Share

Bab 7

last update Last Updated: 2021-11-14 14:27:42

Bab 7 Ibu pikir aku cuma bisa bertahan hidup dari uang Galih?

     

     "Huuh ... sombong sekali kau! Kau kira kau akan hidup tanpa uang Galih? Dari mana kau bisa mengisi perutmu kalau bukan dari hasil jerih payah anakku? Jangan sombong kamu!" Bentak Bu Farah.

     Sedangkan mata Bu Farah mendelik-delik mengiringi gerak bibirnya yang dengan pongahnya berbicara.

     "Bu, ibu pikir aku cuma akan bisa bertahan hidup dari uang Galih? Uang yang cuma ia kasih lima ratus ribu setiap bulan itu? Lima ratus ribu itu justru tidak lebih besar dari gaji seorang pembantu, Bu!" Ucapku tidak kalah sengitnya.

     Bosan rasanya selama ini selalu mengalah, selalu menuruti kehendak mereka, tapi ujung-ujungnya tetap saja aku tidak dihargai.

     Nampaklah rona masam wajah Bu Farah kian menjadi. 

     "Kau pikir standar hidupmu lebih baik dari pembantu? Haa?" Bentak Mertuaku.

     "Ooowh, itu sudah jelas, Bu. Aku di sini adalah istri Mas Galih, bukan pembantu. Hanya saja aku yang terlalu bodoh selama ini kalian perlakukan layaknya pembantu." Balasku lagi.

     Kulihat Bu Farah mengepalkan tangan menahan emosi. Peduli amat. Aku tidak takut sama sekali. Rasa takut dan rasa segan ku telah hilang akibat perbuatan mereka yang selalu menganggapku rendahan.

     "Kau memang pantas untuk kami jadikan   sebagai asisten di rumah ini!" Imbuhnya lagi.

     "Jangan harap, Bu." Ucapku sembari masuk ke kamar dan mengunci pintu.

     Segera ku cek handphone keluaran lama yang sudah menemaniku sejak masa sekolah SMA.

     Clink...

     Mataku melebar dengan bibir mengembangkan senyum ketika sebuah pesan notifikasi dari bank menyambut pandangan mataku. 

     Bersamaan dengan itu, sebuah pesan masuk dari Papa.

     [Nak, silahkan cek rekeningmu, Papa sudah kirim sejumlah uang buat kebutuhanmu, jangan pernah minta uang sama Galih lagi. Apalagi sampai menggantungkan hidup sama mereka. Galih mau memberi  uang hasil kerjanya sama mertuamu, biarkan saja. Tenangkan pikiranmu, jangan mau lagi di tindas orang, Nak!] Pesan dari papaku.

     Ku perhatikan angka-angka yang tertera di notif bank.

     Jumlahnya bahkan lebih banyak daripada  keseluruhan gaji Mas Galih dalam sebulan.

     Papa tetaplah Papa. Ternyata selama ini ia tidak benar-benar membenciku. 

     [Tenangkan dulu pikiranmu di sana, Nak! Jangan banyak pikiran. Tunjukkan pada mereka bahwa kamu bukanlah wanita lemah yang bebas mereka injak-injak dan tidak bisa bebas mereka tindas.]

     Terimakasih Pa, supportnya. Aku tidak menyangka jika Papaku ternyata masih peduli.

***

     "Bu, ada apa? Kok kelihatannya jutek sekali?" tanya Megan mendekati sang Ibu.

     "Ibu sedang kesal sama Kiara. Dia sudah berani menentang sekarang!" tanggap Bu Farah  dengan berkacak  pinggang.

     "Apa? Kiara berani menentang Ibu? Apa dia cukup berani untuk melakukan itu?" Megan mengernyitkan dahi.

     "Iya, Megan. Tadinya ibu ingin memintanya memasak buat teman-teman ibu yang akan datang nanti. Semua bahan-bahan sudah ibu siapkan. Tinggal Kiara memasaknya saja. Tapi ternyata Kiara menolak, Megan. Alasannya sedang capek," Bu Farah mulai bercerita.

     "Ohoo, berani sekali dia. Tidak nyadar apa tuh orang. Hidup numpang, berlagak pula. Luar biasa sekali. Dia bilang capek, capek ngapain? Cuma mengurus rumah saja sudah mengaku capek. Ini tidak bisa dibiarkan, Bu!" Geram Megan.

     "Kamu benar, Kiara memang tidak bisa dibiarkan. Sebaiknya apa yang harus kita lakukan?" Bu Farah setuju dengan cara berpikir Megan. 

     Megan terlihat berpikir. Rupanya ia sedang mencari cara untuk memberi pelajaran pada Kiara.

