Share

Hold Back

Mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Gadis bersurai hitam dengan manik mata coklat gelap itu pun mulai sadarkan diri setelah sekian lama.

Menatap lampu ruangan yang bersinar menerangi ruangan tempatnya berbaring, manik mata coklat gelap milik Kyla yang masih terasa buram, tiba-tiba menjadi sakit.

"Ugh.." 

Kyla merintih. Ia langsung mengarahkan punggung tangannya ke arah atas wajahnya. Menutupi kedua bola matanya dari sengatan cahaya lampu yang membuatnya silau.

Clek..

Suara daun pintu terbuka. Ia menolehkan kepalanya dan menatap wajah seorang gadis berambut panjang dengan senyuman manis yang bertengger di bibirnya.

Buram. Saat itu Kyla hanya bisa mengenali perawakan kakak perempuannya dengan senyum gembira. 

Ternyata kakak sudah pulang. Ibu dan Ayah pasti ada di luar menungguku, batin Kyla, merasa senang sendiri.

Namun saat Kyla mengerjapkan matanya dan penglihatannya mulai jelas. Yang ia lihat bukanlah lagi perawakan kakaknya. Namun hanya seorang suster yang berusia paruh baya, tengah berjalan menghampiri dirinya.

"Kamu sudah bangun nak. Apakah ada yang sakit?!" tanya suster wanita itu, mengecek semua benda-benda yang melekat di tubuh Kyla.

Mengerjapkan matanya polos. Beberapa saat Kyla hanya termenung. Diam dengan menatap wajah suster perempuan yang tengah berdiri di samping ranjangnya.

"Suster. Diaman Bibi Nasra?!"  tanya Kyla, langsung membuat perawat wanita itu terdiam.

"Em.. Bibi Nasra sedang tidur. Nanti kalau nona Kyla sudah sembuh dan baikkan. Suster akan mengantar nona Kyla ke sana," ucap wanita itu, dengan mengulas sebuah senyuman manis.

Terdiam beberapa saat. Perawat perempuan itu menjadi sedikit tidak enak hati karena telah membohongi seorang gadis kecil yang bahkan tidak sampai setinggi pinggangnya.

Namun Kyla kecil hanya bisa tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya antusias. 

Kata ibu, kita harus menurut dengan dokter dan suster ketika kita sedang sakit. Karena mereka berdua pasti melakukan sesuatu hal baik agar kita cepat sembuh. 

Jadi Kyla kecil hanya bisa tersenyum dan menuruti kemauan suster perempuan yang sedang berusaha menghibur dirinya ini.

"Baiklah. Kalau begitu nona Kyla tidur dulu ya. Nanti jam 12.00 siang suster Rini akan mengunjungi nona. Nona makan dengan suster Rini ya?!" tanya suster itu, tersenyum sambil mengangguk-angguk kepalanya. Membujuk Kyla kecil yang sedang memandangnya dengan ekspresi wajah polos.

"Baik. Em.. kalau nama suster siapa?!" tanya Kyla, bangkit dari tidurnya dan duduk dengan mendongakkan kepalanya memandang wajah perawat itu.

"Nama saya? Nama saya Ratih nona. Nona bisa memanggil saya suster Ratih," ucap wanita berusia 45 tahun itu, mengelus-elus puncak kepala Kyla sayang.

Miris. Dada Ratih terasa sangat sesak ketika ia harus berbohong dan menyembunyikan sebuah fakta yang sangat besar mengenai keluarga gadis kecil di hadapannya.

Dan Kyla yang mendapatkan perlakukan lembut seperti itu hanya bisa tersenyum manis sambil menikmati sensasi belaian lembut di puncak kepalanya.

"Kalau begitu, suster Ratih pergi dulu. Dan ini. Ada boneka beruang nona Kyla yang di titipkan oleh Suster Rini. Jika Anda bangun, beliau berpesan agar saya memberikannya kepada nona," ucap Suster Ratih, mengambil sebuah Paper Bag yang ada di samping nakas sebelah ranjang Kyla. Dan mengeluarkan sebuah boneka beruang berwarna coklat.

"Pimi.." seru Kyla, merentangkan kedua tangan kecilnya untuk menyambut kedatangan boneka beruang berwarna coklat kesayangannya.

Suster Ratih pun memberikan boneka itu kepada Kyla dan ikut tersenyum senang. "Oke, kalau begitu suster keluar dulu ya. Nona Kyla jangan main jauh-jauh ya?!" 

Menganggukkan kepalanya antusias. Kyla kecil pun melambaikan tangannya ketika melihat kepergian suster Ratih.

