Gita Di Penjara"Pak, sadar Gita itu anakmu dan ingin kamu penjarakan? Dan lebih memilih Farah yang tidak ada hubungan darah dengan kita!" ujar Retno, saat mendengar Dahlan mendukung keputusan Raka memasukkan Gita dan Stella ke penjara. "Bapak, apa tidak kasihan pada Stella. Bianca cucu Bapak masih membutuhkan Mamanya!" ucap Julian."Biar semua Raka yang memutuskan, kalian juga seharusnya sadar yang di perbuat Gita dan Stella sangat memalukan. Beraninya mereka melakukan tindakan kriminal di rumah saudaranya sendiri."Aku hanya mengambil hakku Pak, yang telah di kuasai mbak Farah!" ucap Gita.Dahlan mengangkat tangannya akan menampar Gita, namun ia sadar secepatnya dan mengurungkan niatnya."Gita, bagaimana cara berpikirmu? Hak apa yang kamu bicarakan, Farah itu istri Raka. Jadi dia berhak mendapatkan apapun dari suaminya, bagaimana bisa kamu berpikir jika semua itu adalah hakmu, kamu keliru..!" tandas Dahlan, geram melihat kelakuan Gita yang sudah melewati batas."Lebih baik kita baw
PoV Sagita (Gita)Keterlaluan Bang Raka, dia memenjarakan aku dan Mbak Stella. Karena kami tertangkap basah sedang mencuri dirumahnya, sial! Dulu aku tidak terlalu membenci Mbak Farah, aku dan Ibu hanya meminta uang pada Bang Raka, untung saja Abangku itu selalu memberiku dan Ibu uang. Separuh gajinya di berikan pada Ibu, dan setiap bulan aku juga di beri jatah sendiri sebanyak 1 juta tanpa sepengetahuan Mbak Farah. Uang itu kami gunakan belanja, setiap bulan membeli baju baru, beli Skincare, untuk aku dan ibu shopping setiap bulannya. Aku dan ibu bebas menggunakan uang Bang Raka semau kita.Bapak sebenarnya selalu memarahi kami, yang meminta uang pada Bang Raka namun aku dan ibu tetap memintanya, diam-diam tanpa sepengetahuan Bapak Bang Raka juga tidak pernah mengatakannya pada Bapak karena dia lebih memilih berpihak padaku dan ibu dibanding pada istrinya itu.Lagian itu memang hak kami bukan, sebelum Bang Raka menikah uangnya memang harus untuk ibu dan aku bukan untuk Mbak Farah.
Retno Terpuruk"Jangan tahan Abang Far..!" cegah Raka."Kita lihat dulu di rekaman cctv Bang, benar gak pelakunya Bang Julian. Jangan gegabah begini, nanti bisa jadi Boomerang untuk kita," ucap Farah.Mendengar ucapan Farah barusan, membuat Raka menghentikan langkahnya. Dia baru teringat jika di rumah nya kini, sudah du pasang cctv oleh Farah. "Sekarang kita lihat rekaman cctv itu," ajak Raka. Mereka berdua kemudian masuk kedalam rumah.Saat rekaman cctv bagian luar di putar, benar saja dugaan Raka. Pelakunya adalah Julian dan Nando, kedua Abangnya itu telah memecah kaca rumahnya."Benar kan dugaan Abang, kalau mereka pelakunya! Bangs*t memang mereka, mau main-main dengan aku!" umpat Raka."Abang mau kemana?" tanya Farah saat Raka akan pergi."Kali ini kamu gak ada alasan lagi, untuk menghalangi Abang!" jawab Raka dan meneruskan langkahnya. Farah, menjadi bimbang dia tidak bisa mencegah Raka untuk pergi menemui abangnya.Dengan langkah tergesa, Raka menuju rumah sang Ibu. Ia yakin j
PoV RakaBapak memberiku sertifikat kebun sawit, yang memang akan menjadi bagian untukku. Tapi sebenarnya aku belum menginginkannya tapi aku tahu posisi Bapak, ia terdesak karena Ibu meminta untuk menjual kebun itu dan membayar semua biaya pernikahan Gita. Aku kasihan pada Bapak, yang nampak tertekan karena Ibu dan saudaraku. Begitu teganya Ibu, memperlakukan Bapak seperti ini padahal Bapak selalu baik dan sabar terhadap tingkahnya. "Raka, besok kita balik nama sertifikat ini di notaris. Bapak yang akan menemanimu dan memberi surat kuasa," ucap Bapak padaku. Aku mengangguk "Baik Pak," jawabku."Di minum Pak," Farah datang membawakan menyuguhkan secangkir teh dan cemilan untuk Bapak. "Makasih Far, besok kamu ikut Raka dan Bapak ya untuk balik nama sertifikat itu di notaris," ucap Bapak pada Farah."Iya Pak, Farah akan ikut," sahut Farah. "Oiya, Bapak belum bilang jika Ibumu masuk rumah sakit tensi darahnya naik," ucap Bapak.Jujur aku kasihan saat mendengar kondisi Ibu "Apakah Rak
