Ardy yang merasa sudah tidak bisa menahannya lagi, langsung menggendong Anggun dan membaringkannya di ranjang hotel. Dia mengambil ponsel untuk menyalakan video dan meletakkan kembali ponselnya di tempat yang bisa merekam aktivitas mereka.
"Setelah dia sadar pasti akan marah besar dan tidak mengingat kejadian ini. Aku harus membuat bukti bahwa dia yang menginginkan semua ini."ucap Ardy dalam hati.
Ardy berjalan mendekati Anggun yang terus saja menggeliat.
Anggun langsung menarik Ardy hingga terjatuh diatasnya lalu menekan tengkuk Ardy. Ketika bibir keduanya hampir bersentuhan, Ardy menahannya dan bertanya " Sadarlah.. Apakah kamu tahu siapa aku?"
"Katakan siapa aku?"Ardy menatap dalam mata Anggun yang terlihat sayu akibat gairahnya.
" Ka..kau adalah tu..tuan Ardy." Ucap Anggun terbata-bata menahan hasratnya yang menggebu-gebu akibat obat perangsang yang diberikan Marko.
"Kau yakin akan melakukan ini denganku?"
"I i iya. Tolong aku."racau Anggun.
Anggun menepis tangan Ardy dan mulai menyatukan bibir mereka, melumatnya dan semakin lama semakin panas.
Tangan Ardy mulai meraba punggung Anggun lalu membuka pengait bra Anggun dan membuangnya ke sembarang arah. Tangannya beralih ke depan merem*s kedua bukit kembar Anggun.
"Sshhh....aahhhh..." Anggun terus mendesah saat Ardy membuat tanda kepemilikan di leher jenjang Anggun lalu bibirnya turun menyesap dan mengigit put**g dan dengan tangan kirinya merem*s salah satu bukit kembar Anggun. Tangan kanannya turun memainkan kli***is Anggun hingga guanya terasa basah karena Anggun sudah mendapatkan pelepasan pertamanya.
Anggun membuka satu per satu kancing kemeja Ardy, meraba dada dan perut Ardy yang seperti roti sobek, badannya atletis idaman setiap wanita. Mendapat sentuhan itu bagian bawah Ardy semakin meronta-ronta di balik celana yang ia kenakan.
Ardy membuka bajunya sendiri lalu menurunkan celananya. Kini mereka polos seperti bayi baru lahir.
Ardy membuka kedua paha Anggun dan mengarahkan senjatanya ke gua milik Anggun. Dia menggesek-gesekkannya lalu mulai menekan. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya senjatanya masuk seluruhnya ke gua Anggun.
Anggun meremas sprei menahan sakit bagian intinya yang sedang dimasuki Ardy.
Setelah diam beberapa saat untuk menyesuaikan kondisi Anggun, Ardy mulai bergerak maju mundur dengan ritme pelan.
"Punyamu sungguh nikmat Nggun. Sempit sekali. Aahhh..."
Gerakan Ardy semakin lama semakin cepat dan akhirnya mereka berdua mencapai puncak. Ardy mengeluarkan laharnya ke bagian inti Anggun dan terkulai lemas di atas dada Anggun. Lalu melepas penyatuan mereka dan telentang di samping Anggun dengan nafas yang tersengal-sengal akibat kegiatan panas mereka. Lelehan darah bercampur cairan Ardy keluar dari inti Anggun. Ardy yang mengetahui bahwa dia telah merubah Anggun menjadi seorang wanita tersenyum senang.
Efek obat perangsang yang diberikan Marko dalam dosis tinggi sehingga membuat Anggun masih merasa panas dan belum puas. Anggun bangkit dari posisi tidur lalu mendekati Ardy dan berada di atasnya.
Anggun melum*t bibir Ardy dan membelit lidah mereka. Ardy yang mendapat perlakuan itu segera membalas permainan Anggun. Mereka bertukar Saliva. Anggun membuat banyak tanda kepemilikan di leher dan dada Ardy. Anggun memasukkan senjata Ardy ke dalam intinya.
Blesss.....
Lalu menaik turunkan pinggulnya memimpin permainan panas mereka dengan liar. Ardy tersenyum puas mendapatkan perlakuan panas Anggun.
"Ahhhh.....ssshhhh...."
"Ahhh....lebih cepat sayang."
