Share

Bab 5

last update Huling Na-update: 2021-11-14 14:25:34

Bab 5 Menantu Yang Tak Diinginkan

"Kiara! Kiara?"  Mertuaku  memanggil-manggil dari lantai atas.

     Aku sengaja diam saja.

     "Kiara! Kiara! Dimana kamu?" Terus saja Bu Farah berteriak.

     Tok tok tok...

     Terdengar suara high hellsnya yang khas mendekati pintu dapur. Aku  menghela nafas tatkala sosok itu mendekat.

     "Ada di sini rupanya? Mengapa tidak menyahut?" Tanyanya dengan sorot mata tajam. 

     Begitulah tingkah mertuaku ketika Mas Galih tak ada  di rumah.

     "Aku tidak dengar, Bu." Jawabku santai.

     "Tidak dengar bagaimana? Orang ibu memanggil dengan suara keras. Kok ngakunya tidak dengar," Bu Farah menggerutu keras.

     Aku menggelengkan kepala. Kebiasaan memang.  

     "Kiara, ibu mau kasih tahu, hari ini ada beberapa teman ibu yang akan datang. Tolong siapkan  hidangan. Oh ya, semua bahan telah ibu belikan. Cek di dalam kulkas bagian bawah.  Masak semuanya. Seperti biasa, tolong masakkan yang enak ya! Ibu mau pergi sekarang!"

     Selesai bicara, wanita itu melangkah ke depan, tanpa menunggu jawabanku. Pandai sekali mulutnya memerintah. 

     "Bu, hari ini Kiara kurang enak badan. Maaf ya, Bu. Sepertinya Kiara tidak bisa masak banyak-banyak seperti biasanya." Jawabku cepat sebelum beliau benar-benar menghilang.

     Mendengar jawabanku, Bu Farah seketika menghentikan langkahnya. Wajah sangar milik beliau menoleh ke arahku.

     "Kamu membantahku, Kiara?" Tanyanya dengan sorot mata tajam.

     "Bukan maksud membantah, Bu. Tapi badan Kiara benar-benar sedang tidak enak. rasanya tidak mampu memasak hidangan banyak-banyak untuk teman-teman ibu." Jawabku lagi.

     Bu Farah melangkah ke arahku. Wajahnya yang sengaja ia buat seseram mungkin sama sekali tidak membuatku gugup.

     Dia pikir akan mudah untuk memerintahkan aku apa saja seperti sebelum-sebelumnya? Menyuruh-nyuruh sesuka hati, dan selalu membebaniku dengan beragam perintah yang sepatutnya hanya pantas diperintahkan kepada seorang pembantu.

     Bahkan seorang pembantu pun tidak akan bertahan lama apabila diperlakukan sedemikian rupa. Apalagi aku yang seorang menantu.

     Entahlah, sekarang aku merasa muak dengan caranya dalam memperlakukan sku selama ini.

     Langkah Bu Farah kian mendekat, aku tetap memasang muka biasa-biasa saja.

     Bu Farah berhenti tepat di depanku, kedua matanya menatap tajam,    

     "Tidak sepantasnya kau menolak perintahku! Kau sadar bagaimana posisimu di rumah ini, Kiara?" Bu Farah menatap seolah-olah aku ini tawanannya.

     "Posisi bagaimana maksud Ibu? Bukankah aku seorang menantu di rumah ini?"

     "Ha ... ha ... ha ...!" Bu Farah tertawa lebar. Seolah-olah ada hal lucu yang memicu tawanya.

     "Kenapa tertawa, Bu?Bukankah perkataanku benar?" 

     Lagi-lagi Bu Farah mengumbar tawa ketus dengan ucapanku. 

      "Kiara, kau memang menantu di rumah ini. Tapi yang harus kau ketahui, kamu adalah menantu yang tidak kuinginkan ...!" 

     Degh ...

     Jantung ini berdegup kencang dengan ucapan mertua yang begitu lantang dan lugas. Dengan mimik wajah tanpa merasa bersalah.

     "Ma ... maksud Ibu?" Aku terbata.

     "Apa telingamu sudah tidak bisa berfungsi lagi? Apa sudah budek? Sekali lagi aku katakan, bahwa kau di rumah ini bukan siapa-siapa. Aku tidak pernah menginginkan menantu dari kalangan keluarga rendahan seperti keluargamu, memalukan dan tidak berpendidikan!"

     Jleb ...!

     Ada rasa perih menusuk hati mendengar keluargaku turut serta dalam ucapannya yang lebih terdengar seperti penghinaan.

     "Bu, tolong jangan bawa-bawa nama keluargaku!" Tanggapku lantang.

     "Mengapa memangnya? Kau tak suka? Kau malu dengan keadaan? Makanya, kamu introspeksi diri, sadar dirimu siapa? Pantas apa tidak memasuki keluarga Galih? Salah siapa dulu ngotot ingin dinikahi sama Galih? Padahal kau tahu, aku telah mempunyai Celine untuk Galih, anakku. Tentu Celine bukan wanita rendahan seperti kamu! Dia jauh lebih berkelas, berasal dari keluarga bermartabat. Bukan dari kolong jembatan sepertimu ...!"

     Astaga ...! 

  

     Darahku mendidih.

     Bu Farah, Anda tidak tahu berasal dari mana aku sebenarnya! 

