Setelah kejadian itu Ardy dan Anggun menjadi semakin canggung bila bertemu. Bila mengingat kejadian malam itu Anggun merasa sangat malu. Ardy memperlihatkan rekaman video malam itu, bagaimana dia begitu liar menggoda Ardy.
.....
Hari ini Anggun meminta ijin kepada kepala pengurus rumah untuk pergi ke kos yang selama ini dia tempati. Anggun berencana akan berkemas dan mengosongkan kamar kos nya dan akan menemui Rama untuk memutuskan hubungan mereka.
Pagi itu Anggun pergi dari rumah mewah itu menggunakan kendaraan umum. Sesampainya di kos, Anggun langsung beres-beres barangnya yang hanya sedikit karena sebagian pakaian sudah dia bawa di rumah tempat dia bekerja. Setelah selesai dia berpamitan kepada pemilik kos itu dan mengembalikan kunci kamar tersebut. Lalu dengan berjalan kaki menuju apartemen Rama berbekal alamat yang pernah diberikan kepadanya.
Anggun sudah menelan Rama berkali-kali namun tidak diangkat-angkat.
"Permisi pak, numpang tanya bapak Ramadhan Setiawan tinggal di lantai berapa?" Tanya Anggun kepada satpam apartemen tersebut.
"Nona ini siapa ya? Nona bisa langsung menelpon untuk bertanya hal tersebut. Saya tidak bisa memberikan informasi mengenai penghuni apartemen ini." Jawab satpam enggan memberitahukan informasi mengenai penghuni apartemen yang dia jaga.
"Saya saudaranya. Saya baru datang dari luar kota. Saya sudah berkali-kali mencoba menghubungi nomor ponselnya tapi tidak diangkat-angkat." Jawab Anggun dengan menunjukkan rasa lelahnya seolah telah melakukan perjalanan jauh.
Satpam yang melihat itu merasa kasihan lalu memberitahukan bahwa bapak Rama tinggal di lantai 8 nomor 808.
Sesampainya di depan apartemen Rama, Anggun akan memencet bel yang ada di depan tetapi dia melihat pintunya tidak tertutup dengan sempurna dan langsung masuk.
"Dasar ceroboh, bagaimana kalau ada maling yang masuk." Monolog Anggun.
Ketika berada di ruang tamu, dia mendengar ada suara desahan di dalam kamar yang pintunya hanya tertutup setengah. Anggun berjalan mendekati kamar itu dan melihat Rama telanjang bulat bersama dengan seorang wanita yang berada di bawahnya sedang melakukan hubungan intim.
"Sshhh.. sshhh... Ahhhh...."
"Sshhh.. sshhh... Ahhhh...."
"Sshhh.. sshhh... Ahhhh...."
"Keluar bersama babe"
"Ahhhh"
Suara itu menggema bersahut-sahutan.
"Bagaimana hubunganmu dengan perempuan desa itu? Siapa namanya? Tanya Luna.
"Aku hanya memanfaatkannya saja. Tidak ada hubungan apa-apa. Namanya Anggun."
Anggun yang merasa geram lalu mendorong keras pintu kamar itu.
"Dasar penghianat. Ternyata kamu hanya memanfaatkan ku. Aku hanya gadis desa, untuk apa memanfaatkan aku?" Geram Anggun.
"A..a..Anggun.."ucap gagap Rama karena terkejut dan segera memakai celana boxernya. Luna yang juga terkejut langsung menutup tubuh telanjangnya dengan menarik selimut.
"Ini hanya salah paham. Aku bisa jelaskan."Rama berkata sambil mencoba menggenggam tangan Anggun.
"Kamu pikir aku tuli? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Mulai detik ini kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi." Geram Anggun lalu melangkah pergi dari apartemen itu.
Rama yang melihat Anggun akan pergi, segera menyusulnya.
Brakkkk...
Pintu tertutup dengan keras tepat dihadapan Rama. Rama mengurungkan niatnya mengejar Anggun yang sedang emosi karena saat ini dia hanya mengenakan celana boxer saja.
Anggun pergi dari sana dengan hati yang geram. Ternyata selama ini dia dibohongi. Sakit hati rasanya dimanfaatkan oleh orang yang dikasihinya.
"Aku tidak boleh menangis. Aku harus bisa membuka hatiku untuk tuan Ardy. Rama adalah masa lalu dan tidak pantas untuk ditangisi." Anggun sangat kecewa dengan Rama.
Anggun pulang menuju rumah tuan Ardy.
Di dalam rumah Ardy sudah menunggunya untuk pergi bersama.
"Letakkan semua barang-barangmu lalu ikut denganku sekarang." Ucap Ardy.
