Share

Bab 7 : Kamu Mau Mati?

Setelah satu jam Cindy mengerjakan pekerjaannya. Dia merasa tubuhnya sangat lelah dan segera mengistirahatkannya, untung saja semua pekerjaannya sudah beres hingga dia bisa bersantai sejenak. 

Cindy yang memang bergantung pada pekerjaan ini, bekerja tanpa henti agar bisa digaji lebih tinggi oleh Wina, sang pemilik toko. Dia juga menjadi karyawan amanah sang pemilik toko, makanya dia sering diberikan makanan gratis oleh Wina karena jujur dan sangat membantu. 

Cindy menyeka keringat yang membanjiri keningnya. Kedua tangannya aktif mengibas untuk menghilangkan hawa panas di tubuhnya, setelah bekerja cukup keras. 

"Huufff, lelahnya," ucapnya sembari mengibas baju kausnya, menyenderkan tubuhnya di bangku kasir. 

Terdengar pintu kaca toko itu dibuka pelan. Cindy lekas berdiri, saat melihat pelanggan masuk ke tokonya. Dia menundukkan kepala sedikit. 

"Selamat datang," ucapnya sembari tersenyum ramah pada pelanggan yang wajahnya belum terlihat olehnya. 

Cindy begitu ramah melayani setiap pelanggan yang mendatangi toko itu. Dia tidak pernah bosan untuk tersenyum kepada siapapun yang mampir ke sana, meski terkadang para pelanggan yang datang dia merespon dirinya dengan baik.

Setidaknya Cindy bersikap demikian, selain memang dia yang ramah, dia ingin membuat para pelanggan senang dengan pelayanannya dan betah belanja di toko itu. 

"Cindy, ibuk pergi dulu yah, jaga toko dengan baik," ucap Wina lalu tersenyum pada pelanggan yang baru saja masuk itu. 

"Iya, Bu. Hati-hati di jalan, Buk," balasnya ramah.

Toko menjadi sepi, Cindy seorang diri menjaganya. Dia akan memiliki teman jika malam mulai datang. Diraihnya buku yang sengaja diletakkan di laci kasir. Seandainya bosan, Cindy akan membacanya tanpa tahu ada pelanggan lagi yang masuk ke dalam toko tersebut.

"Selamat datang," ucap Cindy gegas berdiri menyambut pelanggan yang baru saja datang, setelah pelanggan sebelumnya pergi. 

"Astaga." Cindy menutup mulutnya dengan satu tangan, melihat siapa yang masuk ke dalam toko itu. 

"Haii miskin, ketemu lagi deh kita," sapa Nada tersenyum meledek. 

Sementara Kesya, memasang wajah angkuhnya. Melihat ke sekeliling toko itu dan memandanginya dengan jijik. Dan Tahnia sendiri sibuk melihat jajanan apa yang akan dia nikmati saat ini. 

Raut wajah Cindy mendadak berubah, melihat Kesya dan kedua temannya datang ke toko itu. Gadis itu ketakutan, dia seorang diri di sini, tidak akan ada yang membantunya. Meminta tolong pun pada Gilang, Cindy tidak mungkin berani, dia juga segan mengganggu aktivitas kekasihnya. 

Wajah pucat Cindy, sukses membuat Kesya tersenyum penuh kemenangan. Dia pun melangkah menghampiri gadis itu. 

"Ma-mau apa kalian ke sini?" Cindy akhirnya bersuara, dengan sedikit gugup dia melihat ke arah luar berharap ada yang datang membantu dirinya.

"Loh, memangnya kita nggak boleh yah belanja di sini, kita kan pelanggan. Ingat, pelanggan adalah raja loh," ucap Kesya pelan, tapi bagi Cindy, suara gadis itu bagaikan sebuat teror bom yang amat menakutkan.

"Boleh kan, kita mampir." Kesya semakin mendekat. Senyuman sinisnya semakin menakutkan bagi Cindy. 

"Bo-boleh," jawabnya gugup. 

Kesya tersenyum sinis, dia memundurkan kakinya dan tangannya mulai mengobrak-abrik jajanan serta barang-barang lain, terutama barang-barang yang baru saja disusun oleh Cindy tadi. 

Kesya, Nada dan Tahnia mengacau di toko itu. Mereka seolah-olah tidak peduli jika si pemilik toko nantinya akan marah, toh yang akan dimarahi adalah Cindy, bukan mereka. 

Cindy hanya bisa melihatnya dengan menahan tangis. Dia tidak berani melawan mereka bertiga. Dikeramaian saja, Cindy tidak berkutik melawan tiga gadis menakutkan itu. Apalagi di dalam toko yang jelas hanya dia seorang yang berada di sana. 

Kesya melangkah maju mundur, mengacaukan segala barang yang sudah tertata rapi. 

"Yuk teman-teman, kita cari makanan yang kita mau, kacau semuanya kalau barang yang kalian inginkan tidak ketemu." Kesya memerintah teman-temannya dan ikut mengacak-acak bungkusan makanan yang tersusun di raknya. 

Cindy mengepal tangannya menahan emosi. Dia marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan. Dia tarik nafas dalam, lalu menatap tajam ke depan. 

"Kesya, cukup. Hentikan semua ini." Sang punya nama seketika menghentikan aktivitasnya, kala merasakan sebuah tangan menghentikan kegiatannya. 

Kesya menoleh pada Cindy yang menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Dia murka, dia marah, lantas menatap gadis lemah itu tajam. 

"Kamu mau mati, hah?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status