Share

17~BC

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2025-09-08 07:18:16

Bias memasuki kamar sambil melempar jasnya di sofa. Ia mendekat ke kamar mandi dan mendengar gemericik air dari dalam sana.

Itu artinya, Cinta sedang berada di dalam. Gadis itu pasti baru pulang kerja dan langsung pergi ke kamar mandi seperti kebiasaannya yang sudah-sudah.

Sambil menunggu, Bias berbelok menuju walk in closet. Tempat di mana Cinta selama ini menghabiskan waktu ketika di kamar Bias. Bahkan, gadis itu tidak mengeluh sama sekali hingga saat ini.

Tatapan Bias tertuju pada tas ransel Cinta yang ada di sofa. Sepertiga badan laptop menyembul dari sana.

Karena penasaran, Bias pun mendekat. Duduk di sofa dan mengeluarkan laptop tersebut dari tas Cinta. Bias membolak-balik laptop tersebut sembari mengernyit. Cinta benar, laptop yang dimiliki gadis itu sudah terlihat kusam.

Beberapa baretan terlihat jelas dan Bias bisa memastikan laptop istrinya itu adalah keluaran beberapa tahun yang lalu. Itu pun, bukan merek yang ternama.

Bias kembali teringat dengan merek laptop yang dimiliki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (27)
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
bagus, semakin terungkap sedikit demi sedikit apa latarbelakang cinta bersikap apatis terhadap keluarganya, paham kan bias
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
cinta....tetap hati2,banyak musuh yg mengintai mu
goodnovel comment avatar
Ern
selalu sukaaa dgn gaya bahasa novel nya mba beib muach muach tetap semangat berkaryaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bias Cinta   96~BC

    Briana tersenyum miris melihat sekat jeruji yang membatasi pertemuannya dengan Kiano. Sama persis ketika Ciara berkunjung untuk menemuinya.Namun, suasananya jauh berbeda ketika ia bertemu dengan Desty. Mereka bicara di ruang khusus, tanpa jeruji, tanpa tatapan penjaga yang mengintai di ujung ruang. Percakapan mengalir lebih tenang di antara mereka. Dan untuk sesaat, Briana merasa seperti manusia biasa lagi, bukan tahanan yang dicurigai.Sungguh, seperti inilah kesenjangan yang nyata antara orang yang benar-benar memiliki kuasa kuasa dan yang tidak.“Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Kiano pelan sambil mencondongkan tubuhnya.“Kenapa kamu nggak pernah datang nengok aku?” Briana bertanya balik dengan wajah dan intonasi datar. “Dua kali sidang, tapi batang hidungmu itu nggak pernah muncul sama sekali.”“Itu karena perbuatanmu sendiri, kamu berencana melenyapkan Cinta, anakku, darah dagingku.”“Bagaimana dengan Ranti?” tembak Briana to the point.“Ranti?” Kiano mengerjap dan menegakkan

  • Bias Cinta   95~BC

    “Sekali ini aja, Pa.” Ciara mulai merengek untuk membujuk Kiano. “Please temui mama.”“Sudah Papa bilang, Papa nggak akan nemui mamamu,” ucap Kiano tanpa melepas tatapannya pada laptop di pangkuan. Ia sedang bersantai, setelah menikmati sarapan pagi bersama Ciara dan Farhan. “Papa nggak bisa maafin dia karena sudah berencana melenyapkan Cinta. Mau sebenci apa pun mamamu dengan Cinta, dia itu tetap anak Papa.”“Aku tau perbuatan mama nggak bisa dibenarkan, tapi sebagai orang yang pernah saling mencintai, kenapa Papa nggak punya rasa empati sedikit aja sama mama?”Kiano menghela panjang, lalu menatap Ciara yang duduk di sofa di sebelahnya. “Cia, jangan bikin Papa mengulang kalimat yang sama. Sekarang pergilah ke restoran.”“Papa jahat!” Ciara bangkit dan menghentak kaki. Ia pergi meninggalkan Kiano ke kamarnya di lantai dua.Di kamar, Ciara mengambil tas dan kunci mobil. Tangannya sedikit gemetar karena amarah yang menumpuk di dalam dada. Bisa-bisanya Kiano tidak punya rasa belas kasiha

