Sepasang mata Xavier menatap tak percaya kepada tiga orang yang berdiri didepannya. Jika hanya ada anak buah Reynold dan Rose saja, mungkin dia tidak akan heran.Namun ada juga anak buah Kevin bersama mereka. Ini artinya satu hal, Kevin sudah bergabung dengan Reynold dan Rose di kontes ini."Sial! Pantas kau berani menyerang ku disini, Sanu."Xavier menyeringai sambil menarik keluar pisau kecil yang menancap di tubuhnya. Matanya nanar menatap pria yang tadi bertarung dengannya."Hanya orang bodoh yang berani melawan salah satu mantan pengawal elit grup A."Sanu tertawa kecil diikuti dua orang lainnya. Mereka melihat Xavier bagai pemburu yang sudah membuat mangsanya terpojok.Dalam senioritas, Xavier memang di atas mereka bertiga. Dia salah satu elit yang pernah membangkang karena sistem baru yang di terapkan oleh Connor.Sistem itu di nilai terlalu keras dan menyebabkan beberapa calon pengawal tumbang sebelum berkembang.Kalau
Juno adalah salah satu anak buah terbaik Connor. Dia menjadi pengawal yang bisa lolos tes berat yang diberikan oleh cucu tertua Wallace itu saat penerimaan bodyguard baru beberapa bulan yang lalu. Dari 200 orang yang mendaftar, Juno menjadi 15 orang terakhir yang bisa lulus tes dengan peringkat terbaik. Sisanya harus menyerah di tengah jalan bahkan ada yang tidak bisa lagi menjadi pengawal karena cidera. Dengan nilainya yang bagus, Juno ditunjuk langsung oleh Connor sebagai salah satu pengawal pribadinya. Juno melewati beberapa orang lama yang berada dibawah peringkatnya dalam perusahaan. Dalam kontes ini pun, Juno ditunjuk menjadi orang terakhir yang bisa jadi penentu kemenangan. Bukti bahwa Connor sangat percaya padanya. Dia juga tidak perlu khawatir dengan peserta lain. Karena sebelum kontes dimulai, dia sudah diberitahu kalau anak buah Kevin akan mendukung tim Connor. Dengan artian mereka bekerja sama. Tak heran timnya bisa dengan mulus melewati rintangan. Tidak seperti tim d
"Bukannya 2 Lawan 1 itu tidak adil, ya?"Ada nada ejekan dari suara itu. Taron dan Edwin menatap sumber suara berasal. Mereka melihat Dario dengan tas di bahunya berdiri dengan senyum penuh arti."Bajingan lain dari si jalang Lili."Edwin membalas ejekan Dario dengan seringai di wajahnya. Emosi yang tadi untuk Juno, nampaknya menemukan sasaran baru."Sayang sekali. Tuan muda dan nona Wallace harus mempekerjakan orang gila macam kau." Ucap Dario dingin."Tadinya aku hanya ingin numpang lewat dan tidak perduli dengan pertarungan kalian. Tapi kau sudah menjelek-jelekkan nona Lili dengan mulut busuk mu. Sebagai anak buahnya, aku tentu tak bisa diam saja.""Hahaha! Kau dengar itu, Taron? Bocah kemarin sore mau melawan ku. Pulang saja kau bocah! Ini bukan permainan anak kecil!""Tunggu!" saat Edwin ingin menyerang Dario, Taron menahannya."Jangan bilang kau takut pada bocah ini?" Emosi Edwin kembali tersulut. Dia heran dengan sikap Taron.Yang ditanya tak menggubris rekannya. "Kami tidak ada
"Tinggal kita bertiga disini. Aku ingin kita lebih dulu bertarung untuk menentukan siapa terbaik diantara kita. Bagaimana, Dario?"Kedua alis Dario berkerut. Tentu saja jika pertarungan ini terjadi, akan tidak adil karena Dario baru saja bertarung dengan Edwin.Namun sebagai pengawal elit, reputasi selalu menjadi yang pertama. Siapapun yang menang lomba kali ini, dipastikan namanya dan nama tuannya pasti akan naik."Aku dari tadi sudah mengawasi caramu bertarung. Kau hebat juga bisa mengalahkan Edwin." Samuel kembali berkata setelah Dario masih diam."Bagaimana dengan dia?" Dario balik bertanya sambil menunjuk Juno yang masih berdiri sambil meringis menahan sakit.Samuel menatap Juno yang juga menatapnya. "Terserah padamu. Jika dia jadi penghambat pertarungan kita, kau bisa menyingkirkannya!"Mata Juno terbelalak. Bagaimanapun dia sudah cukup lelah menghadapi Edwin dan Taron. Jika harus kembali bertarung melawan Samuel dan Dario, dia tidak akan sanggup."Bajingan kau, Samuel. Kalau aku
