Beranda / Thriller / Black Shadow / Bab 7 : Kamu Mau Mati?

Share

Bab 7 : Kamu Mau Mati?

last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-05 15:42:45

Setelah satu jam Cindy mengerjakan pekerjaannya. Dia merasa tubuhnya sangat lelah dan segera mengistirahatkannya, untung saja semua pekerjaannya sudah beres hingga dia bisa bersantai sejenak. 

Cindy yang memang bergantung pada pekerjaan ini, bekerja tanpa henti agar bisa digaji lebih tinggi oleh Wina, sang pemilik toko. Dia juga menjadi karyawan amanah sang pemilik toko, makanya dia sering diberikan makanan gratis oleh Wina karena jujur dan sangat membantu. 

Cindy menyeka keringat yang membanjiri keningnya. Kedua tangannya aktif mengibas untuk menghilangkan hawa panas di tubuhnya, setelah bekerja cukup keras. 

"Huufff, lelahnya," ucapnya sembari mengibas baju kausnya, menyenderkan tubuhnya di bangku kasir. 

Terdengar pintu kaca toko itu dibuka pelan. Cindy lekas berdiri, saat melihat pelanggan masuk ke tokonya. Dia menundukkan kepala sedikit. 

"Selamat datang," ucapnya sembari tersenyum ramah pada pelanggan yang wajahnya belum terlihat olehnya. 

Cindy begitu ramah melayani setiap pelanggan yang mendatangi toko itu. Dia tidak pernah bosan untuk tersenyum kepada siapapun yang mampir ke sana, meski terkadang para pelanggan yang datang dia merespon dirinya dengan baik.

Setidaknya Cindy bersikap demikian, selain memang dia yang ramah, dia ingin membuat para pelanggan senang dengan pelayanannya dan betah belanja di toko itu. 

"Cindy, ibuk pergi dulu yah, jaga toko dengan baik," ucap Wina lalu tersenyum pada pelanggan yang baru saja masuk itu. 

"Iya, Bu. Hati-hati di jalan, Buk," balasnya ramah.

Toko menjadi sepi, Cindy seorang diri menjaganya. Dia akan memiliki teman jika malam mulai datang. Diraihnya buku yang sengaja diletakkan di laci kasir. Seandainya bosan, Cindy akan membacanya tanpa tahu ada pelanggan lagi yang masuk ke dalam toko tersebut.

"Selamat datang," ucap Cindy gegas berdiri menyambut pelanggan yang baru saja datang, setelah pelanggan sebelumnya pergi. 

"Astaga." Cindy menutup mulutnya dengan satu tangan, melihat siapa yang masuk ke dalam toko itu. 

"Haii miskin, ketemu lagi deh kita," sapa Nada tersenyum meledek. 

Sementara Kesya, memasang wajah angkuhnya. Melihat ke sekeliling toko itu dan memandanginya dengan jijik. Dan Tahnia sendiri sibuk melihat jajanan apa yang akan dia nikmati saat ini. 

Raut wajah Cindy mendadak berubah, melihat Kesya dan kedua temannya datang ke toko itu. Gadis itu ketakutan, dia seorang diri di sini, tidak akan ada yang membantunya. Meminta tolong pun pada Gilang, Cindy tidak mungkin berani, dia juga segan mengganggu aktivitas kekasihnya. 

Wajah pucat Cindy, sukses membuat Kesya tersenyum penuh kemenangan. Dia pun melangkah menghampiri gadis itu. 

"Ma-mau apa kalian ke sini?" Cindy akhirnya bersuara, dengan sedikit gugup dia melihat ke arah luar berharap ada yang datang membantu dirinya.

"Loh, memangnya kita nggak boleh yah belanja di sini, kita kan pelanggan. Ingat, pelanggan adalah raja loh," ucap Kesya pelan, tapi bagi Cindy, suara gadis itu bagaikan sebuat teror bom yang amat menakutkan.

"Boleh kan, kita mampir." Kesya semakin mendekat. Senyuman sinisnya semakin menakutkan bagi Cindy. 

"Bo-boleh," jawabnya gugup. 

Kesya tersenyum sinis, dia memundurkan kakinya dan tangannya mulai mengobrak-abrik jajanan serta barang-barang lain, terutama barang-barang yang baru saja disusun oleh Cindy tadi. 