     

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
semakin seru aja...
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
sombong nya bu farah
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 63 ENDING

    Bab 63 Disebuah teras hotel, dua orang tengah bertengkar mulut. Seorang perempuan dengan muka kusam dan pakaian yang sangat biasa-biasa saja, mengomel ngomel tidak karuan kepada seorang laki-laki berpakaian necis. Terlihat sekali jika omelan perempuan itu tak berguna dimata laki-laki kaya di depannya. "Praska kau tidak boleh melepaskan tanggung jawab begitu saja. Ingat ..! aku ini sedang mengandung anakmu. Sebentar lagi ia akan lahir ke dunia. Kau harus bertanggung jawab penuh, Praska!" Celine berucap tegas. "Enak saja ... Apa buktinya kalau janin yang sedang kau kandung itu adalah putraku? Kau tidak boleh asal bicara begitu saja. Minta saja pertanggungjawaban sama Galih. Dia kan mantan suamimu. tentu saja yang kau kandung di perutmu juga darah dagingnya, ngapain minta tanggung jawab sama saya. Kurang kerjaan aku ngurus anak orang," timp Praska jengkel. 

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 62

    Bab 62 Celine mengelus perutnya. Bahunya bersandar pada seorang lelaki yang bebas mengekspos tubuhnya. "Sayang, kapan kau akan menikahiku?"tanya Celine. "Sabar dulu, Sayang. Oh ya bagaimana uang dari mertuamu kemarin? Apakah sudah ada? Usahaku sedang membutuhkan banyak uang ini. Supaya lebih lancar ya dana juga harus banyak masuk," Praska memulai bahasan. "Soal itu sih aku belum sempat menanyakannya sama Galih dan ibunya. Lagian hubungan di antara kami juga sedang tidak baik." Jawab Kiara. "Haduuh, Sayang. Rugi dong kalau kamu tak ambil uang itu. Lumayan buat nambah isi kantong," ucap Praska lagi. Celine diam benerapa saat. "Oh ya, baiklah. Nanti akan ku coba untuk kembali berbicara kepada mereka," jawab Kiara. "Tapi janji, Ya, Sayang. Jamu harus cepet-

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 61

    Bab 61 Kiara berjalan menyusuri lorong kantor. Memasuki ruang kerjanya. Ia merasakan ada hal yang berbeda hari ini. Ya, ia tersadar biasanya ada seseorang yang akan menyapanya setiap pagi, dan kali ini tidak. Ingatannya langsung tertuju pada seseorang. "Huuuh, mengapa harus aku mengingatnya? Kiara, lupakan dia," batin Kiara bersikeras meyakinkan hati. Jam kerja tiba, Kiara mulai sibuk menyelesaikan satu persatu apa yang menjadi tugasnya. Tiba-tiba saja ia merasa kesulitan. "Ah laki-laki itu lagi ...!" Gerutu Kiara. Kembali ia tersadar jikalau kapanpun ia mengalami kesulitan pasti akan bertanya pada sosok yang bernama Mahendra. Suasana memang benar-benar tak lagi sama. Mau tidak mau Kiara mengaku jika merasakan sepi tanpa kehadiran Mahendra. &nbs

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 60

    Bab 60 "Ada perlu apa kau pada orang tuaku ...?" desak Kiara. "Apa kau ingin mengumbar kata-kata yang sama sekali tidak perlu?" "Kiara, kau sungguh marah padaku hanya karena kata-kata di kertas itu kemarin?" Mahendra bertanya dengan mata sendu dan memerah. "Tanya saja dirimu. Aku kasih tahu kamu sekarang, bahwa aku sama sekali tidak menyukai kata-kata seperti itu," lanjut Kiara lagi. "Kiara, maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja meletakkan kertas itu pada dokumenmu. Karena kau sudah terlanjur melihat, maka aku akan berkata jujur. Tulisan itu kutulis tepat pada hari di mana Galih mengucapkan ikrar ijab Kabul kalian di depan penghulu. Sekarang aku katakan, Kiara. Aku mencintaimu sejak dulu. Tapi ternyata kau lebih memilih Galih. Terus terang aku kecewa. Namun, aku tidak bisa berbuat banyak. Dan sama sekali tidak bisa menyala

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 59

    Bab 59 "Lho kok ini mapnya ada dua ...? Lhoo ... Yang ini beda, punya siapa ya?" Kiara menggumam. Tangannya memegang isi map. Ingin membukanya. Hupp ... Selembar kertas terjatuh. Tiara melirik ke kertas tersebut, dan memperhatikannya baik-baik. Seketika dahinya mengernyit. "Kenapa ada fotoku di sini?" Dan bukan hanya foto itu yang mengusik perhatian Kiara, namun goresan-goresan kata di sana juga cukup membuatnya bertanya-tanya. Karena rasa penasaran ia mencoba untuk membaca goresan tinta yang tertoreh di kertas putih tersebut. [Ya, Tuhan ... ternyata selama ini aku mempunyai perasaan yang salah. Aku mencintai wanita yang tida

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 58

    Bab 58 Sementara itu, di sebuah apartemen. Seorang pria duduk menghadap ke layar laptop. Mengerjakan kinerja yang belum selesai tadi siang. Sebentar-sebentar matanya melirik ke sebuah potret yang sengaja ia pajang pada dinding ruang kerjanya. Sebuah potret wanita yang ia kagumi sejak dahulu. Perlahan ia menarik sebuah lembaran yang ia tulis beberapa tahun yang lalu. Dimana disana ia mencurahkan rasa kecewa yang dalam ketika mendengar wanita yang ia puja-puja akan menikah dengan pria lain. Sebuah foto kecil menyertai lembaran tersebut dengan lukisan wajah yang cukup ayu dengan sorot mata jernih dan bulu mata yang lentik. "Ya Tuhan, seandainya saja ia bisa benar-benar menjadi milikku," gumamnya dalam hati. Sebenarnya siapakah wanita yang ia maksud? Wanita itu adala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status