Anggun segera melakukan semua perintah Ardy lalu masuk ke mobil di bagian penumpang bersama Ardy. Di belakang kemudi ada supir dan Rayhan duduk disampingnya.
"Kita mau ke mana tuan?" Tanya Anggun.
"Mulai saat ini jangan panggil 'tuan' lagi."ucap Ardy.
"Lalu saya harus panggil apa?"
"Apa saja selain tuan."
"Tapi saya tidak tahu harus memanggil apa, lagipula saya terbiasa memanggil anda 'tuan'."
"Panggil mas saja." Ucap Ardy kaku.
Mobil mulai berhenti di depan gedung bertingkat. Ya itu adalah kantor perusahaan milik Ardy. Ardy turun dari mobilnya dan Anggun mengikutinya dari belakang.
"Kak Ardy... Kak Ardy.. tunggu aku." Teriak seorang wanita yang sedang berlari menuju ke arahnya. Ardy tahu ada yang berteriak memanggil namanya hanya acuh dan terus berjalan menuju lift khusus dan menunggu pintu lift terbuka.
Wanita itu terus berlarih, sesampainya di hadapan Ardy wanita itu langsung memeluknya dan berkata "kangen sama kakak."
Ardy melihat dengan tatapan dingin wanita itu saat tangan wanita itu melingkar di lengannya.
"Ini di kantor bukan di hutan." Ucap Ardy dengan menepis kasar tangan wanita itu.
"Kakak sudah lama kita tidak ketemu. Pagi ini aku dan mama baru sampai ke kota ini dan aku langsung menemuimu." Kata wanita yang bernama Wulan dengan manja.
Wulan adalah kerabat jauh Ardy yang telah lama menyukainya. Ardy tahu bahwa Wulan menyukainya dan tidak pernah menanggapi sikap Wulan.
Ketika pintu lift terbuka mereka berempat masuk lift khusus dan bodyguard masuk ke lift karyawan.
"Kenapa kamu masuk lift ini? Bukankah kamu hanya karyawan biasa? Lift untuk karyawan ada di sebelah sana." Ucap Wulan sombong.
Anggun hanya bisa menundukkan kepada seraya berjalan keluar lift. Namun sebelum keluar tangannya dicekal tangan Ardy.
"Apa hakmu mengatur siapa yang boleh naik lift ini? Aku yang menginginkan dia berada di sini. Kalau kamu merasa terganggu silahkan keluar." Ucap dingin Ardy kepada Wulan.
"Kakak... Mengapa kamu membelanya?"ucap manja Wulan sambil menggenggam erat tangan Ardy.
"Lepaskan. Kalau tidak keperluan silahkan keluar." Tegas Ardy.
"Aku ingin bicara denganmu kak. Tentu saja aku ada perlu denganmu."
"Kalau begitu diamlah dan jangan banyak tingkah di sini." Ucap acuh Ardy dan pintu lift tertutup.
Setelah keluar dari lift, Ardy, Rayhan, Anggun dan Wulan berjalan bersama-sama menuju ruangan CEO. Sampai di depan ruangan, sekertaris Ardy yang bernama Maya berdiri menyapa pemilik perusahaan itu lalu berjalan masuk ke ruangan mengikuti Rayhan dan membacakan agenda untuk hari ini. Setelah itu Maya keluar dari ruangan itu.
"Kamu mau bicara apa denganku?" Tanya Ardy kepada Wulan.
"Aku ingin bekerja di perusahaanmu kak."
"Untuk apa bekerja disini? Kamu seharusnya bekerja membantu di perusahaan papamu."
"Karena aku ingin dekat dengan kakak."
"Tidak ada lowongan pekerjaan untuk saat ini. Pergilah aku masih banyak pekerjaan. Kau sudah tahu pintu keluar bukan?" Ucap Ardy yang sudah tidak sabar menghadapi tingkah manja Wulan.
Wulan yang mendengar itu merasa jengkel menghentak-hentakkan kakinya beberapa kali lalu keluar.
"Aku pasti mendapatkannya. Aku harus minta tolong mama dan Tante."ucap Wulan di luar ruangan.
"Aku sudah mendaftarkan kamu untuk ujian paket c lalu kuliah. Ini adalah buku-buku yang harus kau baca." Ucap Ardy kepada Anggun dan memberikan buku-buku untuk dipelajarinya.
"Rayhan akan membantumu untuk mengurus segala keperluanmu untuk mengerjai paket c dan kuliahmu." Tambah Ardy.
Anggun hanya terbengong dan merasa tidak percaya atas perhatian Ardy kepada dirinya.
"Kenapa diam saja?"
Anggun tersadar dari lamunannya dan berkata "Baik tu..eh...mas, aku akan belajar sungguh-sungguh. Terima kasih." Ucap Anggun.
