Clek ....
"Selamat datang, Nona. Anda dari mana?" tanya Flo, salah satu bodyguard Kirana.Kirana langsung tersenyum melihat Flo yang sedang merapikan ruang keluarga dengan mengenakan pakaian santainya."Dari rumah sebelah. Ada Kak Kyla. Dia datang membawa adiknya dan adiknya itu teman sekolahku. Ah ... bukan, ia bukan temanku. Ia hanya satu sekolah denganku, tapi aku berharap kami berdua akan akrab nantinya, hehehe."Flo tersenyum saat melihat Kirana yang tampak senang akan hal tersebut. "Saya juga merindukan Nona Kyla, apakah saya juga boleh menyapa beliau? Kita bisa membawakannya cookies yang baru di buat oleh Hatta. Bagaimana?"Kirana menolehkan kepalanya dan menganggukkan kepalanya antusias."Ide yang bagus. Itu bisa menjadi camilan mereka saat malam nanti. Aku berpikir mereka tidak mungkin sempat membuat makanan karena berberes-beres membutuhkan banyak waktu."Flo tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya sampai"Nona bisa tinggal di sini sendirian? Kami akan membantu Nona Kirana di sana dan menjaganya, jadi kami tidak bisa meninggalkan beliau." Hatta membukukan badannya sambil menatap Kyla cemas. "Tidak apa. Aku tahu jika Nona kalian rentan dari penculikan. Aku baik-baik saja di sini. Pergilah." Flo memberikan segelas jahe hangat dan menatap kondisi Kyla yang sangat buruk. Darah di kedua hidungnya seakan tidak mau berhenti. Ia terlihat kesakitan. "Aku baik-baik saja, Flo. Kamu tidak perlu cemas atau merasa bersalah karena harus meninggalkan aku. Kalian pergilah, aku akan memanggil kalian jika membutuhkan sesuatu." Kyla tersenyum dan meminta mereka pergi meninggalkannya seorang diri. Flo dan Hatta akhirnya pergi dengan berat hati dan meninggalkannya begitu saja. Drt ... drt .... Kyla menatap ponselnya dan melihat nama Afkar tertera di layar ponselnya. "Kenapa Kakak meneleponku?" "Halo ...." "Ky, Putra lari dari
Putra menatap Kyla dengan tatapan sedih. Setelah ia menangis beberapa waktu, Kakaknya itu hanya diam dan memperhatikan dirinya dalam diam. Kyla bahkan tidak tersenyum untuk menghiburnya, atau menertawakannya. Kyla hanya diam dan menatapnya lembut sambil membelai puncak kepala Putra sayang. "Kamu sudah tenang? Jika sudah, ada baiknya kita pulang ke rumah. Tadi Kirana dan kedua bodyguardnya ingin masuk, tapi karena kamu sedang bersedih jadi mereka menunggu di luar." Kyla menjelaskan dan membuat Putra mendenguskan napas kasar, menahan malu. "Seharusnya Kakak mengatakan padaku. Aku pasti akan berhenti menangis dan menenangkan diri. Jika Kirana melihatku dalam kondisi seperti ini, aku yang akan sangat malu jika bertemu dengannya nanti. Aku ini laki-laki, seharusnya aku tidak menangis. Apa lagi di depan seorang perempuan." Kyla memiringkan kepalanya bingung dan menatap adiknya dengan tatapan aneh. "Jadi kamu tidak menganggap aku seorang pe
Tok ... tok .... Seseorang mengetuk pintu rumah Kyla dini hari. Sementara Kyla yang masih bergelut dengan bantal dan selimutnya di dalam kamar harus terpaksa bangun dari tidurnya dan membukakan pintu untuk tamunya. 03:00 .... Kyla mendengus kasar dan berjalan cepat karena bel rumahnya tidak berhenti di tekan dalam kurun waktu 5 menit. "Siapa?" tanya Kyla, menatap CCTV yang ada di depan pintunya. Ia menatap adik lelakinya yang sudah mengenakan seragam lengkap serta membawa tas sekolahnya. Kyla menghela napasnya kasar dan menatap wajah Putra malas. "Tunggu di sana. Jangan ribut!" ucapnya, berjalan ke dalam kamarnya untuk mengambil jaket dan baru membuka pintu rumahnya untuk Putra. Clek .... "Kenapa kamu sudah di sini? Ini baru jam 03:00 pagi, biasanya kamu selalu kesiangan. Tadinya aku yang ingin ke sana untuk membangunkan kamu, tapi kamu malah datang ke sini." Kyla berjalan masuk ke dalam rumahnya dan dud
