Ardi masih bergeming, inginnya tak begini. Ia berharap saat itu juga Ze bisa menerima permintaan rujuknya."Perlu Paman sampaikan lagi Ardi, bahkan Paman tidak bermaksud menahan keinginan kamu untuk rujuk. Karena sudah disebutkan dalam firman Allah, bahwasanya suami berhak untuk merujuk istri jikalau masih dalam masa iddah. Itu berarti tidak ada satu orangpun yang bisa menahan keinginan tersebut, sekalipun istrinya sendiri. Tapi yang ingin Paman jaga di sini adalah ketulusan dan keseriusan kamu terhadap niatmu itu. Paman sebagai wali dari pada Ze, mempunyai kewajiban untuk melindungi keponakan Paman ini dari hal-hal yang tidak baik. Sebagaimana pernah tersebut dalam sebuah riwayat, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa pada masa Rasulullah saw ada seorang laki-laki yang menalak istrinya, kemudian sebelum masa idah istrinya itu habis, dia merujuknya kembali. Setelah itu dijatuhkannya talak lagi kemudian rujuk kembali. Hal ini dilaksanakan untuk menyakiti dan menganiaya istriny
"Mas mau ngapain?"Ze menutup tubuh dengan melingkari kedua tangan di depan dada. Tiba-tiba lelaki di hadapannya terkekeh."Mas lapar, Ze. Kamu pasti mikirnya aneh-aneh."Ardi mengusap pelan pucuk kepala Ze lalu mengesampingkan tubuhnya untuk melewati Ze. Ia membuka pintu dan meluncur keluar kamar.Sedang masih di posisinya, sang wanita membuang napas panjang. Merasa malu dengan pikiran kotor yang sempat membersamai. Ia kemudian menyusul Ardi."Mas lapar?"Dia mengajak lelaki itu berbicara mengusir segala perasaan tak enaknya karena hal tadi."Iya, lapar banget. Kira-kira di sini ada makanan nggak?""Biar Ze tanya sama Mbah dulu."Ardi mengangguk dan duduk kembali di ruang tamu. Sedang Ze mendekati wanita yang masih di kamarnya."Shalat dulu yuk, sudah magrib," sapa Mbah pada Ze."Iya, Mbah.""Oya, suamimu lapar nggak? Habis shalat kita makan dulu di rumah Mbah nyambi nunggu hujan sedikit reda. Soalnya Mbah nggak berani berkendaraan kalau lagi hujan deres.""Iya, Mbah. Beliau tadi jug
Seruni sudah berdandan sedemikian rupa, memilih pakaian terbaik yang dia punya. Semalam Ardi menghubunginya dan mengajak ketemuan di sebuah mall di kawasan Jakarta. Entah apa tujuan lelaki itu, tapi Seruni merasa sangat bahagia. Padahal dua hari yang lalu wanita itu sempat mengadu pada sahabatnya tentang sikap Ardi belakangan yang menjadi berubah.Sahabat tersebut memberi saran agar Seruni jual mahal saja. Barangkali semua dilakukan Ardi karena ibundanya tak menginginkan perceraian. Jadi Seruni tetap menjaga marwah dengan tidak semakin mendekati Ardi.Siapa tahu dengan begitu, nantinya Ardi malah makin ngepet dan ngejat-ngejar seruni kembali.Runi sudah yakin dengan niat tersebut, dan ajakan Ardi hari ini seolah membuat semua benar-benar nyata. Mungkinkah Ardi merindukannya?"Maaf ya Mas, aku sedikit terlambat.""Tidak apa, duduklah. Mau pesan apa?"Berdekatan dengan lelaki yang tampak begitu cool dengan kaos lengan sesiku dan celana chinonya, masih saja menimbulkan sesuatu yang ber
Sudah lebih dua jam Seruni tak sadarkan diri, akibat cairan racun tikus yang ditenggaknya. Wanita itu kini terbaring dalam koma, meski tenaga kesehatan sudah melakukan segala hal untuk mengeluarkan serta menetralisir pengaruh racun itu terhadap tubuh.Ardi sebagai satu-satu keluarga yang ada di sisi Runi saat ini terduduk lemah di kursi satu-satunya yang terletak di ruang ICU tersebut. Ia menatap sang wanita dengan perasaan begitu bersalah.[Aku ucapkan selamat berbahagia bersama istri tercintamu, Mas. Aku salah mencintaimu, aku salah benar-benar percaya bahwa kaupun mencintaiku dan serius dengan niatmu untuk menikah. Sekarang aku sudah ikhlas, kembalilah pada istrimu dan lupakanlah aku. Aku akan pergi, Mas. Pergi untuk selamanya.]Sebuah pesan yang dikirim Seruni tepatnya sebelum wanita itu melakukan percobaan bunuh diri.Begitu Ardi membaca pesan itu, secepat kilat dia memacu mobil agar bisa sampai di apartemen yang ditempati Runi. Tapi semua terlambat, Runi sudah meneguk setengah