"Sshhh..."
Desahan-desahan keluar dari bibir mereka berdua hingga lahar menyembur di rahim Anggun.
Mereka berdua melakukan permainan panas itu hingga beberapa ronde hingga Anggun puas dan obat perangsang sudah tidak bekerja lagi. Keduanya terkulai lemas setelah mendapat pelepasan bersama.
Ardy melihat Anggun telah terlelap lalu mengecup keningnya.
"Terima kasih telah menyerahkan mahkotamu padaku walaupun dlaam keadaan tidak sadar. Aku tidak akan melepaskanmu." Gumam Ardy lalu memeluk Anggun dan ikut terlelap menyusul Anggun ke alam mimpi.
.....
Hari sudah siang, matahari hampir berada di atas kepala. Anggun mulai mengerjabkan matanya dan melihat sekeliling. Anggun merasa asing dengan tempat itu. Dia duduk dan melihat bahwa dirinya telanjang tanpa sehelai benang pun. Dia mulai mengingat kejadian di pesta semalam. Marko yang memberikan minuman kepadanya lalu dia merasa pusing dan tidak tahu lagi apa yang terjadi, sayup-sayup dia juga mendengar suara Ardy.
"Aaaaaa..... Apa yang terjadi? Apa yang sudah aku lakukan?" Teriak Anggun frustasi lalu mendengar bunyi pintu terbuka dari kamar mandi. Tampaklah seorang laki-laki baru keluar dari sana dengan handuk melilit pada pinggang rampingnya sehingga dada telanjangnya terekspos. Air yang menetes pada rambut basahnya membuat Ardy berkali lipat lebih tampan dari biasanya. Anggun sampai terbengong melihat Ardy.
Ardy berjalan mendekati Anggun.
"Kamu sudah bangun ya... Apakah kamu mengingat kejadian semalam?"
"Saya hanya ingat terakhir kali tuan Marko memberi saya minuman, setelah itu kepala saya pusing dan tidak ingat apa-apa lagi." Jawab Anggun lalu merasa panik karena mereka hanya berdua di kamar itu.
"Tu tuan apa yang terjadi semalam? Apakah kita melakukan sesuatu yang tidak pantas? Ucap Anggun terbata-bata.
"Kau lihatlah rekaman ini." Ucap Ardy sambil menyerahkan ponselnya kepada Anggun.
Anggun mengambil ponsel tersebut dan melihat rekama video dirinya yang berbuat mesum kepada atasannya sendiri.
Mukanya sudah memerah menahan malu kepada Ardy dan sekaligus marah bagaimana ini bisa terjadi padanya. Lalu air matanya jatuh di kedua pipinya.
"Marko memberikan obat perangsang di minuman yang dia berikan kepadamu. Dan semalam kita sudah melakukan hubungan intim." Ardy melihat bahu Anggun bergetar, dia menghampiri nya dan memeluknya mencoba untuk menenangkannya.
"Kau tenang saja aku akan bertanggung jawab karena sudah mengambil mahkotamu."
"Tapi tuan pernikahan bukan mainan. Apakah tuan yakin menikahi gadis desa yang miskin dan bodoh seperti saya? Apakah tuan tidak malu mempunyai istri seperti saya? Lagipula tidak ada cinta diantara kita." Ucap Anggun terisak menundukkan kepalanya.
"Pernikahan kita yang jalani, tidak perlu memikirkan orang lain. Dengan berjalannya waktu cinta akan tumbuh dengan sendirinya. Kita berdua harus membuka hati dan menjalani semuanya dengan ikhlas. Kita adakan pernikahan 2 Minggu lagi."
"Baiklah.." pasrah Anggun karena dia tidak memiliki jalan keluar yang lain. Mau marah pun hanya bisa marah kepada diri sendiri.