Dan setelah itu, Kyla hanya berdiam diri di kamar sambil menunggu jam makan siang datang. Dan ia pasti akan segera bertemu dengan bibinya, Bibi Rini. Bibi yang jarang sekali bermain ke rumah Kyla karena jadwal pekerjaannya yang padat.

Jam makan siang..

Matahari sudah terlihat sangat terik. Lampu kamar Kyla yang tadi menyilaukan sudah di matikan oleh seorang dokter dan sebagai gantinya, jendela kamarnya dibuka agar cahaya matahari bisa masuk ke dalam ruangannya yang sedikit gelap.

Duduk di sebuah sofa yang ada di samping bingkai jendela, Kyla kecil memandang ke arah luar jendela dan hanya diam memperhatikan langit biru dengan gumpalan-gumpalan awan putih yang tampak bergerak secara perlahan-lahan di sana.

Mengayun-ayunkan kaki kecilnya yang tidak sampai menyentuh lantai. Kyla kecil hanya bisa termenung merindukan keluarga kecilnya yang entah berada di mana mereka sekarang.

Padahal Kyla sangat merindukan kedua orang tua dan kakak perempuannya. Sudah 2 bulan mereka tidak bersua dan sekarang malah ada kejadian seperti ini. Itu membuat hati Kyla benar-benar merasa sedih.

Tik.. tik.. tik..

Suara jarum jam yang berdenting, memenuhi ruangan kamar Kyla yang terlihat sunyi. 

Clek..

Seorang wanita muda, yang sekiranya berumur 24 tahun mencelingukkan kepalanya ke dalam kamar keponakan kecilnya. 

"Key!" panggil wanita itu, membuat kedua manik mata Kyla menatap wajahnya dengan mata yang berbinar-binar.

Sebelum melihat wajah manisnya, Kyla bahkan sudah mengetahui siapa wanita itu. 

Tentu saja itu Bibinya. Bibi Rini. Wanita muda berusia 24 tahun yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai lupa jika dirinya akan menikah 3 bulan ke depan.

Tidak bisa bergerak dengan sembarangan karena tubuhnya sedang di infus. Gadis kecil itu hanya bisa merentangkan tangannya dan menyambut pelukan Bibi Rini yang langsung menghampirinya dan memeluknya erat.

"Sayang.." ucap Bibi Rini, membelai-belai bagian belakang Kyla dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Memang benar jika Bibinya yang satu ini jarang berkunjung ke rumah. Namun bukan berarti ikatan persaudaraan mereka buruk. 

Bahkan, walaupun Bibi Rini selalu sibuk bekerja. Kadang-kadang jika ia ada waktu, ia selalu menyempatkan diri untuk menengok kedua keponakannya dengan membawa oleh-oleh yang mereka berdua sukai.

Dan setelah 1½ bulan tidak bertemu. Akhirnya mereka berdua bisa bertemu walaupun dengan keadaan seperti ini.

Menangis. Bibi Rini tiba-tiba terisak pelan. Dan itu membuat gadis kecil seperti Kyla hanya bisa terdiam dan kebingungan.

"Mulai sekarang Kyla tinggal sama Bibi ya?!" ucap Bibi Rini, dengan menatap Kyla kecil yang memandangnya dengan tatapan polos dan tidak mengerti apa-apa mengenai keadaannya.

"Kenapa Bi? Memangnya Mama sama Ayah pergi keluar kota lagi untuk bekerja? Lalu kakak bagaimana? Aku juga belum melihat Bibi Nasra. Tadi aku akan datang dengan Bibi Nasra untuk menjemput Ayah, Mama dan Kakak?!" ucap Kyla, dengan memandang wajah Bibi Rini yang sudah memerah karena terlalu lama menangis.

Menatap Kyla yang polos dan ringkih. Bagaimana aku i bisa mengatakan jika kedua orang tua dan kakaknya sudah tiada karena kecelakaan pesawat yang menimpa mereka?! 

Dan bagaimana bisa aku mengatakan jika keadaan Bibi Nasra sekarang ini sudah sangat memperhatikan. Bahkan harapannya untuk  bertahan hidup sanggatlah tipis.

Menatap Kyla kecil dengan ekspresi pedih. Lihat Rini terasa kelu untuk menyampaikan kabar duka tersebut. Yang mampu ia katakan hanya sebuah permintaan maaf, di sela-sela tangisnya.

"Maafkan Bibi. Sungguh... maaf Bibi bersalah, Kyla!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status