Keesokan harinya di saat Kim Hanna sudah pulang ke rumah dan sehat sepenuhnya, gadis itu mulai kelayapan. Ia melangkah pergi begitu saja usai memesan taksi online yang membawanya selamat sampai tujuan. Taksi itu berhenti di sebuah rumah tingkat yang sebenarnya kini adalah rumahnya namun belum hendak ia miliki. Langkahnya membawanya masuk ke rumah kosong terawat itu. Ia membuka rumah menggunakan kunci yang tersimpan di tempat rahasia sesuai keterangan si pembeli rumah beberapa minggu lalu. Klik. Rumah itu terbuka, sepi, tidak ada seorang pun. Dengan harap-harap cemas, ia mengirimkan sebuah pesan pada seseorang yang berhasil membuatnya yakin akan rasanya. Di luar sana, Jacob terkejut. Ia membaca cepat sebuah teks yang dikirimkan oleh Kim Ai Rin. From : Kim Ai Rin Aku di tunggu di rumah kemarin. Tanpa pikir panjang, Jacob langsung membatalkan semua pertemuannya hari ini lalu meluncur cepat ke kediamannya. Setibanya di sana, ia masuk dengan tidak sabaran sampai masih menggunakan se
Oktober, 2022.Di luar sana hujan begitu deras, kilat menampakkan sinarnya, dan petir memperdengarkan bunyinya. Banyak yang terjebak di jalanan, beberapa pemotor terpaksa untuk berhenti di pinggiran sampai menunggu hujan reda. Namun berbeda dengan sepasang kekasih yang sedang kasmaran itu.“Hufth,” hela gadis berambut panjang itu, sambil menatap sendu laki-laki yang kini di sampingnya. “Kenapa? Kepikiran apa?” tanyanya sambil membelai rambut gadis bernama Airin tersebut.Airin menghela napasnya dengan dalam. “Yang kita lakukan ini salah kan?”Mendengar pertanyaan Airin, lelaki bernama lengkap Kairan Valo itu tak menjawab. Ia ikut hening dan hanya bisa tersenyum simpul.“Kalau Mama aku dan Papa kamu tahu hubungan kita, gimana?”Kairan masih diam.cerita ini banyak mengalami penyuntingan oleh author.“Apa kita sudahi saja hubungan kita?”Kairan menggeleng cepat. “Nggak mungkin, aku nggak bisa lepasin kamu.” Lelaki itu semakin erat memeluk sang gadis.Airin kini yang terdiam, ia tahu Ka
Juli, 2022."Sama siapa lagi sih, Ma?" tanya gadis berparas oriental itu sambil duduk di sebelah Ibunya yang kini asik menata beberapa alat makeup dengan jumlah begitu banyak. Wanita berumur empat puluh delapan tahun itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari putri semata wayangnya. Tak bisa ia bendung, hari ini perasaannya begitu bahagia setelah hampir enam tahun lamanya tidak merasakan kehangatan di dalam hati. "Ma, Airin nanya di jawab dong," desak gadis itu lagi, memandang Ibunya kesal. "Ada deh, nanti Mama kenalin ya, sayang." Airin mendengus kesal, bukannya ia tidak setuju Ibunya yang bernama lengkap Kim Hanna blasteran Korea-Indonesia itu akan menikah lagi, tetapi ini sudah kesekian kalinya. Meski hampir berkepala lima, Kim Hanna memang memiliki paras wajah yang awet muda seperti wanita usia tiga puluhan. Tak heran masih banyak laki-laki yang menyukainya. "Ma, setahun ini Mama udah kenalin Airin sama dua cowok loh, jadi ini cowok ke tiga tahun ini?" tanya Airin, wajahn
Ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon. Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya. Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. * naskah ini sudah dihapus / diedit acak penulis krn tidak bisa dihapus manual me