Kesya, Nada dan Tahnia mengacau di toko itu. Mereka seolah-olah tidak peduli jika si pemilik toko nantinya akan marah, toh yang akan dimarahi adalah Cindy, bukan mereka. 

Cindy hanya bisa melihatnya dengan menahan tangis. Dia tidak berani melawan mereka bertiga. Dikeramaian saja, Cindy tidak berkutik melawan tiga gadis menakutkan itu. Apalagi di dalam toko yang jelas hanya dia seorang yang berada di sana. 

Kesya melangkah maju mundur, mengacaukan segala barang yang sudah tertata rapi. 

"Yuk teman-teman, kita cari makanan yang kita mau, kacau semuanya kalau barang yang kalian inginkan tidak ketemu." Kesya memerintah teman-temannya dan ikut mengacak-acak bungkusan makanan yang tersusun di raknya. 

Cindy mengepal tangannya menahan emosi. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan. Dia tarik nafas dalam, lalu menatap tajam ke depan. 

"Kesya, cukup. Hentikan semua ini." Sang punya nama seketika menghentikan aktivitasnya, kala merasakan sebuah tangan menghentikan kegiatannya. 

Kesya menoleh pada Cindy yang menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Dia murka, dia marah, lantas menatap gadis lemah itu tajam. 

"Kamu mau mati, hah?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Black Shadow   Bab 23 Amarah Kesya

    Gilang menyenderkan kepalanya ke meja, duduk termangu menatap kosong ke arah bangku Cindy. Pelajaran pertama yang diisi tanpa adanya kekasihnya itu, membuat Gilang malas mengikuti kelas. Dia berharap kekasihnya itu bisa masuk kelas setelah ini, agar dirinya bisa lebih semangat mengikuti kelas. Gilang menghela nafas panjang, mengusap wajahnya kasar."Cindy lagi apa yah sekarang!" pikirnya berharap bisa masuk ke UKS tanpa ada halangan dari Retno, yang dia pahami juga menaruh rasa pada kekasihnya itu.Kesya yang baru saja masuk ke dalam kelas, diikuti Nada dan Tania. Menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu. Sorot matanya melihat Gilang yang tiada semangat, dengan mata pria itu menatap bangku Cindy yang kosong.Kesya geram, dia langsung melangkah ke arah Gilang yang memperhatikan bangku Cindy sekilas. Dia pun duduk di bangku Cindy, lalu melihat ke arah pria itu dengan senyuman terbaiknya."Gimana, aku cantik kan. Sampai se

  • Black Shadow   Martin Internasional High School

    Cindy terduduk di lantai, dia menunduk malu diperlakukan demikian rendah oleh Kesya. Hati kecilnya berbicara untuk melawannya, tapi tetap saja dia tidak mampu untuk melawan. Beberapa siswa yang lewat didekatnya, hanya acuh pada gadis itu. Bahkan diantara mereka ada yang dengan sengaja ikut mengoloknya. Toh, mereka memang tidak ingin dekat dan tidak peduli dengan anak seperti Cindy yang miskin dan juga yatim piatu. Begitu rendah levelnya di sekolah itu. Kadang mereka juga berpikir, mengapa anak seperti itu bisa disekolahkan di tempat yang berkelas seperti Martin Internasional High School.Ya, sekolah yang hanya dihuni oleh orang-orang kaya, anak-anak dari pengusaha atau sebangsa dengan itu. Seperti Kesya yang merupakan anak CEO perusahaan tekstil terkenal yang sukses mengekspor produk mereka ke berbagai negara.Atau Nada yang merupakan anak dari pemilik restoran mewah, dengan cabang yang sudah tersebar hampir di pulau Sumatera.Sekolah Martin Intern

  • Black Shadow   Bab 21 : Yuna Dilema

    Yuna yang terpisah selama 7 tahun dengan keluarganya. Dia yang memang tidak tahu keberadaan kedua orang tuanya, hanya bisa menerka-nerka. Apakah toko yang saat ini, toko yang dijaga oleh sang adik kembar adalah milik keluarganya atau bukan. Untuk memastikan hal itu, Yuna segera masuk ke dalamnya. Berpura-pura menjadi pelanggan.Langkahnya mengitari isi toko, awalnya Yuna hanya memperhatikan saja barang-barang yang dia butuhkan, dan berniat menunda untuk membeli, sembari mencari apakah benar keluarganya tinggal di sini atau bukan. Mencari keberadaan papa dan mamanya yang selama 7 tahun tidak pernah berjumpa. Rindu, jelas ada di hati Yuna, tetapi dia tidak ingin terlalu berharap, karena dirinya juga menanamkan kebencian pada kedua orang tuanya. "Sepertinya ini hanya toko biasa deh. Tidak ada tempat tinggal di dalamnya," ucap Yuna dalam hati dan tetap berkeliling tanpa mengambil apapun. Cindy memperhatikan gerak gerik Yuna dari tempat kasir. Dia menaruh kecurigaan pada gadis itu, diperh