Setelah kejadian itu Ardy dan Anggun menjadi semakin canggung bila bertemu. Bila mengingat kejadian malam itu Anggun merasa sangat malu. Ardy memperlihatkan rekaman video malam itu, bagaimana dia begitu liar menggoda Ardy......Hari ini Anggun meminta ijin kepada kepala pengurus rumah untuk pergi ke kos yang selama ini dia tempati. Anggun berencana akan berkemas dan mengosongkan kamar kos nya dan akan menemui Rama untuk memutuskan hubungan mereka.Pagi itu Anggun pergi dari rumah mewah itu menggunakan kendaraan umum. Sesampainya di kos, Anggun langsung beres-beres barangnya yang hanya sedikit karena sebagian pakaian sudah dia bawa di rumah tempat dia bekerja. Setelah selesai dia berpamitan kepada pemilik kos itu dan mengembalikan kunci kamar tersebut. Lalu dengan berjalan kaki menuju apartemen Rama berbekal alamat yang pernah diberikan kepadanya.Anggun sudah menelan Rama berkali-kali namun tidak diangkat-angkat."Permisi pak, numpang
Setelah membersihkan diri, Rama berangkat ke kantor dan Luna pun telah pergi dari apartemen setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Rama telah menggunakan seluruh uang Anggun untuk investasi yang ditawarkan oleh temannya. Uang itu berasal dari hasil gaji yang ditransfer ke rekeningnya dari PT Permata Cemerlang, perusahaan jasa bodyguard tempat Anggun bekerja sesuai dengan kontrak kerja. Rama tidak tahu jika Anggun telah dibukakan rekening baru oleh Ardy saat dia mulai bekerja sebagai bodyguard pribadi Ardy. Selama ini Rama merasa bahwa Anggun adalah gadis desa yang lugu dan mudah untuk dibohongi. Rama sama sekali tidak merasa bersalah kepada Anggun. Rama bekerja di anak cabang perusahaan milik Ardy. ..... Di tempat lain, Wulan pulang ke mansion utama milik orang tua Ardy dengan perasaan kesal, kaki dihentak-hentakkan dan cemberut. Selama di kota J, Wulan dan mamanya tinggal di mansion utama milik orang tua Ardy. "Kenapa kamu pulang-pu
Keesokan harinya Wulan terus saja membujuk mamanya untuk pergi menemui Ardy di kantornya. Dia mengikuti ke manapun kaki mamanya melangkah dan terus memohon. Akhirnya Mamanya setuju untuk pergi berbicara dengan Ardy. Sesampainya di lobby perusahaan milik Ardy, Wulan menggandeng mamanya menuju lift khusus. Resepsionis yang melihat itu menegur mereka dengan sopan. "Maaf nyonya, lift itu hanya untuk orang-orang tertentu di perusahaan ini. Anda ingin mencari siapa biar saya bantu." "Kami mencari bapak Ardy." Ucap Irma. "Apakah anda sudah memiliki janji dengan tuan Ardy?" "Saya belum membuat janji, tapi katakan saja jika nyonya Irma mencarinya." "Sebentar nyonya, saya akan menghubungi sekertaris beliau terlebih dahulu. Mohon ditunggu nyonya." Setelah beberapa saat resepsionis itu berkata kepada Irma "Tuan Ardy ada di ruangannya. Tolong untuk menunjukkan KTP atau tanda pengenal lainnya." "Kamu!!" Geram Wulan lalu ditahan mamanya. Irma
"Keluar kalian dari mobil." Gertak beberapa orang preman kepada orang yang berada dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam. Di dalam mobil itu ada 2 bodyguard, 1 asisten pribadi, dan seorang pria paruh baya pemilik mobil itu. Sedangkan diluar ada banyak sekali preman. Ada 4 mobil yang menghadang mereka, 2 mobil menghadang di depan, 1 mobil di samping kanan dan 1 mobil menghadang di belakang sehingga mobil sedan yang berada di tepi jalan itu tidak bisa bergerak ke mana pun. "Tuan jangan keluar biarkan saja mereka. Biar kami saja yang keluar. Tuan di dalam mobil saja, dan tunggu bantuan datang. Jumlah mereka terlalu banyak. Saya sudah menelepon untuk meminta bantuan. Kami akan berusaha mengulur waktu" Ucap seorang seorang bodyguard yang berada dalam mobil itu. Sebenarnya ada 2 mobil lagi yang berangkat bersama mobil sedan itu tetapi entah mengapa ditengah jalan mereka terpisah. Beberapa preman terus saja menggedor-gedor kaca mobil agar orang di dalam mob