Kebusukan Pras!"Abang udah minta bantuan ke orangtuamu, tapi Ibu sama Bapakmu juga abis ketipu," ucap Julian pada Stella."Ketipu gimana?" Stella shock mendengar penjelasan sang suami."Orangtuamu investasi pada temannya, tapi ternyata temannya itu penipu dan membawa kabur uang semua orang! Jadi orang tuamu harus mengganti uang semua orang yang tertipu karena orang tuamu yang mengajak mereka bergabung pada investasi itu!" "Keadaan mereka juga sedang sulit kini," ucap Julian kembali. "Tidak mungkin orang tuaku bangkrut!" Stella berujar tak percaya, dia tidak sanggup menerima kenyataan jika orang tuanya yang kaya raya itu bangkrut."Tapi itulah yang terjadi," ucap Julian menghembuskan nafasnya kasar."Ya sudah Mas, lupakan duku tentang apa yang terjadi pada orangtuaku. Kini aku minta, kamu jual saja kebun yang diberikan orang tuamu, untuk membebaskan diriku dari penjara ini, aku tidak mau Mas berlama-lama disini!" pinta Stella."Tapi itu kan satu-satunya warisan yang aku punya!""Bag
Musibah Untuk Pria Mata KeranjangKetika sedang dalam jalan pulang, Farah melihat Bapak mertuanya sedang berjalan membawa tas jinjing. "Bapak, mau kemana bawa tas?" tanya Farah menghampiri."Bapak mau kerumah Saidah, Far," jawab Dahlan.Farah yakin, pasti Bapak mertuanya sedang ada masalah dan pergi dari rumah atau dia di usir? Apa iya Ibu setega itu. Batin Farah."Ada apa apa Pak? Ikut Farah saja kerumah. Setahu Farah, Bik Saidah sedang pergi kerumah nenek buyut dan menginap di sana," jelas Farah, dia tahu tadi jika Bik Saidah pergi dari sore tadi bersama keluarganya. Dahlan mengangguk dan mengikuti Farah untuk kerumahnya, raut wajah sedih terpancar dari wajah sang Bapak mertua. Pasti Retno berulah lagi. Mereka tiba di rumah, Raka menoleh kearah sang Bapak. Ia kaget kenapa Bapaknya membawa tas di tangannya saat malam seperti ini, apa yang terjadi? Batin Raka."Bapak? Kenapa malam begini bawa tas?" tanya Raka penasaran."Tadi Bapak pergi mencari Pras, tapi di saat Bapak pulang, Ibu
Stella mengamukSetelah di usir oleh Maharani plus mendatangi Anita untuk mendapatkan tempat tinggal baru."Jadi kamu ingin tinggal bersamaku disini Mas?" ucap Anita dan menyilangkan tangannya di depan "Ada apa dengan tempat tinggalmu Mas?" tanya Anita kembali."Rumahku direnovasi, jadi aku tidak suka menempatinya jika banyak orang yang bekerja,""Tidak masuk akal, aku sudah tahu semua tentangmu! Kamu sudah mempunyai istri bukan, dan aslinya kamu itu kere. Kamu pikir sekarang bisa memanfaatkanku!" ujar Anita, yang ternyata sudah mengetahui semua tentang Pras."Semua itu tidak benar, kamu jangan mempercayai orang yang di restauran itu!" ujar Pras."Aku sudah menyuruh orang, untuk menyelidikimu. Tidak usah berkilah lagi, pergi kamu dari sini..!" Anita masuk kedalam rumah, dan menutup pintunya dengan kasar.Pras terkejut dan terkesiap oleh perlakuan Anita, wanita yang akan ia jadikan cadangan jika nanti di usir oleh Maharani, kini justru sudah mengetahui segalanya sebelum ia mendapatkan
Giliran NandoSetelah mengirim pesan itu, kepada beberapa teman dunia maya nya ia pun tertidur pulas karena ia juga keletihan. **~Pagi HariRetno melihat kalender, ini sudah tanggal muda, uang pensiunan sang Suami biasanya di transfer pada tanggal ini. "Bapak pasti sudah gajian!" gumam Retno, antusias. Ia pun masuk kedalam kamar dan mencari kartu ATM milik Dahlan yang biasa ia letakkan di dalam laci lemari di samping ranjang tidurnya. Retno membuka laci itu tak sabaran, tapi ia tak melihat kartu ATM di sana. "Biasanya di sini kok gak ada sih!" gerutunya. Retno mencoba mencari ke sudut bisa saja nyelip namun nihil tidak ketemu. "Kemana sih ATM itu..!" Retno menggerutu karena tak kunjung menemukannya. Uang di dompet sudah menipis, hanya tinggal selembar 20 ribuan. "Bu, kok belum ada makanan sih! Gita lapar," teriak Gita di depan meja makan, agar sang Ibu mendengarnya.Retno yang mendengar teriakan Gita, menghampiri putri kesayangan itu."Kenapa Nak?" ucap Retno. "Gita lapar, ma