Hari ini Lindsay memintaku untuk menemaninya ke sebuah bridal butik yang cukup ternama di kota Chicago untuk fitting gaun pengantinnya dan juga gaun untukku sebagai pendamping pengantin wanita.
Kami berangkat bersama-sama dan Lindsay begitu bahagia sepanjang perjalanan.Senyum cantik tak lepas di wajahnya yang secerah pagi.Aku sebagai kakak tentu saja ikut bahagia melihat senyum di wajahnya yang secerah pagi itu. Sungguh beruntung Lindsay mendapatkan banyak cinta dalam hidupnya, sejak kecil memang hidup Lindsay tak pernah kekurangan cinta, terlepas dari kekurangan yang dimilikinya dengan kelainan jantung yang sejak lahir ia miliki.Berbeda denganku yang tak beruntung dalam urusan cinta dan kasih sayang, namun selama menjadi keluarga Mckent tak pernah sedikitpun aku mengeluh dengan keadaanku. Karena aku tahu dan mencoba mengerti kalau Lindsay, adikku adalah gadis yang spesial ia pantas mendapatkan kebahagiaan itu dalam hidupnya. Aku sebagai kakak hanya mendukung apa yang terbaik untuk dirinya."Kak, hari ini calon suamiku akan datang aku harap kakak bisa bertemu dan berkenalan dengannya nanti ya.Karena dia selalu mengatakan ingin mengenal dengan baik semua anggota keluargaku, terutama kau sebagai kakak kandungku satu-satunya," ucap Lindsay seraya tersenyum padaku."Oh, baiklah.Aku rasa dia memang calon suami yang baik dan pantas untukmu, Lindsay," jawabku dengan senyum tipisku."Ya, kak kau benar. Aku sangat beruntung dapat mengenalnya, karena dia adalah segalanya bagiku.Dia pria yang baik dan bertanggung jawab.Kakak tahu? kami hanya berkenalan dalam hitungan minggu dan kemudian dia datang berkunjung ke rumah untuk menemui Dad sengaja untuk melamarku! Bukankah itu sangat menakjubkan?!" Lindsay bercerita girang dengan senyumnya yang sumringah."Benarkah??Sungguh pria gentleman yang langka, aku jadi tak sabar ingin bertemu dengan calon adik iparku nanti," sahutku ikut senang.***Hampir setengah jam berlalu, Lindsay masih sibuk dengan fitting gaun pengantinnya, aku yang merasa agak bosan hanya menunggunya duduk dengan santai sembari membaca majalah di sofa."Selamat pagi, maaf aku terlambat datang hari ini," sapa seseorang tiba-tiba mengejutkanku sebuah suara yang familier kudengar, aku yang saat itu sibuk dengan majalah yang kubaca pun detik itu juga langsung mengalihkan tatapanku pada sumber suara itu dan langsung terkejut dengan apa yang kulihat di depan mataku sekarang ini."Chris?!Akhirnya kau datang juga!" Lindsay menyahut senang dengan wajah berseri-seri di tengah fitting gaun pengantinnya di depanku."Chris Raven...???" Tanpa kusadari aku mengucapkan nama itu dengan nafas tertahan dan tatapan masih tak percaya dengan apa yang kulihat kini."Kak, ini Chris Raven, yang aku ceritakan tadi," tutur Lindsay mencoba memperkenalkanku."Hay, apakah kau kakak dari Lindsay?Perkenalkan aku Chris Raven, calon suami Lindsay.Senang bisa berkenalan dan bertemu secara langsung denganmu, Lindsay banyak menceritakan tentangmu selama ini," pria bernama Chris Raven itu memperkenalkan diri dengan wajah tampannya yang memikat, ia mengulurkan telapak tangannya padaku untuk berjabat tangan.Aku yang sejak tadi masih melongo tak percaya dengan apa yang terjadi berusaha sebaik mungkin bersikap tenang dan baik-baik saja."Ohh, hay.Senang berjumpa denganmu juga, Chris." Susah payah aku mengucapkan kalimat itu di bibirku yang terasa kelu dan membalas jabatan tangannya padaku.Kemudian tanpa mengucapkan apa pun, Chris beralih menghampiri Lindsay yang tak jauh di depannya."Kau sangat cantik sayang, aku sungguh beruntung memiliki kau sebagai calon istriku" sanjung Chris seraya mengecup bibir Lindsay lembut dan Lindsay hanya tersenyum tersipu dengan wajah bahagia.Entah kenapa aku hanya menatap kemesraan pasangan di depanku ini seperti orang bodoh. Seribu tanya ada dalam pikiran