Tampaklah sebuah desa nan asri. Penuh dengan pepohonan, rumah-rumah penduduknya yang jaraknya berjauhan, udaranya sangat sejuk dan tidak ada polusi. Jauh dari perkotaan dan kebisingan. "Mbah Siti... Anggun kangen banget." gumam Anggun pelan setelah sampai di depan rumah sederhana dengan suasana hangat. Rumah tua tanpa cat dengan halaman yang luas. Banyak pepohonan di halaman rumah itu. Terlihat beberapa orang tetangga sedang berada bercengkrama di dalam rumah itu. Tok..tok..tok.. "Mbah, Anggun pulang." Ucap Anggun lalu masuk ke dalam rumah bersama dengan Devi. Mendengar ada suara orang dari luar, semua orang di dalam memutar kepala mereka untuk melihat siapa yang datang. Semua orang yang berada di rumah terkejut melihat kedatangan Anggun. Penampilan Anggun terlihat berbeda, terlihat sangat cantik, pakaian dan aksesoris yang dia kenakan terlihat mewah. Anggun yang tidak suka berdandan di paksa Ardy untuk ikut les kecantikan di sela-sela kegiatan
Ardy yang melihat kedekatan antara Anggun dan Rahmat merasa panas. Keduanya duduk di kursi ruang tamu lalu mengobrol. Walaupun pembicaraan mereka hanya menanyakan kabar tetapi Ardy melihat dari pancaran mata Rahmat yang mengatakan bahwa dia menyukai Anggun. Ardy merasa tidak rela jika wanitanya di tatap pria lain dengan tatapan mendamba."Wah bakalan ada perang nii di rumah ini." Ucap Rayhan was was saat melihat Ardy mengintip dari balik pintu."Aku nonton saja. Aku tidak mau ikut campur, panjang nanti urusannya." Tambah Rayhan.Akhirnya Ardy memutuskan untuk keluar dari kamar dan berpura-pura meminta diambilkan minum karena haus. Ardy berjalan mendekati Anggun lalu berkata:"Anggun, mas bisa minta tolong untuk diambilkan air? Mas haus.""Baik mas, akan Anggun ambilkan. Mas mau teh atau kopi?""Teh saja sayang.""Bang Rahmat mau teh atau kopi?" Tanya Anggun kepada Rahmat."Teh saja."Sebelum Anggun beranjak pergi ke dapu
Sampailah mereka di sebuah mansion mewah dengan pagar yang tinggi dan halaman yang luas. Pagar depan itu pun terbuka dan mobil masuk mengikuti jalan berbatako hingga sampai ke depan sebuah mansion mewah. Pak Sukri segera turun lalu membukakan pintu mobil untuk Anggun. "Terima kasih pak." Ucap Anggun lalu turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk mansion itu. Ketika membuka pintu itu, Anggun terkejut karena kedatangannya di sambut oleh semua orang yang ada di mansion Ardy termasuk Ardy. Para pelayan berjajar rapi untuk menyambut Anggun. Para pelayan membantu menurunkan semua barang yang di bawa Anggun dari desa. " Yang ini letakkan di dapur saja. Terima kasih." Kata Anggun kepada pelayan yang mengangkat barang-barang dari para tetangga di desanya. "Selamat datang di rumah." Sambut Ardy dengan tersenyum lebar lalu memeluk Anggun. "Mas malu banyak orang yang melihat." Ucap Anggun saat Ardy memeluknya. "Tidak apa-apa, tenang
Seharian Wulan menangis di pinggir danau. Memikirkan nasib percintaannya yang tidak berbalas. Dia tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat di hadapannya. Dia hanya ingin menangis dan menangis. Pikirannya kosong dan wajahnya sangat kacau. Entah berapa lama Wulan menangis di tempat itu. Hari sudah gelap dan para pengunjung pun sudah tidak ada lagi. Wulan beranjak dari tempat dia duduk menuju klub malam terbesar di kota itu. Dia duduk di depan seorang bartender. Wulan terus saja menambahkan minuman keras itu ke dalam gelasnya hingga tak terasa dia sudah meminum belasan gelas minuman keras itu sampai mabuk dan setengah sadar. Wulan terus saja meracau tidak jelas. Saat berjalan dia menabrak dada seorang lelaki gagah. "Kenapa kamu di sini? Kamu akan membujukku pulang? Kamu akan membatalkan pernikahanmu? Aku mencintaimu kak." Tangannya mengalung ke leher lelaki itu, wajahnya mendekat lalu mencium bibir lelaki itu dengan kaku. Lelaki itu