Seharian Wulan menangis di pinggir danau. Memikirkan nasib percintaannya yang tidak berbalas. Dia tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat di hadapannya. Dia hanya ingin menangis dan menangis. Pikirannya kosong dan wajahnya sangat kacau. Entah berapa lama Wulan menangis di tempat itu.
Hari sudah gelap dan para pengunjung pun sudah tidak ada lagi. Wulan beranjak dari tempat dia duduk menuju klub malam terbesar di kota itu.
Dia duduk di depan seorang bartender. Wulan terus saja menambahkan minuman keras itu ke dalam gelasnya hingga tak terasa dia sudah meminum belasan gelas minuman keras itu sampai mabuk dan setengah sadar.
Wulan terus saja meracau tidak jelas. Saat berjalan dia menabrak dada seorang lelaki gagah. "Kenapa kamu di sini? Kamu akan membujukku pulang? Kamu akan membatalkan pernikahanmu? Aku mencintaimu kak." Tangannya mengalung ke leher lelaki itu, wajahnya mendekat lalu mencium bibir lelaki itu dengan kaku.
Lelaki itu
Rayhan telah menunggu tuannya di ruang tamu untuk berangkat ke kantor bersama. Dari pagi Rayhan telah datang ke mansion. Ardy dan Anggun menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan. Rayhan bangkit berdiri dan berjalan mengikuti keduanya. "Duduklah Ray, kita sarapan bersama." Ucap Ardy kepada Rayhan yang hanya berdiri di sampingnya. "Hari ini kamu pergilah dengan pak Sukri untuk melihat suasana kampus dan lakukan daftar ulang. Aku sudah mendaftarkanmu untuk kuliah di universitas yang sesuai dengan jurusan yang kau inginkan." Kata Ardy kepada Anggun. Flash back on "Ini brosur-brosurnya tuan." Ucap Rayhan seraya memberikan brosur-brosur yang dibawanya kepada Ardy. Ardy mengambil brosur-brosur itu lalu memberikannya kepada Anggun. "Lihat-lihatlah dulu di mana kamu akan meneruskan jenjang pendidikanmu." Lanjut Ardy berbicara kepada Anggun. Anggun mengambil semua brosur- brosur yang diberikan kepadanya, memb
Ditempat lain Nadine yang melihat berita pernikahan Ardy melalui media massa merasa sedih dan tidak terima. "Aaaa..." Teriaknya seraya membuang barang-barang di kamarnya ke lantai. Semua barang di kamarnya hancur berantakan. "Kenapa kamu tidak mau menikahiku? Kenapa kamu tidak bisa memaafkanku? Kenapa? Kenapa Ardy?" Teriak frustasi Nadine. Walaupun tidak ada kata cinta di hatinya untuk Ardy, tapi dia menginginkan Ardy dan harta Ardy. Dengan menikahi Ardy, Nadine pasti bisa bersenang-senang setiap hari tanpa memikirkan masalah uang. Keadaan ekonomi keluarganya pun dapat teratasi. Awalnya keluarga Nadine selalu mendesak Ardy dan keluarganya untuk segera melakukan pernikahan setelah dilakukannya pertunangan. Akan tetapi Ardy merasa keluarga Nadine terlalu memaksa dan menekannya hampir setiap hari untuk segera menikah. Ardy mulai merasa curiga. Namun sebelum menyuru
Pernikahan Ardy dan Anggun dinyatakan sebagai pernikahan termegah tahun ini. Ijab qobul akan dilakukan pukul 9 siang di kediaman pribadi Ardy. Untuk resepsi pernikahan dilakukan di hotel bintang 5 miliknya pukul 5 sore. Berita pernikahan Ardy dan Anggun tersebar dengan cepat dan menghebohkan netizen selama 1 minggu ini. Pernikahan termegah dari raja bisnis seasia dengan seorang gadis desa. Banyak komentar-komentar yang menyudutkan Anggun. "Perempuan penggoda" "Perempuan itu hanya mau hartanya saja." "Cinderella" "Perempuan itu tidak pantas untuk seorang pangeran." "Aku sungguh iri dengannya wanita itu. Berdampingan dengan seorang raja bisnis." Perkataan netizen yang iri dan menyudutkan Anggun banyak mengisi kolom komentar pemberitaan pernikahan Ardy dan Anggun. Ardy yang membacanya sangat geram tetapi dibiarkannya karena melihat Anggun tidak terpengaruh dengan semua komentar-komentar itu. Selama ini Anggun tidak pernah
"Sayang, apa kamu lelah?" Pipi Anggun memerah karena Ardy memanggil dengan kata "sayang" lalu menundukkan wajahnya dan mengangguk pelan. "Sini mas pijitin." Ucap Ardy sambil menuntun Anggun menuju ranjang dan membaringkannya. Ardy mulai memijat dari kaki lalu semakin ke atas. Dia sengaja menaikkan daster yang di pakai Anggun dengan alasan untuk memudahkannya memijat sehingga terlihatlah paha mulusnya. "Kamu mau ngapain mas?" "Mau pijitin kamu sayang." "Mas Ardy modus." Gumam Anggun pelan tapi masih bisa didengar oleh Ardy. "Pejamkan matamu dan nikmati saja." Ucap Ardy sambil terus memijat. Ardy memijat pelan sambil meraba paha Anggun. Melihat Anggun yang telah memejamkan matanya, tangan Ardy mulai naik ke perut lalu naik ke area dada dari balik daster Anggun hingga tersingkap sampai dada. Ardy merem*s pelan kedua gunung Anggun hingga desahan keluar dari mulutnya. "Ssshhh" "Ssshhh" Desahan
