Share

Bab 11

last update Huling Na-update: 2021-11-19 10:13:59

Bab 11 Aku Tidak Mau Lagi Ditindas!

     "Kalau Ibu merasa Celine tidak pantas mengerjakan pekerjaan dapur termasuk dalam menghidangkan makanan, berarti ibu yang harus melayaninya, bukan aku," imbuhku cepat.

     Berusaha aku melapangkan dada dengan kenyataan yang dibuat oleh Bu Farah. Nyata-nyata beliaulah yang memperkeruh rumah tangga kami. Mengotori rumah tangga anaknya sendiri dengan menghadirkan orang ketiga.

     Dengan kekuatan hati yang telah ku bangun, aku siap dengan kenyataan.

     Baiklah, Bu Farah. Ternyata memang ini yang kau inginkan. 

     "Bu, silakan ibu ingin menjodohkan Mas Galih sama Celine. Aku tidak masalah. Tapi satu yang juga harus ibu tahu,  aku bukan pembantu dan tidak mau diperlakukan seperti pembantu. Oleh karena itu Ibu jangan pernah memerintahku sesuka hati seperti selama ini," tandaku tegas dan lugas.

     Melihat kesungguhanku dalam berbicara, sepertinya Bu Farah sedikit melunak. Terbukti dari caranya yang berjalan menjauhi kamar meski dengan wajah bersungut kesal. Peduli amat. jadi orang tua kalau ingin dihormati kudu harus mengetahui bagaimana caranya menghormati. Jikalau tidak, maka tanggung akibatnya sendiri.

    Karena penolakanku, terpaksalah Bu Farah menyiapkan hidangan sendirian. Entahlah mengapa dia tidak mengajak Celine untuk turut serta.

    Beberapa lama kemudian, dengan santainya aku menuju ke meja makan. Mengambil piring dan menyendokkan nasi beserta lauk pauk yang baru saja dimasak oleh beliau.

     Matanya mendelik melihat tingkahku. 

     "Hei apa yang kau lakukan! Aku yang basah bermandikan peluh kecapean memasak, aku juga yang menghidangkan. Sekarang kamu ingin menikmatinya? Sadar diri apa tidak kamu?" Tutur Bu Farah menatapku tajam.

     Namun aku tetap memasang muka biasa-biasa saja.

     "Tentu saja aku sadar diri, Bu. Bukankah semua ini dibeli dari uang gaji suamiku? Iya kan? Makanya aku merasa berhak," jawabku membalas ucapannya.

     "Galih itu anak laki-lakiku!" Tanggap nya cepat.

     "Dan galih itu juga adalah suamiku! Suami wajib menafkahi istri. Tidak usah banyak bicara, Bu. Lanjutkan memasaknya, aku ingin makan terlebih dahulu," dengan santainya aku menyantap seisi piring yang telah penuh dengan lauk pauk dan menikmati dengan lahap.

     Begini cara menghadapi keluarga ini. Kalau selalu mengalah kita senantiasa akan diinjak-injak seolah barang tak berharga.

     Aku tidak mau lagi di tindas. Pokoknya sebelum aku angkat kaki dari rumah ini, Akan kuperlakukan mereka sebagaimana  mereka  memperlakukan aku selama ini.

     Rasa hormatku telah hilang tak bersisa untuk keluarga ini. Keluarga toxic yang ingin menang sendiri tidak untuk dihargai.

     "Menantu tidak tahu diri!" Umpat Bu Farah sembari bergelut dengan penggorengan. Sesekali kulihat ia menyeka keringat di dahinya. 

     Bodo amat, salah sendiri katanya kaya tapi kok tidak mampu membayar asisten rumah tangga.

     Sudah cukup selama ini aku yang selalu bergelut dengan seluruh pekerjaan dapur dan juga seluruh rumah. Sekarang aku mengucapkan good bye pada semua itu. 

     "Eh ini siapa ya, Tante?" Tiba-tiba saja Celine datang ke dapur. Rupanya wanita itu menanyakan aku.

     "Ini dia yang sering Tante bilang sama kamu, Celine. Dia adalah istri sementara Galih," ucap Bu Farah memberi penjelasan.

     "Oh pantesan tampangnya saja begini. Kucel," balas Celine.