     "Kita harus melaporkan Kiara sama Galih! Biar Galih tahu bagaimana kelakuan istrinya." Ujar Megan.

     "Ya, dengan begitu ibu berharap Galih akan bersedia menyingkirkan Kiara dari rumah ini. Toh nantinya aku bisa mencarikan Galih istri yang lebih baik," tutur Bu Farah dengan nada kebencian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
ceritanya sangat menarik sekali...
goodnovel comment avatar
Marsiti Sarbini Dwi Atmaja
ya Allah... aq nangis bacanya.... kok mirip ya sama aq
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 63 ENDING

    Bab 63 Disebuah teras hotel, dua orang tengah bertengkar mulut. Seorang perempuan dengan muka kusam dan pakaian yang sangat biasa-biasa saja, mengomel ngomel tidak karuan kepada seorang laki-laki berpakaian necis. Terlihat sekali jika omelan perempuan itu tak berguna dimata laki-laki kaya di depannya. "Praska kau tidak boleh melepaskan tanggung jawab begitu saja. Ingat ..! aku ini sedang mengandung anakmu. Sebentar lagi ia akan lahir ke dunia. Kau harus bertanggung jawab penuh, Praska!" Celine berucap tegas. "Enak saja ... Apa buktinya kalau janin yang sedang kau kandung itu adalah putraku? Kau tidak boleh asal bicara begitu saja. Minta saja pertanggungjawaban sama Galih. Dia kan mantan suamimu. tentu saja yang kau kandung di perutmu juga darah dagingnya, ngapain minta tanggung jawab sama saya. Kurang kerjaan aku ngurus anak orang," timp Praska jengkel. 

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 62

    Bab 62 Celine mengelus perutnya. Bahunya bersandar pada seorang lelaki yang bebas mengekspos tubuhnya. "Sayang, kapan kau akan menikahiku?"tanya Celine. "Sabar dulu, Sayang. Oh ya bagaimana uang dari mertuamu kemarin? Apakah sudah ada? Usahaku sedang membutuhkan banyak uang ini. Supaya lebih lancar ya dana juga harus banyak masuk," Praska memulai bahasan. "Soal itu sih aku belum sempat menanyakannya sama Galih dan ibunya. Lagian hubungan di antara kami juga sedang tidak baik." Jawab Kiara. "Haduuh, Sayang. Rugi dong kalau kamu tak ambil uang itu. Lumayan buat nambah isi kantong," ucap Praska lagi. Celine diam benerapa saat. "Oh ya, baiklah. Nanti akan ku coba untuk kembali berbicara kepada mereka," jawab Kiara. "Tapi janji, Ya, Sayang. Jamu harus cepet-

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 61

    Bab 61 Kiara berjalan menyusuri lorong kantor. Memasuki ruang kerjanya. Ia merasakan ada hal yang berbeda hari ini. Ya, ia tersadar biasanya ada seseorang yang akan menyapanya setiap pagi, dan kali ini tidak. Ingatannya langsung tertuju pada seseorang. "Huuuh, mengapa harus aku mengingatnya? Kiara, lupakan dia," batin Kiara bersikeras meyakinkan hati. Jam kerja tiba, Kiara mulai sibuk menyelesaikan satu persatu apa yang menjadi tugasnya. Tiba-tiba saja ia merasa kesulitan. "Ah laki-laki itu lagi ...!" Gerutu Kiara. Kembali ia tersadar jikalau kapanpun ia mengalami kesulitan pasti akan bertanya pada sosok yang bernama Mahendra. Suasana memang benar-benar tak lagi sama. Mau tidak mau Kiara mengaku jika merasakan sepi tanpa kehadiran Mahendra. &nbs

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 60

    Bab 60 "Ada perlu apa kau pada orang tuaku ...?" desak Kiara. "Apa kau ingin mengumbar kata-kata yang sama sekali tidak perlu?" "Kiara, kau sungguh marah padaku hanya karena kata-kata di kertas itu kemarin?" Mahendra bertanya dengan mata sendu dan memerah. "Tanya saja dirimu. Aku kasih tahu kamu sekarang, bahwa aku sama sekali tidak menyukai kata-kata seperti itu," lanjut Kiara lagi. "Kiara, maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja meletakkan kertas itu pada dokumenmu. Karena kau sudah terlanjur melihat, maka aku akan berkata jujur. Tulisan itu kutulis tepat pada hari di mana Galih mengucapkan ikrar ijab Kabul kalian di depan penghulu. Sekarang aku katakan, Kiara. Aku mencintaimu sejak dulu. Tapi ternyata kau lebih memilih Galih. Terus terang aku kecewa. Namun, aku tidak bisa berbuat banyak. Dan sama sekali tidak bisa menyala