Sebuah wajah yang dikenal oleh Dario muncul dari area pandang saat dirinya sedang berbaring karena kelelahan. Staminanya benar-benar terkuras berkat pertarungannya dengan Samuel. Pemilik wajah itu tersenyum dengan menawarkan sebuah kaleng minuman berenergi. "Kau cukup hebat juga bisa finish di posisi dua. Padahal Xavier saja babak belur." Dario tidak langsung menjawab. Setelah duduk dan menerima kaleng minuman itu, dia langsung mengkosongkan isinya tanpa sisa. Rasa segar mengalir di tenggorokannya. "Aku hanya beruntung. Lawanku tidak sebrutal yang Xavier hadapi." Ujar Dario sambil melihat ke belakang lawan bicaranya dengan senyum usil. "Dimana bos? Apakah dia terlalu senang hingga tidak sempat memberikan selamat untuk kami, Raven?" Sambil masih tersenyum, Raven menjawab candaan rekannya. "Nona menengok yang lain ke ruang perawatan. Mungkin dia akan mengucapkan selamat secara pribadi khusus untukmu." Keduanya kemudian tertawa. Mereka
Keluarga Calvin Wallace sedang berkumpul di meja makan di rumah besar milik pribadi. Disitu sudah ada Calvin yang duduk di bangku utama yang ada di ujung meja.Istrinya Rebecca dan Kevin duduk bersebelahan di kiri sang kepala keluarga. Sedangkan Connor dan Vivian ada di sebelah kanannya. Carla, istri Connor, tidak ikut karena harus menjaga anak mereka.Banyak menu makanan sudah terhidang. Beberapa botol wine juga tersedia disana. Salah satunya isinya sudah berkurang banyak, berpindah kelima gelas.Senyum sumringah tak lepas dari bibir Calvin. Sebagai orang tua, dia bangga kedua anaknya mendapatkan hasil lumayan di hari pertama."Bersulang untuk Connor dan Kevin yang sudah meraih posisi pertama dan ketiga hari ini," ujar Calvin mengangkat gelasnya kepada empat orang lain yang ada di ruangan.Semua yang ada disitu mengangkat gelasnya untuk menghormati Calvin. "Kalian tidak melihat wajah kedua paman kalian melihat hasil ini? Tak sia-sia aku membesarkan kalian."Sebuah tawa kemudian terde
Dario tidak pulang ke apartemennya tadi malam. Selama kontes, dia tinggal di tempat khusus yang disediakan untuk tim F.Selain agar lebih praktis tidak pulang pergi, dengan Dario tetap tinggal disana, keamanannya sebagai salah satu peserta pun lebih terjamin.Hal itu juga bisa membuat Dario lebih mengenal anggota yang lain dan menumbuhkan rasa saling percaya serta kerjasama antara mereka.Hari ini Dario berada di ruang perawatan menemani Xavier. Ada Rhino, Olaf dan Lampard juga disana. Wajah mereka semua nampak serius.Sebuah layar televisi 32 inchi sedang menyiarkan perlombaan hari kedua. Siaran itu terbatas hanya untuk Boa Groups, sehingga siapapun bisa menonton selama masih ada dilingkungan perusahaan.Raven memimpin di depan yang lain dengan jarak yang lumayan. Pria yang baru dikenal Dario beberapa hari itu lumayan cepat meluncur di antara gelombang.Melihat kecakapan Raven dalam berenang, mengusik tanya dalam diri Dario."Selain kau dan Raven, kemana anggota tim khusus yang lain,
Wajah ketujuh orang yang duduk di bawah panggung, menunjukan berbagai ekspresi. Pandangan enam diantaranya mengarah ke Lili yang fokus menatap layar.Yang lain juga kemudian saling pandang seakan tak mengerti. Hanya satu orang yang bersandar di sofa yang dia duduki sambil tersenyum tipis."Kak, apa anak buahmu tidak apa-apa melanjutkan lomba dengan kaki begitu?"Vivian mengirim pesan ke gawai Lili. Yang ditanya hanya melihat sekilas tanpa ada niat untuk membalas pesan itu.Dia tadi menyuruh pengawalnya untuk memerintahkan anggota yang lain bergegas ke pos kontes yang berada di 5 kilometer pertama.Disana Raven akan diberikan antidote sementara agar racunnya tidak menjalar terlalu jauh. Jika di diamkan, takutnya malah membahayakan kaki yang terkena racun.Aturan kontes memang dibuat longgar. Selama tidak membahayakan peserta lain, apapun boleh dilakukan. Seperti hari pertama, setiap dibolehkan bertarung antara sesama asal tidak masuk ke dalam sorotan kamera.Tapi menggunakan racun mung