     "Maklumin saja, dia itu berasal dari kalangan kaum rendahan. Maklumlah penampilannya begitu," ucap Bu Farah.

     "Iya, Celine. Saya ini istri sementara Galih. Soalnya saya juga tidak betah jika selamanya menjadi istri Galih. Selama menjadi istrinya Galih penampilan saya berubah jadi kucel. Maklum, buat beli skincare saja nggak ada uangnya. Aku sangat bersyukur Celine, kau ingin mengganti posisiku sebagai istri Galih. Oh ya nanti juga aku akan menyerahkan Galih seutuhnya padamu. Karena sepertinya aku sudah tidak membutuhkan Galih lagi. Makanya aku dengan senang hati menyerahkannya untukmu."

     Mendengar ucapanku seketika Bu Farah menghentikan aktivitasnya.

     "Apa yang kau katakan, Kiara? Jaga bicaramu! Galih itu lelaki terhormat dan dari keluarga terhormat!" Bentaknya.

     "Lhoo, saya kira tidak ada yang salah dengan ucapan saya, Bu. Ibu kemari membawa Celine untuk dikenalkan sebagai calon istri baru Mas Galih, ya sudah aku dengan senang hati menyerahkan Galih sama kalian berdua. Lagipula sepertinya hidupku sama saja dengan tak bersuami. Laki-laki seperti Galih saja kok sampai segitunya dibanggain," ucapku santuy.

     "Kau merendahkan anak laki-lakiku, Kiara!" Bu Farah nampak tersebut emosi.

     "Tidak usah pakai emosi, Bu! Santai saja,"

     "Kau tidak menghargai perasaanku dan juga perasaan Galih, Kiara!" 

     "Bu, kalau ingin dihargai sepatutnya kalian belajar dulu bagaimana caranya menghargai. Apakah selama ini kalian menghargai perasaanku? Tidak sedikitpun. Sekarang tidak usah terlalu pandai bicara. Bikin pusing telingaku saja. Ibu tenang saja beberapa waktu ke depan aku yang akan menggugat cerai anak ibu. Dan aku akan menyerahkannya bulat-bulat sama Celine. Hal itu sangat tidak berat bagiku. Seberapa susahnya melepaskan laki-laki seperti Galih yang masih saja bertingkah seperti anak kecil yang masih berlindung di bawah ketiak ibunya," cibirku.

     Tahu rasa Bu Farah, dia belum tahu bagaimana taringku yang sebenarnya. Kena semprot dia kali ini.

Bersambung...

     

  

     

     

     

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Oktariani Pertiwi
mantap Kiara......
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
bgs Kiara...kata2 itu mmg pantas untukX...rasain..
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 63 ENDING

    Bab 63 Disebuah teras hotel, dua orang tengah bertengkar mulut. Seorang perempuan dengan muka kusam dan pakaian yang sangat biasa-biasa saja, mengomel ngomel tidak karuan kepada seorang laki-laki berpakaian necis. Terlihat sekali jika omelan perempuan itu tak berguna dimata laki-laki kaya di depannya. "Praska kau tidak boleh melepaskan tanggung jawab begitu saja. Ingat ..! aku ini sedang mengandung anakmu. Sebentar lagi ia akan lahir ke dunia. Kau harus bertanggung jawab penuh, Praska!" Celine berucap tegas. "Enak saja ... Apa buktinya kalau janin yang sedang kau kandung itu adalah putraku? Kau tidak boleh asal bicara begitu saja. Minta saja pertanggungjawaban sama Galih. Dia kan mantan suamimu. tentu saja yang kau kandung di perutmu juga darah dagingnya, ngapain minta tanggung jawab sama saya. Kurang kerjaan aku ngurus anak orang," timp Praska jengkel. 