" Duduklah di sana dan belajarlah." Perintah Ardy seraya menunjuk sudut ruangan dalam ruangan yang sama dengan Ardy. Ardy telah memerintahkan Rayhan untuk menambah meja dan kursi di dalam ruangannya.
Setelah membersihkan diri, Rama berangkat ke kantor dan Luna pun telah pergi dari apartemen setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Rama telah menggunakan seluruh uang Anggun untuk investasi yang ditawarkan oleh temannya. Uang itu berasal dari hasil gaji yang ditransfer ke rekeningnya dari PT Permata Cemerlang, perusahaan jasa bodyguard tempat Anggun bekerja sesuai dengan kontrak kerja. Rama tidak tahu jika Anggun telah dibukakan rekening baru oleh Ardy saat dia mulai bekerja sebagai bodyguard pribadi Ardy. Selama ini Rama merasa bahwa Anggun adalah gadis desa yang lugu dan mudah untuk dibohongi. Rama sama sekali tidak merasa bersalah kepada Anggun. Rama bekerja di anak cabang perusahaan milik Ardy. ..... Di tempat lain, Wulan pulang ke mansion utama milik orang tua Ardy dengan perasaan kesal, kaki dihentak-hentakkan dan cemberut. Selama di kota J, Wulan dan mamanya tinggal di mansion utama milik orang tua Ardy. "Kenapa kamu pulang-pu
Keesokan harinya Wulan terus saja membujuk mamanya untuk pergi menemui Ardy di kantornya. Dia mengikuti ke manapun kaki mamanya melangkah dan terus memohon. Akhirnya Mamanya setuju untuk pergi berbicara dengan Ardy. Sesampainya di lobby perusahaan milik Ardy, Wulan menggandeng mamanya menuju lift khusus. Resepsionis yang melihat itu menegur mereka dengan sopan. "Maaf nyonya, lift itu hanya untuk orang-orang tertentu di perusahaan ini. Anda ingin mencari siapa biar saya bantu." "Kami mencari bapak Ardy." Ucap Irma. "Apakah anda sudah memiliki janji dengan tuan Ardy?" "Saya belum membuat janji, tapi katakan saja jika nyonya Irma mencarinya." "Sebentar nyonya, saya akan menghubungi sekertaris beliau terlebih dahulu. Mohon ditunggu nyonya." Setelah beberapa saat resepsionis itu berkata kepada Irma "Tuan Ardy ada di ruangannya. Tolong untuk menunjukkan KTP atau tanda pengenal lainnya." "Kamu!!" Geram Wulan lalu ditahan mamanya. Irma
"Keluar kalian dari mobil." Gertak beberapa orang preman kepada orang yang berada dalam sebuah mobil sedan berwarna hitam. Di dalam mobil itu ada 2 bodyguard, 1 asisten pribadi, dan seorang pria paruh baya pemilik mobil itu. Sedangkan diluar ada banyak sekali preman. Ada 4 mobil yang menghadang mereka, 2 mobil menghadang di depan, 1 mobil di samping kanan dan 1 mobil menghadang di belakang sehingga mobil sedan yang berada di tepi jalan itu tidak bisa bergerak ke mana pun. "Tuan jangan keluar biarkan saja mereka. Biar kami saja yang keluar. Tuan di dalam mobil saja, dan tunggu bantuan datang. Jumlah mereka terlalu banyak. Saya sudah menelepon untuk meminta bantuan. Kami akan berusaha mengulur waktu" Ucap seorang seorang bodyguard yang berada dalam mobil itu. Sebenarnya ada 2 mobil lagi yang berangkat bersama mobil sedan itu tetapi entah mengapa ditengah jalan mereka terpisah. Beberapa preman terus saja menggedor-gedor kaca mobil agar orang di dalam mob
Tampaklah sebuah desa nan asri. Penuh dengan pepohonan, rumah-rumah penduduknya yang jaraknya berjauhan, udaranya sangat sejuk dan tidak ada polusi. Jauh dari perkotaan dan kebisingan. "Mbah Siti... Anggun kangen banget." gumam Anggun pelan setelah sampai di depan rumah sederhana dengan suasana hangat. Rumah tua tanpa cat dengan halaman yang luas. Banyak pepohonan di halaman rumah itu. Terlihat beberapa orang tetangga sedang berada bercengkrama di dalam rumah itu. Tok..tok..tok.. "Mbah, Anggun pulang." Ucap Anggun lalu masuk ke dalam rumah bersama dengan Devi. Mendengar ada suara orang dari luar, semua orang di dalam memutar kepala mereka untuk melihat siapa yang datang. Semua orang yang berada di rumah terkejut melihat kedatangan Anggun. Penampilan Anggun terlihat berbeda, terlihat sangat cantik, pakaian dan aksesoris yang dia kenakan terlihat mewah. Anggun yang tidak suka berdandan di paksa Ardy untuk ikut les kecantikan di sela-sela kegiatan
