Share

BCM Bab 6

Ardy yang merasa sudah tidak bisa menahannya lagi, langsung menggendong Anggun dan membaringkannya di ranjang hotel. Dia mengambil ponsel untuk menyalakan video dan meletakkan kembali ponselnya di tempat yang bisa merekam aktivitas mereka.

"Setelah dia sadar pasti akan marah besar dan tidak mengingat kejadian ini. Aku harus membuat bukti bahwa dia yang menginginkan semua ini."ucap Ardy dalam hati.

Ardy berjalan mendekati Anggun yang terus saja menggeliat.

Anggun langsung menarik Ardy hingga terjatuh diatasnya lalu menekan tengkuk Ardy. Ketika bibir keduanya hampir bersentuhan, Ardy menahannya dan bertanya " Sadarlah.. Apakah kamu tahu siapa aku?"

"Katakan siapa aku?"Ardy menatap dalam mata Anggun yang terlihat sayu akibat gairahnya.

" Ka..kau adalah tu..tuan Ardy." Ucap Anggun terbata-bata menahan hasratnya yang menggebu-gebu akibat obat perangsang yang diberikan Marko.

"Kau yakin akan melakukan ini denganku?"

"I i iya. Tolong aku."racau Anggun.

Anggun menepis tangan Ardy dan mulai menyatukan bibir mereka, melumatnya dan semakin lama semakin panas.

Tangan Ardy mulai meraba punggung Anggun lalu membuka pengait bra Anggun dan membuangnya ke sembarang arah. Tangannya beralih ke depan merem*s kedua bukit kembar Anggun. 

"Sshhh....aahhhh..." Anggun terus mendesah saat Ardy membuat tanda kepemilikan di leher jenjang Anggun lalu bibirnya turun menyesap dan mengigit put**g dan dengan tangan kirinya merem*s salah satu bukit kembar Anggun. Tangan kanannya turun memainkan kli***is Anggun hingga guanya terasa basah karena Anggun sudah mendapatkan pelepasan pertamanya.

Anggun membuka satu per satu kancing kemeja Ardy, meraba dada dan perut Ardy yang seperti roti sobek, badannya atletis idaman setiap wanita. Mendapat sentuhan itu bagian bawah Ardy semakin meronta-ronta di balik celana yang ia kenakan.

Ardy membuka bajunya sendiri lalu menurunkan celananya. Kini mereka polos seperti bayi baru lahir. 

Ardy membuka kedua paha Anggun dan mengarahkan senjatanya ke gua milik Anggun. Dia menggesek-gesekkannya lalu mulai menekan. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya senjatanya masuk seluruhnya ke gua Anggun.

Anggun meremas sprei menahan sakit bagian intinya yang sedang dimasuki Ardy.

Setelah diam beberapa saat untuk menyesuaikan kondisi Anggun, Ardy mulai bergerak maju mundur dengan ritme pelan.

"Punyamu sungguh nikmat Nggun. Sempit sekali. Aahhh..."

Gerakan Ardy semakin lama semakin cepat dan akhirnya mereka berdua mencapai puncak. Ardy mengeluarkan laharnya ke bagian inti Anggun dan terkulai lemas di atas dada Anggun. Lalu melepas penyatuan mereka dan telentang di samping Anggun dengan nafas yang tersengal-sengal akibat kegiatan panas mereka. Lelehan darah bercampur cairan Ardy keluar dari inti Anggun. Ardy yang mengetahui bahwa dia telah merubah Anggun menjadi seorang wanita tersenyum senang. 

Efek obat perangsang yang diberikan Marko dalam dosis tinggi sehingga membuat Anggun masih merasa panas dan belum puas. Anggun bangkit dari posisi tidur lalu mendekati Ardy dan berada di atasnya. 

Anggun melum*t bibir Ardy dan membelit lidah mereka. Ardy yang mendapat perlakuan itu segera membalas permainan Anggun. Mereka bertukar Saliva. Anggun membuat banyak tanda kepemilikan di leher dan dada Ardy. Anggun memasukkan senjata Ardy ke dalam intinya. 

Blesss.....