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 62

    Bab 62 Celine mengelus perutnya. Bahunya bersandar pada seorang lelaki yang bebas mengekspos tubuhnya. "Sayang, kapan kau akan menikahiku?"tanya Celine. "Sabar dulu, Sayang. Oh ya bagaimana uang dari mertuamu kemarin? Apakah sudah ada? Usahaku sedang membutuhkan banyak uang ini. Supaya lebih lancar ya dana juga harus banyak masuk," Praska memulai bahasan. "Soal itu sih aku belum sempat menanyakannya sama Galih dan ibunya. Lagian hubungan di antara kami juga sedang tidak baik." Jawab Kiara. "Haduuh, Sayang. Rugi dong kalau kamu tak ambil uang itu. Lumayan buat nambah isi kantong," ucap Praska lagi. Celine diam benerapa saat. "Oh ya, baiklah. Nanti akan ku coba untuk kembali berbicara kepada mereka," jawab Kiara. "Tapi janji, Ya, Sayang. Jamu harus cepet-

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 61

    Bab 61 Kiara berjalan menyusuri lorong kantor. Memasuki ruang kerjanya. Ia merasakan ada hal yang berbeda hari ini. Ya, ia tersadar biasanya ada seseorang yang akan menyapanya setiap pagi, dan kali ini tidak. Ingatannya langsung tertuju pada seseorang. "Huuuh, mengapa harus aku mengingatnya? Kiara, lupakan dia," batin Kiara bersikeras meyakinkan hati. Jam kerja tiba, Kiara mulai sibuk menyelesaikan satu persatu apa yang menjadi tugasnya. Tiba-tiba saja ia merasa kesulitan. "Ah laki-laki itu lagi ...!" Gerutu Kiara. Kembali ia tersadar jikalau kapanpun ia mengalami kesulitan pasti akan bertanya pada sosok yang bernama Mahendra. Suasana memang benar-benar tak lagi sama. Mau tidak mau Kiara mengaku jika merasakan sepi tanpa kehadiran Mahendra. &nbs

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 60

    Bab 60 "Ada perlu apa kau pada orang tuaku ...?" desak Kiara. "Apa kau ingin mengumbar kata-kata yang sama sekali tidak perlu?" "Kiara, kau sungguh marah padaku hanya karena kata-kata di kertas itu kemarin?" Mahendra bertanya dengan mata sendu dan memerah. "Tanya saja dirimu. Aku kasih tahu kamu sekarang, bahwa aku sama sekali tidak menyukai kata-kata seperti itu," lanjut Kiara lagi. "Kiara, maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja meletakkan kertas itu pada dokumenmu. Karena kau sudah terlanjur melihat, maka aku akan berkata jujur. Tulisan itu kutulis tepat pada hari di mana Galih mengucapkan ikrar ijab Kabul kalian di depan penghulu. Sekarang aku katakan, Kiara. Aku mencintaimu sejak dulu. Tapi ternyata kau lebih memilih Galih. Terus terang aku kecewa. Namun, aku tidak bisa berbuat banyak. Dan sama sekali tidak bisa menyala

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 59

    Bab 59 "Lho kok ini mapnya ada dua ...? Lhoo ... Yang ini beda, punya siapa ya?" Kiara menggumam. Tangannya memegang isi map. Ingin membukanya. Hupp ... Selembar kertas terjatuh. Tiara melirik ke kertas tersebut, dan memperhatikannya baik-baik. Seketika dahinya mengernyit. "Kenapa ada fotoku di sini?" Dan bukan hanya foto itu yang mengusik perhatian Kiara, namun goresan-goresan kata di sana juga cukup membuatnya bertanya-tanya. Karena rasa penasaran ia mencoba untuk membaca goresan tinta yang tertoreh di kertas putih tersebut. [Ya, Tuhan ... ternyata selama ini aku mempunyai perasaan yang salah. Aku mencintai wanita yang tida

  • Bingkisan Daster Bekas Mertua   Bab 58

    Bab 58 Sementara itu, di sebuah apartemen. Seorang pria duduk menghadap ke layar laptop. Mengerjakan kinerja yang belum selesai tadi siang. Sebentar-sebentar matanya melirik ke sebuah potret yang sengaja ia pajang pada dinding ruang kerjanya. Sebuah potret wanita yang ia kagumi sejak dahulu. Perlahan ia menarik sebuah lembaran yang ia tulis beberapa tahun yang lalu. Dimana disana ia mencurahkan rasa kecewa yang dalam ketika mendengar wanita yang ia puja-puja akan menikah dengan pria lain. Sebuah foto kecil menyertai lembaran tersebut dengan lukisan wajah yang cukup ayu dengan sorot mata jernih dan bulu mata yang lentik. "Ya Tuhan, seandainya saja ia bisa benar-benar menjadi milikku," gumamnya dalam hati. Sebenarnya siapakah wanita yang ia maksud? Wanita itu adala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status