarga.

"Gitu ya, Kak. Oh iya Kak. Keina udah punya temen baru, loh. Namanya Talitha sama Alga. Anaknya asik, besok juga mereka mau main ke sini." Bagi Keina, Zein adalah kakak sekaligus sahabat terbaiknya. Keina selalu menceritakan semua keluh kesahnya kepada Zein. Itulah yang terkadang membuatnya merindukan Zein saat beberapa hari tidak menghubunginya.

"Wah, mantap. Anak baru udah dapet temen aja. Ha ha ha."

"Hah. Keina dong." Keina memamerkan ekspresi sombongnya.

"Eh, udah dulu ya, Dek. Besok-besok Kakak video call kamu lagi."

"Yah, Keina kan masih kangen," ucap Keina merengek, "Ummm ya udah deh, Kakak baik-baik ya di situ." Keina tersenyum.

"Iya, kamu juga baik-baik ya di situ. Jangan nyusahin bunda. See you, dek!" seru Zein.

Keina hanya melambaikan tangannya dan tersenyum tipis.

🍂

Pagi hari Arya sudah bersiap untuk berangkat. Keina yang sudah bangun sejak subuh tadi turut mengantarkan Arya hingga di depan rumah bersama Winda. Keina tampak tersenyum dan memeluk Arya dengan erat. Meski ini bukan kali pertama Arya pergi ke luar kota, tetapi tetap saja ada rasa sedih yang selalu menyelimuti hati Keina. Jika boleh memilih, Keina ingin hidup sederhana saja dengan kehangatan keluarga di dalam sebuah gubuk kecil.

Semburat cahaya mentari telah menembus dinding kaca. Pertanda bahwa rutinitas sudah harus kembali terlaksana. Tetapi hari ini tidak sesibuk biasanya, sebuah hari yang terbilang istimewa. Weekend. Itulah namanya.

Keina tengah menunggu teman baru yang kini mulai akrab disebut sebagai sahabat. Alga dan Talitha. Dua nama yang selalu menemani Keina baru-baru ini. Keina terlihat mondar-mandir di ruang tamu. Ada sedikit kegelisahan yang mengganggu pikirannya.

"Kok belum sampe juga,ya?" gumam Keina, "atau jangan-jangan ... mereka nyasar lagi." Keina menutup mulutnya dengan mata yang terbelalak. Berulang kali dia menatap ponselnya, namun Alga belum juga meneleponnya lagi.

Algantara Bumi Pratama call

"Hallo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Maaf banget, Keina. Gue sama Talitha nggak jadi ke rumah lo. Soalnya adek gue demam, mamah sama papah gue lagi nggak di rumah, jadi gue harus nganterin adek gue ke rumah sakit," ucap Alga dengan nada bersalah.

Keina terbelalak. "Ya Allah, adek kamu sakit? Ya udah kamu anterin adek kamu aja. Semoga cepet sembuh, ya." Keina duduk di atas sofa dengan sedikit raut wajah kecewa. "Oh iya, kalo Talitha gimana? Kok nggak jadi juga?"

"Talitha ikut nemenin, Na. Talitha emang biasa bantuin gue di rumah. Soalnya kita tetanggaan."

"Oh gitu, ya. Yah maaf ya, aku nggak bisa bantuin kamu."

"Iya nggak papa kok. Ya udah ya Na, gue mau langsung ke rumah sakit. Besok kita ketemu di sekolah."

"Iya, Al." 

Klik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Between Love and Ideals   Isyarat Hati

    Hati selalu bisa menjadi ruang terbaik untuk menyimpan segala rasa. Hati juga selalu menjadi tempat terbaik untuk membungkam suara. Selain cinta, hati juga tempat terbaik untuk menorehkan luka. Sebuah nama tersemat dalam kalbu, tersimpan rapat dalam kehampaan yang kian mengabu. Akankah sang empu baik-baik saja? Sebuah rasa tak berdosa seakan tengah menghukumnya. Semoga tetap bertahan dan tidak mati rasa.Pesan singkat berisi kata cinta terkubur dalam bersama puing-puing kebimbangan. Bukannya menyerah, hanya saja berhenti sejenak. Memberi jeda pada waktu yang terus mendorongnya untuk lekas berbicara.“Makin ke sini, perasaan gue ke Keina kayaknya makin besar. Bahkan gue bakalan ngerasa galau kalo nggak ngeliat Keina. Gue ngerasa nyesek kalo Keina kenapa-kenapa.” Alga menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Tidak bisa dipungkiri, Alga menyukai semua hal yang berkaitan dengan Keina. Senyumnya, kebaikannya, bahkan cemberutnya saja Alga suka. Sebegitu dalam hingga takut kehilangan ga

  • Between Love and Ideals   Ketika Alga Marah

    Dengan tergesa-gesa Alga menuju ke ruang pengawas. Jujur saja, Alga sudah dapat mengetahui siapa pelakunya, tetapi dia ingin memastikan bahwa dugaannya itu benar.Tuk tuk tuk"Permisi, Pak.”"Iya, ada apa, ya?""Begini, Pak."Alga menceritakan semua kejadian di toilet putri tadi. Petugas pun setuju untuk mengecek CCTV yang terletak di luar lab, di mana CCTV itu berhadapan langsung dengan gudang, sehingga siapa pun yang keluar masuk ke toilet akan tertangkap oleh kamera."Stop, Pak!""Rara sialan!"Bola mata Alga menangkap dua anak yang baru saja keluar dengan wajah penuh kegembiraan. Pikir saja pakai logika, apa Rara akan sesenang itu setelah membersihkan beberapa toilet di sekolah ini? Tentu tidak, kecuali jika dia baru saja membuat ulah."Sabar, Dek. Jangan melakukan suatu hal saat kamu sedang emosi.""Iya, Pak. Tenang aja, makasih ya Pak, saya permisi dulu." Alga memberikan senyum dustanya. Mana mungkin d