Ucapan Ze membuat Ardi terdiam. Apa yang harus ia katakan, semua yang diucapkan mantan istrinya itu memang benar. Kenyataannya, dahulu dia memang begitu mengharapkan bisa bersama Seruni, tapi siapa yang bisa menyangka jika keinginan itu, kini sudah tak lagi menjadi sebuah harapan. Justru dirasa sebagai sebuah kesalahan."Semua sudah berubah Ze, hatiku tak lagi untuk Seruni."Ardi berusaha membenarkan ucapan sang mantan. Sementara Ze menarik napas."Lagi-lagi kau begitu mudah membolak-balikkan hatimu, Mas. Seolah cinta adalah sesuatu yang tak bernilai. Dua tahun bersamaku, kau masih mencintainya. Sekarang, setelah dia mencintaimu, kau justru mengatakan tidak lagi mencintainya dan sudah mencintaiku. Kau menyakiti hati kami, Mas.""Maafkan aku Ze, tapi kumohon percayalah. Perasaanku ini adalah yang sesungguhnya, aku mencintaimu meski terlambat.""Biarkan aku istirahat, Mas. Tubuhku terasa sangat lelah."Ardi merahup wajahnya yang terlihat berantakan, tak ingin memaksakan kehendak terleb
Ardi melajukan mobilnya dengan cepat hingga berhasil mencegat mobil yang dikendarai Yeni."Ada apa Mas Ardi?"Yeni menurunkan kaca mobil dan tampak kebingungan. Sementara di depan mereka, mobil yang dikendarai Rayhan pun berhenti. Lelaki merasa ada yang tak beres sehingga iapun keluar dadi mobil."Ada apa ini, kenapa Mas menghentikan laju mobil adik saya?""Maaf sebelumnya, aku melihat ada seseorang di dalam mobil Yeni.""Iya memang benar, Mas. 'Kan tadi saya sudah katakan, saya mau mengantar saudara yang sakit ke kampungnya."Ardi merasa tak enak dengan niatnya untuk meminta ijin mengecek ke dalam mobil, tapi dia harus bisa membuktikan penglihatan tersebut tadi."Aku minta maaf Yen, tadi aku melihat bayangan Ze di dalam mobilmu.""Bayangan Ze? Mas Ardi ada-ada saja.""Bukannya aku tak percaya pada perkataanmu, tapi aku ingin membuktikannya sendiri. Bolehkah aku mengecek untuk mematahkan rasa penasaran ini?"Yeni membuang napas berat, tampak seperti tak senang."Sudahlah Yen, ijinkan
Ardi membuka pintu saat tukang pos berteriak di depan rumah."Ini ada surat untuk Pak Ardi."Lelaki itu melirik surat yang ada di tangan tukang pos. Dua netranya membelalak menatap nama pengirim yang tertera di depan amplop.Zearetha Bilbis.Dengan bersegera Ardi meraih surat itu."Benar surat ini untuk Bapak?" tanya tukang pos itu."Benar Pak, saya Ardi.""Kalau begitu silahkan tanda tangan di bawah sini ya, Pak."Ardi segera menandatangi selembar kertas lalu meraih surat dan meluncur ke dalam rumah. Dengan perasaan berdebar ia membuka amplop dan mengeluarkan isinya.Perasannya tak karuan, kenapa Ze mengirim surat padanya? Kenapa tak menelpon saja atau bertemu?Ardi menghela napas, ia mengabaikan pertanyaan yang muncul tiba-tiba dan segera membaca isi dari surat itu.Kepada Mas Ardi yang saya hormati,Assalamualaikum Mas.Maaf hanya bisa mengirim surat, saya putuskan untuk sementara waktu untuk tidak memberitahu siapapun keberadaan saya juga merahasiakan kontak yang bisa menghubungka
Ze menarik napas dalam."Paling lambat besok pagi beliau sudah melapor ke sekolah ini, Bu."Wanita itu masih bergeming."Ibu Zea?""Hah? Iya, maaf Pak saya jadi melamun."Lelaki di hadapan Ze tersenyum melihat rona wajah Ze yang tiba-tiba berubah tapi semakin menampakkan keindahan wajah ciptaan Allah."Oya, hari ini kita semua pulang lebih awal. Karena saya ada buat acara syukuran di rumah. Siang ini Ibu ada acara kemana?"Ze seketika menatap lelaki itu."Nggak ada, Pak.""Wah kebetulan sekali. Kalau Ibu punya waktu kosong, boleh donk saya undang ke rumah."Ze merenung sejenak, ia enggan sekali keluar dari desa itu. Pertama karena jarak yang tidak dekat dan harus mengitari hutan. Kedua wanita tersebut juga belum begitu kenal dengan Pak Ari."Nanti jika Ibu tidak keberatan, Ibu bisa naik motor bareng saya. Suatu kehormatan jika Ibu mau datang ke acara tersebut. Sekaligus saya mau ngenalin Ibu pada beberapa guru yang nanti juga akan hadir di sana.""Emm ...."Ze terlihat bingung."Atau