Share

Berikan tubuhnya

AdamS Company.

Rich, terlihat sangat marah. Karena data rahasia kantor sudah berhasil dibobol dan dicuri pihak lawan.

"Bagaimana bisa, dalam waktu kurang dari tiga jam, AdamS Company sudah merugi hingga 12 miliar. Sebenarnya kalian ini kerja apa hah, kenapa ada penyusup yang berhasil menyabotase data-data perusahaan!!" Dengan marah, Rich melempar apapun yang ada atas meja kerjanya.

"Maafkan kami tuan, karena saat itu sistem di perusahaan mendadak eror, jadi kami tidak bisa mencegah terjadinya pembobolan data perusahaan." Karyawan bagian ITE, dengan sedikit gemetar melihat, Rich yang sedang mengamuk.

"Dasar bodoh, kalian memang bodoh. Untuk apa aku membayar kalian mahal-mahal jika, untuk masalah sebesar ini kalian tidak bisa mengatasinya." Semua anggota ITE dibuat, takut dan gemetar.

"Tenang, Rich, aku yakin ini pasti ada hubungannya dengan, Ansel. Siapa lagi yang mampu membuat satu perusahaan merugi dalam waktu singkat." Down berpikir jika masalah ini ada hubungannya dengan kejadian semalam.

"Kau benar, Down. Cepat siapkan pasukan, kita akan segera bergerak menyerang, Ansel. Aku tidak peduli dengan kerugian ataupun kerusakan yang akan kita terima." Dengan sedikit gugup, Down berkata jika kemungkinan 90% mereka akan kalah.

"Rich, jangan bertindak gegabah. Aku tau kita sedang berada di ambang kebangkrutan, dan itu semua karena, Ansel. Tapi, dengan kita menyerang secara terang-terangan aku takut pihak lawan akan semakin bertindak di luar batas." Down, mencoba menjelaskan dengan konsekuensi yang akan mereka dapat jika menyerang tanpa persiapan.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" Tampak dari wajah, Rich yang tidak puas dengan jawaban, Down.

"Begini saja, untuk saat ini kita jangan dulu bergerak ataupun melawan. Kita buat strategi dulu, dan saat pihak, Ansel lengah baru kita menyerang." Sebuah senyuman tersungging di bibir, Rich dengan kejam berkata.

"Jika kita berhasil menaklukkan, Ansel. Aku akan memberikanmu sebuah villa kesayanganku yang ada di Shanghai." Seketika mata, Down langsung berbinar saat, hal yang paling dia inginkan, akhirnya bisa dia miliki.

"Terima kasih, Rich. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk menaklukkan, Ansel dan juga perusahaannya." 

Sementara di perusahaan, Ansel tengah sibuk membaca laporan, kerugian perusahaan AdamS Company, yang berhasil mereka sadap.

"Bagus, aku puas dengan kerja keras kalian. Tapi, ingat kalian jangan senang dulu, kalian harus ekstra hati-hati dengan serangan balik. Aku yakin, Rich bukan tipe orang yang langsung menerima kekalahan, dia akan menyerang saat kita lemah, jadi buat keamanan berlapis. Jangan biarkan, Rich dan pasukannya berhasil masuk dan menjebol pertahanan kita." Seraya menjelaskan, Ansel mulai memberikan perintah agar semua pasukan siap untuk bertempur jika pihak lawan mulai menyerang.

"Siap, bos. Kami sudah pasti akan selalu berhati-hati, dan jika ada pasukan lawan menyerang izinkan saya menumpas dan meminum darah mereka." Seorang bodyguard yang bertubuh tegap, dan besar terkenal sebagai sayap kanan dari pasukan, Ansel, dia sangat suka meminum dan memakan darah musuh yang berhasil ditangkap.

"Boleh, seperti biasa setelah itu berikan tubuh mereka pada, hewan kesayanganku." Ansel memiliki tiga harimau kesayangan dua berwarna Oren, dan satu berwarna putih. Yang diberi nama Leon, Lizard, dan Mark.

"Siap bos." Beberapa bodyguard, pergi setelah memberikan laporan pada, Ansel.

Tidak lama setelah itu, Lee tiba dengan membawa maps biru berisi data dan riwayat hidup, Ameera.

Tok

Tok

Tok

"Masuk." Terlihat, Lee membuka pintu dengan wajah yang sedikit gugup.

"Ini berkas yang anda minta, tuan." Saat, Ansel membuka dan membaca data Ameera, tiba-tiba Ansel memekik dan menggebrak meja.