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 59

    Bab 59 "Lho kok ini mapnya ada dua ...? Lhoo ... Yang ini beda, punya siapa ya?" Kiara menggumam. Tangannya memegang isi map. Ingin membukanya. Hupp ... Selembar kertas terjatuh. Tiara melirik ke kertas tersebut, dan memperhatikannya baik-baik. Seketika dahinya mengernyit. "Kenapa ada fotoku di sini?" Dan bukan hanya foto itu yang mengusik perhatian Kiara, namun goresan-goresan kata di sana juga cukup membuatnya bertanya-tanya. Karena rasa penasaran ia mencoba untuk membaca goresan tinta yang tertoreh di kertas putih tersebut. [Ya, Tuhan ... ternyata selama ini aku mempunyai perasaan yang salah. Aku mencintai wanita yang tida

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 58

    Bab 58 Sementara itu, di sebuah apartemen. Seorang pria duduk menghadap ke layar laptop. Mengerjakan kinerja yang belum selesai tadi siang. Sebentar-sebentar matanya melirik ke sebuah potret yang sengaja ia pajang pada dinding ruang kerjanya. Sebuah potret wanita yang ia kagumi sejak dahulu. Perlahan ia menarik sebuah lembaran yang ia tulis beberapa tahun yang lalu. Dimana disana ia mencurahkan rasa kecewa yang dalam ketika mendengar wanita yang ia puja-puja akan menikah dengan pria lain. Sebuah foto kecil menyertai lembaran tersebut dengan lukisan wajah yang cukup ayu dengan sorot mata jernih dan bulu mata yang lentik. "Ya Tuhan, seandainya saja ia bisa benar-benar menjadi milikku," gumamnya dalam hati. Sebenarnya siapakah wanita yang ia maksud? Wanita itu adala

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 57

    Bab 57 Galih menyibak tirai, seberkas sinar cahaya matahari pagi menerobos masuk. Yang melirik jam tangannya, "Sudah hampir pukul 08.00 pagi. Astaga ...!" Lelaki itu tereranjat. Dengan bergegas, Galih menuju ke kamar mandi. Sepeninggal Galih, Celine membuka mata. Matanya tertuju pada tirai yang sudah tersingkap. "Sudah siang rupanya ..." Celine menggeliat. Namun sejenak kemudian ia kembali menarik selimut. "Ah biarin ajah ... Toh ada Bu Farah yang mengerjakan semua kerjaan rumah," imbuhnya seraya kembali meringkuk. Baru saja ia ingin kembali terlelap, tiba-tiba Celine merasa perutnya bergolak. "Aduh ... Kenapa ini perut? Kok jadi mules sih ..." Gerutunya. "Hueekh ...!" Celine tidak tahan menahan

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 56

    Bab 56 "Celine, memangnya apa saja sih yang kamu laporin sama anakku? Sampai-sampai dia sekarang membenciku sedemikian rupa. Apakah kamu memang berniat untuk memisahkan kami?" Bu Farah terlihat geram. Celine yang baru saja pulang, terlihat melengos dengan pertanyaan Bu Farah. "Huuh ... Siapa juga yang ingin memisahkan kalian, mau ibu ambil Galih seutuhnya pun aku tak mengapa," tanggap Celine cuek. "Apa maksudmu?" Bentak Bu Farah. "Dasar aneh ...," celetuk Celine sambil berlalu. "Kamu dengar apa tidak aku tanya apa?" hlang Bu Farah. "Halah ... Tidak usah terlalu banyak tanya, Bu. Apa Ibu benar-benar ingin aku memisahkan ibu sama Mas Galih? Kalau ibu menginginkannya tidak apa-apa, akan kulakukan dengan senang hati," ujar Celine sinis.  

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 55

    Bab 55 "Wah, lumayan juga ini duitnya, Mas...!" Sinar mata Celine berbinar-binar melihat lembaran-lembaran uang di tangan Galih. "Ya, cukuplah buat bayar sewa rumah dan untuk biaya makan kita," sahut Galih. "Hmmm ... Cuma buat bayar sewa rumah dan makan doang?" Tanya Celine dengan sungut manjanya. Galih sudah bisa membaca apa yang diinginkan istri cantiknya tersebut. "Iya, Sayang ... Jangan cemberut dulu dong," Galih membelai dagu Celine lembut. "Kamu jangan khawatir, Mas pasti akan memberimu sebagian dari uang-uang ini," lanjut Galih kemudian. Mendengarnya, wajah Celine berubah lebih sumringah. "Mas ...!" rengeknya. "Ya, Sayang" "Mmm ... Mas mau kasih berapa buat aku?" ucapnya dengan manja yang di buat-buat.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status