dan otakku sekarang. Seolah masih tak percaya dengan apa yang kini kulihat di depan mataku.Bagaimana bisa Chris ada di sini dan menjadi calon suami dari adikku sendiri?Dan dia bersikap seolah tak mengenalku?Bagaimana dia bisa seperti itu??Oh, Tuhan apakah ini kebetulan atau bukan aku tak tahu, yang jelas aku belum bisa menguasai perasaanku sendiri saat ini.Setelah selesai mencoba gaun pengantin kini Lindsay menyuruhku masuk agar aku mau mencoba beberapa gaun untukku di pesta pernikahannya nanti.Aku yang merasa enggan karena suasana hatiku yang kini berubah terpaksa harus menyanggupi permintaan Lindsay yang memang tak bisa kutolak.Gaun panjang warna putih berenda bermodel simple, namun elegan dengan bahu yang terbuka kini melekat erat di tubuhku yang ramping, aku sedikit tak nyaman saat memakainya apalagi saat kulihat tatapan mata Chris saat menatapku kini dengan penuh arti, seakan aku ingin segera menghampirinya dan menampar wajah tampannya itu sekarang."Kau cantik sekali, kak!!Sepertinya orang-orang di pesta nanti akan menyangka kalau kau adalah mempelai wanitanya, hahaha...!!Bukankah itu benar Chris?" puji Lindsay ekspresif seraya bergelayut manja di lengan Chris yang kokoh.Aku susah payah berusaha menelan salivaku sendiri saat ini."Terima kasih, tapi aku rasa pujian itu terlalu berlebihan untukku, Lindsay," sahutku dengan nada enggan."Kau memang cantik, kak Natalie.Kurasa kau memang pantas menjadi mempelai wanita," ucapan Chris membuatku terkejut setengah mati.Sedetik kemudian, kulihat Chris dan Lindsay pun tertawa gembira seakan pujian itu benar-benar mereka ucapkan atau hanya bermaksud untuk menggodaku.***1 minggu kemudian"Kau yakin dengan keputusan untuk menikah secepat ini Natalie?” Pamela bertanya padaku saat aku selesai berdandan dan mengenakan gaun pengantin. Kupandangi wajahku sendiri di dalam cermin, dan kutatap lekat-lekat bayanganku kali ini.“Ya, aku yakin, Pamela. Bagaimana pendapatmu tentang penampilanku hari ini? Apakah aku terlihat gugup?” tanyaku pada Pamela seraya memalingkan wajahku pada Pamela di sampingku yang menatapku penuh selidik.“Kau luar biasa cantik, Natalie Mckent. Aku yakin siapa pun yang melihatmu akan terpesona,” pujinya dengan tersenyum.Kutatap Pamela dengan tatapan sendu, dan aku pegang kedua tangannya sebagai ucapan rasa terima kasih.“Terima kasih, Pamela. Semoga pilihan ini yang terbaik untukku. Aku yakin Ethan adalah pria yang baik, aku percaya padanya,” ucapku meyakinkan diri.“Jika kau masih ragu, kau masih memiliki kesempatan untuk menolaknya, Natalie.”“Kenapa kau bicara seperti itu? Tentu saja aku akan tidak akan mundur, Pam. Bukankah kau s
Hari berganti hari, dengan bantuan perawat pribadi yang di rekomendasikan Ethan untuk merawatku selama masih dalam masa pemulihan. Kini aku tak lagi menggunakan kursi roda lagi. Aku pun sudah mampu melakukan segala sesuatunya seorang diri dan aku sangat bahagia untuk itu, karena aku kini bisa bermain dan menemani Aaron kembali seperti dulu lagi.Dan untuk pertama kalinya sejak kecelakaan, Ethan mengajakku dan Aaron ke pantai seperti waktu itu ketika untuk pertama kalinya kami pergi bersama. Aku duduk di tepi pantai dengan merasa damai, pandanganku menatap pantai yang membentang luas di depan mata. Berada di sini mengingatkanku saat aku masih terbaring koma. Masih seperti mimpi rasanya jika mengingat hal itu, hingga sampai aku di tempat ini bersama dengan Ethan Jones dan putraku, Aaron.Untuk Chris Raven, aku tak tahu kabarnya sekarang. Kami seperti hilang komunikasi sejak terakhir berada di rumah sakit. Mungkin memang lebih baik seperti ini. Kami berdua menjauh, ya mungkin itu lebih b