Pagi hari di mansion Ardy terasa sepi tanpa ada kehadiran suaminya. Anggun meraba tempat tidur di sebelahnya kosong. Dia tidak menemukan Ardy. Anggun bangun, memunguti pakiannya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah segar, Anggun turun ke bawah untuk sarapan. "Bi, mas Ardy ke mana?" Tanya Anggun kepada seorang kepala pelayan. "Tuan Ardy sudah pergi ke kantor bersama tuan Rayhan dari jam 6 tadi nyonya." Jawab kepala pelayan itu. "Terima kasih bi" "Mungin ini ada kaitannya dengan masalah kantor kemarin." Gumam Anggun pelan. Anggun duduk di meja makan dan menikmati sarapannya sendirian. "Devi, kau ada di rumah? Tidak ikut dengan mas Ardy?" Tanya Anggun ketika melihat Devi melintas di depannya. "Saya ditugaskan tuan Ardy untuk menjadi bodyguard anda nyonya." Jawab Devi dengan sopan. "Jangan terlalu formal padaku. Panggil saja namaku sama seperti dulu sebelum aku menikah dengan mas Ardy." "Tapi nyonya sekara
Setelah meninggalkan kantor, Anggun bergegas pulang ke mansion. Dia berkemas dan pergi bersama pak Sukri, kepala pelayan dan juga Devi. Mereka pergi ke tempat yang telah di atur oleh Ardy. Mereka mengecoh orang yang mengawasi mansion supaya kepergian Anggun tidak diketahui oleh mereka. Beberapa mobil keluar dari mansion itu secara bersamaan setelah agak jauh dari mansion mobil-mobil itu berpencar dengan arah yang berbeda-beda.Mobil Anggun keluar setelah mobil yang mengawasi mansion itu pergi mengikuti beberapa mobil yang keluar dari mansion.Setelah berhasil pergi, Anggun merasa semakin cemas memikirkan keadaan suaminya. Entah apa yang akan terjadi masalah datang bertubi-tubi.2 jam perjalanan dan Anggun sampai di rumah sederhana dengan pekarangan yang luas, Anggun turun terlebih dahulu bersama dengan Devi.Kepala pelayan dan pak Sukri menurunkan semua barang-barang dari mobil."Pemandangan yang indah." Ucap Anggun sambil berjalan masu
Ini adalah hari pertama Anggun masuk kuliah. Dengan rambut dikuncir 2, memakai papan nama dengan kalung rafia hitam, tas dari karung tepung, kemeja putih dan rok selutut berwarna hitam. Anggun pergi ke kampus untuk mengikuti ospek. Tak lupa Anggun menyiapkan bekal makan siang karena diperkirakan ospek akan berlangsung dari pagi hingga sore hari. Ardy sudah menyarankan untuk tidak mengikuti ospek akan tetapi Anggun keukeuh ingin merasakan kegiatan ospek sebagai mahasiswa baru. Anggun ingin merasakan seperti mahasiswa lain yang melakukan ospek. Baginya itu adalah pengalaman yang menyenangkan. Anggun berangkat ke kampus bersama dengan Ardy dan beberapa bodyguard. Sebuah mobil mewah masuk ke halaman kampus, sebelum Anggun turun dari mobil dia mencium punggung tangan suaminya dan Ardy mencium kening istrinya. Devi ditugaskan untuk menjaga Anggun dari jarak dekat sedangkan beberapa bodyguard bayangan menjaga dari jarak jauh. "Nanti pulang ja
Setelah melewati masa ospek, Anggun pun memulai perkuliahannya. Hari pertama terdapat 2 mata kuliah pagi. Anggun turun dari mobil mewah suaminya lalu berjalan masuk ke lobby kampus. Banyak mata lelaki memandang Anggun dengan tatapan kagum. Sedangkan banyak wanita yang merasa iri dengan Anggun. Anggun masuk ke kelas untuk mengikuti perkuliahan. "Anggun! Duduk sini." Teriak Lita ketika melihat Anggun memasuki kelas. Anggun duduk di sebelah Lita. Kelas yang awalnya ramai mendadak jadi tenang karena kedatangan seorang dosen tampan di kelas mereka. "Wah dosennya ganteng banget Nggun tapi sayang dari yang aku dengar dia killer. Pelit kasih nilai, banyak tugas, banyak aturan." Ucap Lita yang pada awalnya terpesona dengan dosen itu tapi mengeluh pada akhirnya. Anggun hanya mendengarkan perkataan Lita tanpa ingin mengkomentarinya. "Selamat pagi. Nama saya Mirza. Saya akan menjelaskan aturan dalam kelas saya.