Share

Bab 11

Bab 11 Aku Tidak Mau Lagi Ditindas!

     "Kalau Ibu merasa Celine tidak pantas mengerjakan pekerjaan dapur termasuk dalam menghidangkan makanan, berarti ibu yang harus melayaninya, bukan aku," imbuhku cepat.

     Berusaha aku melapangkan dada dengan kenyataan yang dibuat oleh Bu Farah. Nyata-nyata beliaulah yang memperkeruh rumah tangga kami. Mengotori rumah tangga anaknya sendiri dengan menghadirkan orang ketiga.

     Dengan kekuatan hati yang telah ku bangun, aku siap dengan kenyataan.

     Baiklah, Bu Farah. Ternyata memang ini yang kau inginkan. 

     "Bu, silakan ibu ingin menjodohkan Mas Galih sama Celine. Aku tidak masalah. Tapi satu yang juga harus ibu tahu,  aku bukan pembantu dan tidak mau diperlakukan seperti pembantu. Oleh karena itu Ibu jangan pernah memerintahku sesuka hati seperti selama ini," tandaku tegas dan lugas.

     Melihat kesungguhanku dalam berbicara, sepertinya Bu Farah sedikit melunak. Terbukti dari caranya yang berjalan menjauhi kamar meski dengan wajah bersungut kesal. Peduli amat. jadi orang tua kalau ingin dihormati kudu harus mengetahui bagaimana caranya menghormati. Jikalau tidak, maka tanggung akibatnya sendiri.

    Karena penolakanku, terpaksalah Bu Farah menyiapkan hidangan sendirian. Entahlah mengapa dia tidak mengajak Celine untuk turut serta.

    Beberapa lama kemudian, dengan santainya aku menuju ke meja makan. Mengambil piring dan menyendokkan nasi beserta lauk pauk yang baru saja dimasak oleh beliau.

     Matanya mendelik melihat tingkahku. 

     "Hei apa yang kau lakukan! Aku yang basah bermandikan peluh kecapean memasak, aku juga yang menghidangkan. Sekarang kamu ingin menikmatinya? Sadar diri apa tidak kamu?" Tutur Bu Farah menatapku tajam.

     Namun aku tetap memasang muka biasa-biasa saja.

     "Tentu saja aku sadar diri, Bu. Bukankah semua ini dibeli dari uang gaji suamiku? Iya kan? Makanya aku merasa berhak," jawabku membalas ucapannya.

     "Galih itu anak laki-lakiku!" Tanggap nya cepat.

     "Dan galih itu juga adalah suamiku! Suami wajib menafkahi istri. Tidak usah banyak bicara, Bu. Lanjutkan memasaknya, aku ingin makan terlebih dahulu," dengan santainya aku menyantap seisi piring yang telah penuh dengan lauk pauk dan menikmati dengan lahap.

     Begini cara menghadapi keluarga ini. Kalau selalu mengalah kita senantiasa akan diinjak-injak seolah barang tak berharga.

     Aku tidak mau lagi di tindas. Pokoknya sebelum aku angkat kaki dari rumah ini, Akan kuperlakukan mereka sebagaimana  mereka  memperlakukan aku selama ini.

     Rasa hormatku telah hilang tak bersisa untuk keluarga ini. Keluarga toxic yang ingin menang sendiri tidak untuk dihargai.

     "Menantu tidak tahu diri!" Umpat Bu Farah sembari bergelut dengan penggorengan. Sesekali kulihat ia menyeka keringat di dahinya. 

     Bodo amat, salah sendiri katanya kaya tapi kok tidak mampu membayar asisten rumah tangga.

     Sudah cukup selama ini aku yang selalu bergelut dengan seluruh pekerjaan dapur dan juga seluruh rumah. Sekarang aku mengucapkan good bye pada semua itu. 

     "Eh ini siapa ya, Tante?" Tiba-tiba saja Celine datang ke dapur. Rupanya wanita itu menanyakan aku.

     "Ini dia yang sering Tante bilang sama kamu, Celine. Dia adalah istri sementara Galih," ucap Bu Farah memberi penjelasan.

     "Oh pantesan tampangnya saja begini. Kucel," balas Celine.

     "Maklumin saja, dia itu berasal dari kalangan kaum rendahan. Maklumlah penampilannya begitu," ucap Bu Farah.

     "Iya, Celine. Saya ini istri sementara Galih. Soalnya saya juga tidak betah jika selamanya menjadi istri Galih. Selama menjadi istrinya Galih penampilan saya berubah jadi kucel. Maklum, buat beli skincare saja nggak ada uangnya. Aku sangat bersyukur Celine, kau ingin mengganti posisiku sebagai istri Galih. Oh ya nanti juga aku akan menyerahkan Galih seutuhnya padamu. Karena sepertinya aku sudah tidak membutuhkan Galih lagi. Makanya aku dengan senang hati menyerahkannya untukmu."

     Mendengar ucapanku seketika Bu Farah menghentikan aktivitasnya.

     "Apa yang kau katakan, Kiara? Jaga bicaramu! Galih itu lelaki terhormat dan dari keluarga terhormat!" Bentaknya.

     "Lhoo, saya kira tidak ada yang salah dengan ucapan saya, Bu. Ibu kemari membawa Celine untuk dikenalkan sebagai calon istri baru Mas Galih, ya sudah aku dengan senang hati menyerahkan Galih sama kalian berdua. Lagipula sepertinya hidupku sama saja dengan tak bersuami. Laki-laki seperti Galih saja kok sampai segitunya dibanggain," ucapku santuy.

     "Kau merendahkan anak laki-lakiku, Kiara!" Bu Farah nampak tersebut emosi.

     "Tidak usah pakai emosi, Bu! Santai saja,"

     "Kau tidak menghargai perasaanku dan juga perasaan Galih, Kiara!" 

     "Bu, kalau ingin dihargai sepatutnya kalian belajar dulu bagaimana caranya menghargai. Apakah selama ini kalian menghargai perasaanku? Tidak sedikitpun. Sekarang tidak usah terlalu pandai bicara. Bikin pusing telingaku saja. Ibu tenang saja beberapa waktu ke depan aku yang akan menggugat cerai anak ibu. Dan aku akan menyerahkannya bulat-bulat sama Celine. Hal itu sangat tidak berat bagiku. Seberapa susahnya melepaskan laki-laki seperti Galih yang masih saja bertingkah seperti anak kecil yang masih berlindung di bawah ketiak ibunya," cibirku.

     Tahu rasa Bu Farah, dia belum tahu bagaimana taringku yang sebenarnya. Kena semprot dia kali ini.

Bersambung...

     

  

     

     

     

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Marlius Pertiwi
mantap Kiara......
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
bgs Kiara...kata2 itu mmg pantas untukX...rasain..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status