  • Between Love and Ideals   Monster Rara

    "Oh, shit! Bisa-bisanya gue dibantai sama tuh anak sialan!" Rara bangkit dari duduknya dengan susah payah. "Awas aja, gue bakal buat perhitungan sama dia," ancam Rara. "Talitha ngeri juga ya, jurusnya. Keliatannya aja muka soft, tapi kelakuan kaya preman pasar. Ngeri gue." Saat tengah membayangkan adegan jungkir balik tadi, Rara menatap tajam ke arah Jeje. Membuat Jeje merasa takut melihatnya. "Lo juga tadi ke apa diem aja, hah? Bukannya nolongin, malah bengong. Emang dasar temen nggak guna!" "Ya maaf Ra, gue juga takut kalo bakalan jadi korban bantingannya si Talitha." Rara dan Jeje memutuskan untuk tidak langsung kembali ke kelas. Mereka mampir sebentar ke UKS. Alih-alih mengistirahatkan tubuh, mereka justru memainkan ponsel. Menarik ulur beranda, sambil sesekali cecikikan. Dasar human. Beberapa PMR datang, mereka segera menanyakan hal apa yang menyebabkan Rara dan Jeje berada di tempat tersebut. "Lo berdua kenapa? Ka

  • Between Love and Ideals   Talitha Beraksi

    Di sebuah kafe, Alga dan Talitha tampak tengah menunggu seseorang. Entah siapa, sepertinya sangat penting. Terlihat dari kedua wajah mereka yang tidak seperti biasanya, sangat serius. Seseorang itu tiba, dan ternyata ....“Gea! Di sini!” Talitha melambaikan tangannya.“Kenapa kalian mau ketemu gue?”“Duduk dulu.” Alga menengok ke sebuah kursi kosong, mengisyaratkan agar Gea duduk di kursi tersebut.“Ge, gue sama Talitha mau langsung to the point aja. Kita pikir lo perlu penjelasan dari kita. Tentang buku itu ....”“Udah, ya. Gue nggak mau denger apa pun lagi.” Gea bangkit dari tempat duduknya.“Dengerin dulu! Lo harus bener-bener denger, kasian Keina. Udah tiga hari lo musuhin dia karena kesalahan yang sama sekali nggak dia perbuat.” Talitha sudah tampak geram, tetapi dia mencoba menahan diri.Gea pun kembali duduk.“Gini, Keina tuh nggak mungki

  • Between Love and Ideals   Rara's Return

    Hari keempat setelah Gea masuk sebagai anak baru, dua anak paling menyebalkan di kelas telah kembali bergabung. Mereka terlihat lebih sombong dari sebelumnya."Eh, katanya ada anak baru, ya?" Rara sengaja mengeraskan volume suaranya agar terdengar oleh Gea. Gea yang mendengar pun menoleh dan tersenyum ramah."Lo anak barunya, sayang banget anak polos kayak lo harus masuk ke sebuah pertemanan ala orang kuno."Gea mengerutkan dahinya."Eh maksud lo apa, hah?!" Talitha menggebrak mejanya dan memelototi Rara."Udah, Tha," ucap Keina sambil mengelus punggung Talitha."Lo kayak anak baru aja nggak tahu gimana dia sama mulut cabenya," Alga berdiri dan kembali mendudukkan Talitha."Jangan didengerin ya, Ge. Dia emang tukang hasut." Talitha melirik sinis Rara."Kurang ajar!" umpat Rara, "awas aja kalian," ucap Rara dengan tatapan penuh amarah.Rara terus memerhatikan Gea yang sedari tadi tengah asik membaca buku sambil senyum-sen

  • Between Love and Ideals   New Friends

    Di depan kelas, Keina, Talitha, dan Alga tengah berbincang. Sesekali terdengar suara tawa Talitha yang menggelegar seperti petir yang menyambar. Namun, tawa itu lenyap kala muncul sesosok penampakan yang tertangkap oleh kedua bola mata mereka.Tunggu! Sepertinya orang itu mengarah ke tiga anak ini. Wajahnya terlihat tidak asing bagi mereka. Seseorang yang terkenal dengan keangkuhan, ketegasan, dan ada yang mengatakan juga dia cukup kejam memberikan hukuman kepada juniornya. Masih ingat bukan, bagaimana dia menghukum Keina di depan umum?Yeah! Dia adalah senior itu. Kali ini dia benar-benar mendekat, semakin dekat dan ...."Siapa di antara kalian yang mengikuti olimpiade Bahasa Indonesia dan Fisika?" tanya Dev sambil melirik tiga anak yang berdiri di depannya secara bergantian.Dengan gugup Alga dan Keina mengangkat tangannya."Oke ikut saya, sekarang!" Dev melangkah pergi. Berhenti sejenak, memastikan apakah dua adik kelasnya masih mematung a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status