Ardy yang melihat kedekatan antara Anggun dan Rahmat merasa panas. Keduanya duduk di kursi ruang tamu lalu mengobrol. Walaupun pembicaraan mereka hanya menanyakan kabar tetapi Ardy melihat dari pancaran mata Rahmat yang mengatakan bahwa dia menyukai Anggun. Ardy merasa tidak rela jika wanitanya di tatap pria lain dengan tatapan mendamba."Wah bakalan ada perang nii di rumah ini." Ucap Rayhan was was saat melihat Ardy mengintip dari balik pintu."Aku nonton saja. Aku tidak mau ikut campur, panjang nanti urusannya." Tambah Rayhan.Akhirnya Ardy memutuskan untuk keluar dari kamar dan berpura-pura meminta diambilkan minum karena haus. Ardy berjalan mendekati Anggun lalu berkata:"Anggun, mas bisa minta tolong untuk diambilkan air? Mas haus.""Baik mas, akan Anggun ambilkan. Mas mau teh atau kopi?""Teh saja sayang.""Bang Rahmat mau teh atau kopi?" Tanya Anggun kepada Rahmat."Teh saja."Sebelum Anggun beranjak pergi ke dapu
Sampailah mereka di sebuah mansion mewah dengan pagar yang tinggi dan halaman yang luas. Pagar depan itu pun terbuka dan mobil masuk mengikuti jalan berbatako hingga sampai ke depan sebuah mansion mewah. Pak Sukri segera turun lalu membukakan pintu mobil untuk Anggun. "Terima kasih pak." Ucap Anggun lalu turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk mansion itu. Ketika membuka pintu itu, Anggun terkejut karena kedatangannya di sambut oleh semua orang yang ada di mansion Ardy termasuk Ardy. Para pelayan berjajar rapi untuk menyambut Anggun. Para pelayan membantu menurunkan semua barang yang di bawa Anggun dari desa. " Yang ini letakkan di dapur saja. Terima kasih." Kata Anggun kepada pelayan yang mengangkat barang-barang dari para tetangga di desanya. "Selamat datang di rumah." Sambut Ardy dengan tersenyum lebar lalu memeluk Anggun. "Mas malu banyak orang yang melihat." Ucap Anggun saat Ardy memeluknya. "Tidak apa-apa, tenang
Seharian Wulan menangis di pinggir danau. Memikirkan nasib percintaannya yang tidak berbalas. Dia tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang lewat di hadapannya. Dia hanya ingin menangis dan menangis. Pikirannya kosong dan wajahnya sangat kacau. Entah berapa lama Wulan menangis di tempat itu. Hari sudah gelap dan para pengunjung pun sudah tidak ada lagi. Wulan beranjak dari tempat dia duduk menuju klub malam terbesar di kota itu. Dia duduk di depan seorang bartender. Wulan terus saja menambahkan minuman keras itu ke dalam gelasnya hingga tak terasa dia sudah meminum belasan gelas minuman keras itu sampai mabuk dan setengah sadar. Wulan terus saja meracau tidak jelas. Saat berjalan dia menabrak dada seorang lelaki gagah. "Kenapa kamu di sini? Kamu akan membujukku pulang? Kamu akan membatalkan pernikahanmu? Aku mencintaimu kak." Tangannya mengalung ke leher lelaki itu, wajahnya mendekat lalu mencium bibir lelaki itu dengan kaku. Lelaki itu
Rayhan telah menunggu tuannya di ruang tamu untuk berangkat ke kantor bersama. Dari pagi Rayhan telah datang ke mansion. Ardy dan Anggun menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan. Rayhan bangkit berdiri dan berjalan mengikuti keduanya. "Duduklah Ray, kita sarapan bersama." Ucap Ardy kepada Rayhan yang hanya berdiri di sampingnya. "Hari ini kamu pergilah dengan pak Sukri untuk melihat suasana kampus dan lakukan daftar ulang. Aku sudah mendaftarkanmu untuk kuliah di universitas yang sesuai dengan jurusan yang kau inginkan." Kata Ardy kepada Anggun. Flash back on "Ini brosur-brosurnya tuan." Ucap Rayhan seraya memberikan brosur-brosur yang dibawanya kepada Ardy. Ardy mengambil brosur-brosur itu lalu memberikannya kepada Anggun. "Lihat-lihatlah dulu di mana kamu akan meneruskan jenjang pendidikanmu." Lanjut Ardy berbicara kepada Anggun. Anggun mengambil semua brosur- brosur yang diberikan kepadanya, memb