  • Bias Cinta   94~BC

    “Tarik napas, tenang,” pinta Altaf setelah menceritakan obrolannya dengan Felix kemarin dan membeberkan isi dari berkas yang dibawanya. Wajah Cinta sudah mengeras, emosi adiknya itu terlihat akan meledak. Tangannya di pangkuan sudah mengepal dan kilatan matanya pun menunjukkan amarah yang hampir tidak terbendung.“Minum dulu,” pinta Alma sambil mengusap punggung Cinta dan menyodorkan segelas air hangat pada menantunya.Sebelum Altaf bicara dengan Cinta, Danuar meminta Alma untuk menemani pertemuan kakak dan adik itu. Karena disadari atau tidak, Cinta tidak pernah membantah Alma dan selalu menuruti perkataan mama mertuanya. “Mama tau masalah ini beresiko membuat kamu stres,” ucap Alma masih mengusap pelan punggung Cinta, “tapi, lebih baik kamu tau sekarang dari Altaf, daripada kamu tau nanti, waktu di persidangan. Atau, mungkin dari orang lain.”Cinta meminum air hangatnya dengan perlahan. Setelahnya, ia mengatur napas berulang kali agar emosinya tidak semakin memuncak. “Mau istirah

  • Bias Cinta   93~BC

    “Salinannya sudah ketemu?” tanya Desty duduk di seberang Bias. Pria itu menyempatkan diri datang menemuinya di sebuah kafe untuk membahas kasus yang menimpa Briana. “Saya belum dikasih kabar,” jawab Bias menyalakan layar ponselnya di meja. Tidak melihat ada notifikasi dari Altaf, “tapi, katanya hari ini. Jadi, gimana, Bu? Apa yang mau Ibu obrolkan?”Desty mengangguk singkat. “Pertama, sepertinya Briana nggak tau kalau Kiano dan Ranti punya perjanjian pra nikah. Kedua, ada yang Briana sembunyikan. Dan dia akan tetap diam untuk menjamin masa depan Cia dan Farhan. Coba pikir, siapa yang memegang kendali Cia dan Farhan sekarang?”“Pak Kiano,” jawab Bias mengerut dahi. Kenapa masalah yang ada menjadi rumit seperti ini?“Betul!” seru Wahyu. Sebelumnya, ia sudah membahas semua hal dengan Desty selama perjalan. Jadi, Wahyu sudah memiliki bayangannya sendiri perihal masalah yang ada di keluarga Naratama. “Briana menyimpan rahasia Kiano. Apa itu? Cuma mereka berdua yang tau dan kita cuma bisa

  • Bias Cinta   92~BC

    Desty memasuki ruang sidang ditemani oleh Wahyu. Mereka memilih duduk di deretan kursi paling belakang, agar Briana tidak menyadari keberadaannya. Saat Briana akhirnya masuk, wanita itu terlihat sederhana dengan ekspresi yang tenang. Meski usia Briana tidak lagi muda, tetapi wanita itu masih terlihat cantik.Desty menatap wanita yang dulu pernah berhubungan dekat dengannya. Ia berusaha memahami, mengapa Briana bisa sampai melakukan hal gila seperti yang dituduhkan. Desty mengikuti jalannya sidang dengan perasaan yang tidak karuan. Setiap ia mendengar pernyataan saksi dan bukti-bukti yang dikeluarkan, Desty hanya bisa mengelus dada.Sampai akhirnya, sidang kedua yang memakan waktu cukup lama itu pun selesai. Desty keluar bersama Wahyu dan menunggu sampai tiba gilirannya untuk bertemu Briana. “Pak!” panggil Yosep menghampiri Wahyu yang duduk di kursi lorong pengadilan bersama Desty. “Bu Briana sudah ditemui. Silakan ikut saya.”Wahyu mengangguk dan berdiri bersama Desty. Mereka mengi

  • Bias Cinta   91~BC

    “Istirahat di rumah dan nggak usah datang di sidang besok,” ucap Bias penuh penekanan, tetapi tetap dengan nada yang lembut. Kondisi istrinya saat ini benar-benar sensitif dan tidak bisa mendengar Bias meninggikan nada bicaranya sedikit saja. “Wahyu malam ini datang sama bu Desty dan besok mereka rencananya datang di persidangan.”“Dah tau,” jawab Cinta sambil memajukan bibirnya, “sudah diurus izinnya buat tante Desty besok?”“Aku sudah bilang ke Yosep,” ujar Bias kemudian meletakkan ponselnya di nakas, “nanti dia yang hubungi Wahyu karena besok aku juga nggak datang ke persidangan. Jadwalku full. Seharian nemuin klien.”Baru saja Bias hendak berbaring di samping Cinta, ponselnya berdering. Ia kembali mengambilnya dan segera menerimanya.“Kenapa, Mas?” tanya Bias tanpa menyapa lebih dulu.“15 menitan lagi aku sampe di rumahmu.”“Oke! Aku tunggu.”Bias menghempas tubuhnya di samping Cinta, setelah mengakhiri pembicaraan singkatnya. “Altaf mau ke sini. 15 menitan lagi sampe.”“Katanya n

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status