"Apa, sejak kapan gadis itu bekerja di perusahaan ini?" Dengan keringat dingin, Lee mencoba menjelaskan.

"Ameera, bekerja di Colorpark Company, sudah hampir tiga tahun tuan, dia menjabat sebagai staf kebersihan di bawah naungan, pak Rega. Kata beliau, Ameera termasuk gadis yang rajin, dan cekatan, hampir selama dia bekerja di sini tidak pernah satu hari pun bolos atau pulang di jam kerja." Ansel, dibuat terkejut dengan apa yang Lee, jelaskan. Ternyata gadis yang bersamanya kemarin malam, adalah staf kebersihan di perusahaan miliknya.

"Cepat kau panggil dia suruh datang menghadap ku." Dengan segera, Lee pergi sebelum, Ansel kembali melampiaskan amarahnya padanya.

"Siap, tuan."

"Sial, sungguh hari yang sial. Bagaimana bisa gadis itu bekerja di perusahaan ku, baru semalam aku memintanya untuk tidak menunjukkan wajahnya di hadapan ku. Tapi, sungguh takdir membuatku ingin berperang dengannya." Saat yang bersamaan Lee, datang dengan membawa, Ameera menemui, Ansel yang sedang emosi.

"Saya pergi dulu." Dengan secepat kilat, Lee pergi meninggalkan, Ameera berdua dengan, Ansel.

"Hey tuan, kamu mau kemana?" Ameera dibuat kalang kabut saat dirinya, di tinggal berdua dengan, Ansel.

"Duduk." Suara dingin, dan tegas membuat, Ameera sedikit gemetar dan takut.

"A ,, ada apa, pak?" Dengan wajah yang pucat, dan bibir yang bergetar, Ameera memberanikan diri untuk bertanya.

"Masih berani kamu bertanya padaku." Wajah, Ansel mendengus dingin, saat melihat wanita yang berpura-pura tenang.

"Lalu saya harus bagaimana, pak?" Ansel, semakin geram melihat, Ameera yang berupara-pura tidak mengerti apa maksudnya.

"Gadis bodoh. kemarin sudah ku bilang, jangan pernah menunjukkan wajahmu di hadapanku lagi. Tapi, kenapa sekarang kamu malah bekerja disini, apa kau sudah tidak takut mati?" Dengan wajah dingin, dan sorotan mata yang tajam, Ansel mencubit dagu Ameera.

"Ma ,, maafkan saya, pak!! Jika tidak bekerja disini, lalu saya harus bekerja dimana?" Tubuh, Ameera bergetar saat tangan Ansel menyentuh wajahnya. 

"Sayangnya aku tidak perduli. Jika kamu masih ingin hidup, segera pergi dari perusahaan ku dan jangan pernah berani menunjukkan wajahmu lagi disini." Setelah mengatakan itu, Ansel langsung menyuruh Lee untuk membawa Ameera pergi.

"Lee, cepat bawa wanita ini pergi." Lee, yang sedang menguping di balik pintu, yang tidak tertutup rapat, seketika dibuat terkejut dengan suara, Ansel yang memanggil namanya.

"Gawat, kenapa tuan Ansel bisa tahu jika aku masih ada disini!!" Gumam Lee, dengan keringat yang mengucur di pelipisnya.

"Maksud anda bagaimana, pak!! Apa saya di pecat?" Tidak terasa air mata, Ameera menetes saat dirinya harus kehilangan pekerjaannya karena cinta satu malam, dengan CEO mereka.

"Ya, dan silahkan pergi." Lee terdiam mematung saat, Ansel menindas, gadis yang semalam tidur dengannya.

"Tapi, tuan. Saya mohon jangan pecat saya tuan, jika tidak bekerja disini lalu saya harus bekerja dimana?" Sambil terisak Ameera meminta agar, Ansel memberikannya kesempatan.

"Kenapa masih bengong, cepat bawa wanita ini pergi." 

"Siap, tuan. Ayo ikut saya pergi nona!!" Dengan perasaan tidak rela, Ameera pergi mengikuti Lee keluar dari ruangan, Ansel.

"Tuan, tolong saya jika saya tidak bekerja disini lalu, saya harus bekerja dimana!!" Sebenarnya dalam hati Lee terbesit rasa kasihan namun, karena tugas dan kesetiaannya. Lee bersikap dingin dan tidak bergeming.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Diman Buncis Diman
si Ansel tega banget ya jadi gemes sendiri aku ......
goodnovel comment avatar
Pelita Abadi
Anshel gak punya hati banget. kasihan Ameera. udah di tiduri, sekarang mau mecat dia bekerja dalam perusaahan juga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status