Berita sadarnya Natalie telah sampai ke telinga Ethan Jones dan keluarga Mckent. Mereka pun secara bergantian menjenguk Natalie, namun karena kondisi Natalie yang masih dalam tahap penyembuhan pasca koma mereka tak bisa berlama-lama datang menjenguk. Perkembangan Natalie juga hari demi hari semakin baik, ia sedikit demi sedikit sudah bisa merespons apa yang ada di sekitarnya. Seperti saat Ethan menjenguknya sekarang, Natalie sudah bisa tersenyum hal itu membuat Ethan merasa bahagia saat melihatnya. Natalie tersenyum padanya itu berarti menandakan bahwa Natalie tak melupakannya. Mengingat dokter mengatakan benturan keras di kepala Natalie karena kecelakaan itu dapat mengakibatkan berbagai kemungkinan buruk seperti amnesia ataupun gegar otak yang dapat mengakibatkan cacat pada diri pasien.“Cepatlah sembuh, Natalie. Aku begitu merindukanmu,” bisik Ethan Jones seraya menggenggam lembut jemari tangan Natalie.Wajah cantiknya pun tetap terlihat walaupun masih terlihat pucat. Natalie masih
“Mom..., Mom. Aaron rindu Mom. Kapan Mom akan bangun dan kembali lagi bermain dengan Aaron? Aaron rindu sekali dengan Mom.”“Aaron...?? Kaukah itu Sayang?” Aku melangkah menuju sumber suara yang terus kudengar. Suara Aaron, itu benar suara putraku Aaron.“Aaron sayang, tunggu Mom, Nak. Mom akan pulang. Kau di mana sayang?” panggilku terus mendekati suara Aaron yang selalu kudengar semakin dekat.Walaupun berat aku mencoba membuka kedua mata ini dan pemandangan pertama yang kulihat adalah sebuah ruangan yang terasa asing. “Aaron...?” Hanya nama itu yang terus kuingat selama ini. Namun, yang kulihat bukan putraku Aaron melainkan sebuah ruangan yang terasa dingin dan sunyi.“Aku ada di mana?” Aku ingin bangun tapi tubuhku terasa berat kaku dan lemah. Amat sangat lemah, dan entah kenapa aku merasa ada setitik air yang menetes dari pelupuk mataku. Saat aku melihat seseorang datang dengan berpakaian putih yang familier, sosok itu melihatku dengan tatapan terkejut. Ekspresi di wajahnya se
“Di mana aku?”Aku melihat padang rumput sejauh mata memandang di depanku. Indah, semua tampak indah, namun terasa sunyi karena hanya aku seorang diri di sini. Semua terasa asing, suasana ini. Aku ada di mana? Apakah aku sudah mati?Ya, mungkin aku memang sudah mati. Karena yang terakhir kuingat sebelum aku berada di sini adalah aku tertabrak mobil ketika hendak menyelamatkan nyawa adikku Lindsay, yang mencoba bunuh diri setelah tahu kenyataan aku memiliki seorang putra dari suaminya, Chris Raven.Mungkin ini memang yang terbaik, aku pergi dari kehidupan mereka untuk selamanya. Aku tersenyum merasa bahagia. Aku terus berjalan dalam diam, seorang diri, namun terasa damai di hati. Selamat tinggal Mom, Dad, selamat tinggal Pamela, Sam, selamat tinggal Lindsay, Ethan Jones dan selamat tinggal untukmu Chris Raven.Selamat tinggal putraku Aaron, maafkan Mom karena tak bisa menjadi ibu yang baik untukmu. Maafkan Mom, Aaron sayang. Tanpa kusadari aku menangis, air mata mengalir di pelupuk mat
Seperti biasa Chris selalu menghabiskan waktunya menjaga dan menemani Natalie di rumah sakit. Hari-hari Chris pun di lalui dengan tanpa gairah. Semakin hari ia semakin tak memperhatikan penampilannya, wajahnya sekarang terlihat kuyu dan pucat, dua minggu ia tak bercukur membuat bulu-bulu halus rambut di sekitar wajahnya terlihat lebat. Ia berkali-kali berkonsultasi pada dokter agar Natalie mendapatkan perawatan yang terbaik, dan ia berencana untuk mendatangkan dokter terbaik di bidangnya agar mempercepat proses kesembuhan Natalie.Hubungan Chris dengan Ethan Jones pun tidak lagi seperti ketika mereka masih bersitegang memperebutkan Natalie. Dua pria tampan itu mau tidak mau kini bersatu karena memiliki tujuan yang sama yaitu menginginkan wanita pujaan hati mereka sadar dan kembali sembuh seperti sediakala, walaupun kemungkinannya masih sangat kecil tapi mereka tak peduli. Chris dan Ethan yakin mukjizat akan selalu ada selama mereka tetap berusaha, berdoa jika mukjizat akan datang kepad