  • Black Shadow   Bab 20 : Penasaran

    Yuna terisak dalam tangisnya. Menolak takdir yang begitu kejam padanya. Bodohnya, dia yang seharusnya marah pada Mr. P karena pria tua itu lah keluarganya berpisah, justru dia sekarang hidup bahagia bersama pria itu.Namun, juga ada rasa syukur dalam diri Yuna, di mana Mr. P yang seorang pembunuh bayaran, tidak membunuhnya. Justru pria itu membesarkannya dan membuatnya menjadi wanita tangguh dengan melakukan berbagai pelatihan dan tantangan sejak dari kecil. Meski Yuna harus mengorbankan masa kanak-kanaknya yang seharusnya menikmati bangku sekolah seperti anak biasanya. Sementara dirinya, tidak sama sekali. Di tengah kegalauan Yuna yang teringat masa lalunya yang kelam, hingga membuat dirinya memasuki dunia kejam seperti sekarang. Ponselnya berdering, membuyarkan lamunannya. Yuna pun bangkit dan mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Mr. P menghubunginya. "Yuna, kamu di mana sekarang?" tanya Mr. P panik. "Di kontrakan," jawab Yuna singkat. "Masalah misi kemarin, jangan kamu

  • Black Shadow   Bab 19 : Kakak Dimana?

    *FLASHBACK*"Pa, Ma," teriak Nindy kecil, menangis sembari terduduk di jalanan. Menatap mobil hitam yang membawa pergi keluarga kecilnya, meninggalkan dia seorang diri di sana. "Papa, Mama, Nindy ikut," teriaknya terus. "Cukup!! Percuma kamu memanggil mereka. Kamu hanya sebagai tumbal bagi mereka, supaya mereka selamat. Berhenti menangis, atau kamu mau mati seperti dua mayat di rumah mu itu, hah!!" tegas Mr. P. Entah mengapa pria tua itu setia menunggu Nindy, berharap gadis kecil itu ikut dengannya saat ini. Langit sudah menurunkan tetesan air matanya. Membasahi tubuh mungil Nindy yang tidak beranjak. Sementara Mr. P, duduk memperhatikan targetnya itu dari dalam mobilnya, sembari tangan kanannya terus memegang rokoknya. Nindy pun merasakan perih di lututnya, berdarah, pun juga merasakan sekujur tubuhnya perih. Perutnya yang terasa lapar, berbunyi, hingga dia pun memutuskan untuk mengikuti kemauan Mr. P. "Bagus. Pilihan kamu tepat," ucap Mr. P melihat Nindy yang tanpa disuruh, masu

  • Black Shadow   Bab 18 : Andai dulu

    Di tengah kegalauan yang Yuna rasakan, ponselnya berdering, segera membuyarkan lamunannya yang saat ini masih memikirkan tentang sang adik setelah sekian tahun tidak pernah berjumpa. "Hallo," jawabnya ketus. "Hallo Yuna, kamu di mana sekarang?" tanya Mr. P dari sebrang, dari nada suaranya, pria nyaris tua itu tampak sedikit panik. "Di kontrakan. Memangnya ada apa?" jawab Yuna santai. Dia pun bangkit menuju dapurnya, mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya. "Kamu sendirian di sana? Gawat, gawat. Kamu harus tetap bersembunyi, Yuna. Kamu tahu, Axel sudah tahu kamu membunuh Zaquile, ayahnya. Dia marah besar dan segera bertindak dengan menyuruh asistennya Broto mencari keberadaanmu," jelas Mr. P panjang lebar. Yuna menelan salivanya susah payah. Dia sudah tahu, dan mengira ini sebelumnya, bahkan bukankah tadi dirinya hampir saja kehilangan nyawa oleh anak buah Axel yang terlalu banyak itu. "Yuna, carilah tempat yang aman. Pindah segera dari sana. Papa cemas dengan kamu. Sea

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status