Lalu menaik turunkan pinggulnya memimpin permainan panas mereka dengan liar. Ardy tersenyum puas mendapatkan perlakuan panas Anggun.

"Ahhhh.....ssshhhh...."

"Ahhh....lebih cepat sayang."

"Sshhh..."

Desahan-desahan keluar dari bibir mereka berdua hingga lahar menyembur di rahim Anggun.

Mereka berdua melakukan permainan panas itu hingga beberapa ronde hingga Anggun puas dan obat perangsang sudah tidak bekerja lagi. Keduanya terkulai lemas setelah mendapat pelepasan bersama.

Ardy melihat Anggun telah terlelap lalu mengecup keningnya. 

"Terima kasih telah menyerahkan mahkotamu padaku walaupun dlaam keadaan tidak sadar. Aku tidak akan melepaskanmu." Gumam Ardy lalu memeluk Anggun dan ikut terlelap menyusul Anggun ke alam mimpi.

.....

Hari sudah siang, matahari hampir berada di atas kepala. Anggun mulai mengerjabkan matanya dan melihat sekeliling. Anggun merasa asing dengan tempat itu. Dia duduk dan melihat bahwa dirinya telanjang tanpa sehelai benang pun. Dia mulai mengingat kejadian di pesta semalam. Marko yang memberikan minuman kepadanya lalu dia merasa pusing dan tidak tahu lagi apa yang terjadi, sayup-sayup dia juga mendengar suara Ardy.

"Aaaaaa..... Apa yang terjadi? Apa yang sudah aku lakukan?" Teriak Anggun frustasi lalu mendengar bunyi pintu terbuka dari kamar mandi. Tampaklah seorang laki-laki baru keluar dari sana dengan handuk melilit pada pinggang rampingnya sehingga dada telanjangnya terekspos. Air yang menetes pada rambut basahnya membuat Ardy berkali lipat lebih tampan dari biasanya. Anggun sampai terbengong melihat Ardy.

Ardy berjalan mendekati Anggun.

"Kamu sudah bangun ya... Apakah kamu mengingat kejadian semalam?"

"Saya hanya ingat terakhir kali tuan Marko memberi saya minuman, setelah itu kepala saya pusing dan tidak ingat apa-apa lagi." Jawab Anggun lalu merasa panik karena mereka hanya berdua di kamar itu.

"Tu tuan apa yang terjadi semalam? Apakah kita melakukan sesuatu yang tidak pantas? Ucap Anggun terbata-bata. 

"Kau lihatlah rekaman ini." Ucap Ardy sambil menyerahkan ponselnya kepada Anggun.

Anggun mengambil ponsel tersebut dan melihat rekama video dirinya yang berbuat mesum kepada atasannya sendiri.

Mukanya sudah memerah menahan malu kepada Ardy dan sekaligus marah bagaimana ini bisa terjadi padanya. Lalu air matanya jatuh di kedua pipinya.

"Marko memberikan obat perangsang di minuman yang dia berikan kepadamu. Dan semalam kita sudah melakukan hubungan intim." Ardy melihat bahu Anggun bergetar, dia menghampiri nya dan memeluknya mencoba untuk menenangkannya.

"Kau tenang saja aku akan bertanggung jawab karena sudah mengambil mahkotamu."

"Tapi tuan pernikahan bukan mainan. Apakah tuan yakin menikahi gadis desa yang miskin dan bodoh seperti saya? Apakah tuan tidak malu mempunyai istri seperti saya? Lagipula tidak ada cinta diantara kita." Ucap Anggun terisak menundukkan kepalanya.

"Pernikahan kita yang jalani, tidak perlu memikirkan orang lain. Dengan berjalannya waktu cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Kita berdua harus membuka hati dan menjalani semuanya dengan ikhlas. Kita adakan pernikahan 2 Minggu lagi."

"Baiklah.." pasrah Anggun karena dia tidak memiliki jalan keluar yang lain. Mau marah pun hanya bisa marah kepada diri sendiri.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
paijah08771622
masak anggun gak bisa mikir kenapa harus ngasih gaji ke rekening rama dn tak berusaha minta cara lain ? selugu lugunya orang tapi gak bodoh dong?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status