"Menyedihkan sekali cinta bertepuk sebelah tanganmu itu." "Kamu!!" Arjun langsung bangkit dari tempatnya dan menatap tajam ke arah Zafar yang tengah tersenyum culas mencibirnya. "Dari dulu memang kita berdua tidak bisa berteman. Lebih baik kamu pergi dari sini. Atau pindah sana ke tempat duduk lainnya. Aku tidak mau melihat wajahmu. Selera makanku bisa hilang jika aku terus menatap wajah itu, menjijikkan!" pekik Arjun, menatap hina. Zafar hanya tersenyum remeh dan berdiri. Ia pergi menuju bangku Kyla yang entah sejak kapan sudah mengalami sedikit keributan di sana. "Lepaskan! Saya memiliki urusan mendadak. Saya sudah meminta maaf, seharusnya Anda mengerti dan tidak menahan saya. Jika Anda mengatakan saya hanya berdalih, tidakkah ekspresi wajah saya terlalu bagus untuk sekedar di buat akting?" Kyla menatapnya tajam dengan rahang mengeras. "Anda tidak bisa seperti ini. Saya sudah meluangkan waktu di hari yang padat ini. Bahkan kita bar
"Terima kasih sudah mengantarku. Kamu bisa– kenapa kamu turun?" tanya Kyla, menatap Zafar yang ikut turun begitu ia turun dari mobilnya. "Aku juga ingin tahu Bibimu. Boleh? Aku akan beli sesuatu di sana." Zafar menunjuk sebuah toko roti yang ada di deretan gedung seberang rumah sakit. "Kamu bisa pergi terlebih dahulu. Aku akan memberi tahumu jika aku sudah kembali. Kamu bisa tunjukan di mana kamarnya," lanjutnya. Kyla pun mengangguk mengerti dan meninggalkan Zafar. "Jangan terlalu lama. Kamu harus segera pulang sebelum gelap, oke?" serunya, berbalik sejenak menatap Zafar. Zafar menganggukkan kepalanya dan melambaikan tangannya sejenak sebelum akhirnya ia pergi ke tempat tujuannya. Kyla mengembuskan napasnya dan mulai berjalan memasuki gedung rumah sakit untuk menjenguk Bibinya. Kyla berjalan mendekati sebuah ruangan yang sudah di beri tahukan oleh salah satu teman Bibinya saat di telepon tadi. Mengembuskan napas k
"Bagaimana ya?" Zafar menatap Kyla sambil menaikkan sebelah alisnya karena Kyla baru saja menggantungkan perkataannya. "Aku akan membatalkannya. Pernikahan atau pun kencan buta. Mungkin aku memang tidak di perbolehkan menikah hehe ... em, keputusan yang egois. Mungkin Tuhan tidak senang. Benar, kan?" Zafar menatap wajah Kyla yang sedih dengan tatapan fokus sampai lupa untuk berkedip. "Lalu, bagaimana jika kamu mengembalikan statusku untuk menjadi calon suamimu? Bagaimana? Boleh??" *** Zafar menatap wajah Kyla yang terlihat terpaku setelah ia mengatakan hal tersebut. Namun beberapa saat kemudian Kyla tersenyum dan mengetuk kening Zafar pelan. "Jangan bercanda. Sudahlah, lebih baik kamu pulang agar besok tidak terlambat ke kampus. Sekarang aku akan mengurus Bibi." Kyla mendorong Zafar pelan dan membuat jarak di antara mereka cukup lebar. Zafar menatap ke arah Kyla dengan pandangan lekat. Lelaki itu hanya diam dan memandangnya cukup lama.
Sesuai dengan perkataan Afkar kemarin. Hari ini mereka akan melakukan pertemuan kedua keluarga. Namun sebelum itu, Afkar dan Zafar akan bertemu terlebih dahulu secara terpisah untuk membicarakan sesuatu. Afkar sudah menunggu selama kurang lebih 5 menit. Ia duduk di dalam sebuah Cafe taman yang jaraknya tidak jauh dari tempat asli pertemuan kedua keluarga mereka. Ia duduk di dekat sebuah pohon besar sambil menikmati beberapa potong Sandwich dan segelas teh blueberry. 3 menit kemudian, Zafar datang dengan langkah sedikit terburu-buru karena ia tahu jika dirinya sudah terlambat hampir 10 menit dari waktu yang di janjikan. "Kak," Zafar langsung duduk di hadapan Afkar yang memandangnya dengan tatapan lelah saat melihatnya terengah-engah. "Kenapa terlambat?" "Di kampus ada sedikit urusan. Maafkan aku," jawab Zafar, masih berusaha mengontrol napasnya. Afkar hanya bisa memaklumi hal itu. Karena ia tahu bagaima
Clek .... Kyla membuka pintu dan memandang seorang lelaki paruh baya, satu putri dan menantunya. Lelaki parah baya itu tersenyum lembut saat mendapati wajah calon menantunya sudah berada di depan pintu dengan tersenyum tipis. "Selamat siang, Paman!" ucap Kyla, tampak antusias dan itu terlihat sangat manis untuknya. Lelaki itu balas tersenyum dan memandang wajah Kyla dengan ramah. "Panggil saja aku Ayah, Nak. Mulai sekarang kamu adalah Putri kecilku, selamat dat–" Bruk!! Kyla terduduk di lantai dan membuat semua orang terkejut. Untung saja Gavin (calon mertua Kyla) menangkapnya dan membuat Kyla tak sampai membentur lantai dengan keras. Kyla tampak kesakitan. Itu membuat Rian dan Rava langsung panik. Untungnya, Putra dengan tenang memberikannya obat dan air mineral. Kyla langsung meminum obat tersebut dan beberapa saat kemudian ia menjadi cukup tenang dengan napas yang mulai teratur. Huff ....