Hanna meninggalkan Airin, ia melangkahkan kakinya setapak demi setapak dari rumah tinggalnya ke bangunan sebelah yang disulap menjadi sebuah salon. Bangunan rumah Hanna dan salon tersebut masih satu halaman, bisa dikatakan rumah keluarga Kim memang luas. Salon yang di beri nama Kim Salon tersebut sudah berdiri sejak Kim Hanna menikah dengan Ayah Airin, pasalnya Hanna memang menekuni bidang kecantikan sejak dulu. Jadi saat Ayah Airin sudah meninggal, Hanna tidak terlalu bingung untuk mencukupi kebutuhan hidupnya karena ia juga memiliki penghasilan sendiri yang bisa dibilang di atas rata-rata setiap bulannya. Tidak hanya salon, halaman luas keluarga Kim dijadikan sebagai toko bunga, begitu indah seperti taman yang ada di film-film Disney. Berbagai bunga dan pohon-pohon kecil tumbuh dari depan hingga teras belakang, sehingga siapa saja betah berada di sana. Dari dua penghasilan itulah Hanna bisa hidup berkecukupan sampai saat ini. * Malam yang sudah Airin tunggu-tunggu karena rasa pen
Krek. Dalam sekali gerakan, pintu kamar mandi itu terkunci. “Kamu sengaja kan buat aku nggak nyaman kaya gini biar aku akhirnya benar-benar menentang hubungan orang tua kita?” tanya Airin pada sosok bertubuh tinggi yang kini kembali mengunci tubuhnya. Kairan mengangguk. “Kamu bisa bayangin kan kalau aku jadi kakak tiri kamu gimana nasib kamu sehari-hari harus bertemu dengan cowok kaya aku?” “Tch, di depan wartawan sok suci. Nyatanya brengsek!” ucapnya berapi-api. Airin tidak pernah sebenci ini pada orang, baru kali ini. Melihat senyum setan di wajah Kairan, Airin memberanikan dirinya. Ia malah memajukan wajahnya dengan sedikit berjinjit agar bisa menyamai tinggi badan Kairan. “Kamu pikir aku takut sama ancaman kamu?” tantangnya lagi. Gadis itu memicingkan matanya, ia ikut melayangkan devil smile-nya pada Kairan. “Aku nggak akan biarin orang tua kita menikah,” ucap Kairan lagi. “Aku yang harus menikah sama kamu.” Mendengar kalimat itu, alis Airin sedikit naik. “GILA!” katanya ke
Kairan kembali mengendarai mobilnya, selama di dalam mobil dia benar-benar kesal apalagi terkait pembicaraan Airin dan Tristan karena ia takt ahu sama sekali hubungan dua orang tersebut. Kairan bingung, sejauh mana sudah sebenarnya Airin pernah berpacaran? Apakah gadis di sebelahnya ini sama dengan gadis-gadis nakal di luaran sana yang ganti-ganti pasangan dan hanya pura-pura polos? Karena emosi dan penuh pertanyaan, Kairan Valo menghentikan mendadak mobilnya saat baru melintas gerbang utama perumahan. Ia menghentikan mobilnya itu di taman utama perumahan yang masih ramai akan pengunjung. “Dia tadi siapa?” tanya Kairan tiba-tiba. “Bukan urusan kamu.” “Ini urusan aku,” tangkapnya. “Jawab pertanyaan aku!” “Apa hubungannya sama kamu?” tanya balik Airin. “Masalah hidup aku nggak ada hubungannya sama kamu, Kairan Valo.” “Aku nggak pernah biarin milik aku, dimiliki orang lain.” Bola mata Airin membelalak. “Kamu milik aku, Kim Ai Rin!” “Aku bukan milik kamu, Kairan Valo! Aku tau kamu
Kairan Valo dan Yoseph Valo beserta beberapa pekerja di kebun keluarga Kim bekerja keras memindah beberapa pot kembang agar terlihat berbeda. Kairan begitu kuat, ia mampu mengangkat pot besar itu sendiri padahal yang lain harus berdua. Sedangkan Yoseph, baru tiga kali mengangkat sudah ngos-ngosan dan berkeringat. Di sebelahnya ada Kim Hanna yang memijat-mijat sambil mengipasi Yoseph. “Darling capek ya, maafin ya darlingku.” “Maklum darling, udah berumur nggak sekuat jaman muda. Hufh, hufh …,” candanya. “Tuh Kairan, nggak ada capeknya tuh.” Kim Hanna menatap arah pandangan Yoseph, ia tersenyum. “Beruntungnya Airin punya kakak kaya dia.” Yoseph mengangguk. “Jadi nggak sabar buat menikah.” “Ih, darling!” Pukul setengah tujuh pagi, keluarga Kim dan keluarga Valo duduk di kursi meja makan, menyantap beberapa makanan yang tersaji. Berbeda dengan Yoseph dan Hanna yang suap-suapan di mabuk asmara, yang terjadi pada Airin adalah kecanggungan karena duduk bersebelahan dengan Kairan. Sedan