Lona terkejut, tapi segera wajahnya berubah menjadi bahagia dan ia memeluk Kin dengan erat."Benarkah? Aku tidak menyangka!" kata Lona dengan suara lirih, merasa sangat tersentuh."Ya, benar," jawab Kin, sambil merangkul Lona kembali. "Aku sudah mempertimbangkan hal ini cukup lama, dan aku tahu bahwa kamu adalah orang yang benar-benar aku mau bersama selamanya. Aku tidak ingin menunda-nunda lagi."Lona terharu, menyadari bahwa ini adalah keputusan yang sangat berani dari Kin. Dia merasa sangat beruntung memiliki seseorang seperti Kin yang begitu mencintainya."Terima kasih,tapi apa yang bisa aku berikan untukmu? Aku sudah tidak bisa apa-apa?"tanya Lona, "Kamu akan menyesal menikahi aku, Kin."Kin tersenyum dan menatap Lona dengan lembut. "Tidak ada yang harus kamu berikan untukku. Aku mencintaimu apa adanya, Lona. Kamu memberikan kebahagiaan dan arti pada hidupku, dan itu adalah hadiah yang tak ternilai bagi ku."Lona merasa terharu dengan pernyataan Kin. Dia tahu bahwa Kin benar-bena
“Maaf, Nona! Anda sebaiknya saya antar pulang saja, tidak baik jika anda menginap di rumah saya,” kata Naka. Pria tampan dengan postur tubuh tinggi dan gagah itu tampak tengah berusaha memapah seorang wanita cantik yang berjalan sempoyongan karena mabuk berat. “Ah, tapi aku ingin tidur di sini saja, aku malas pulang ke rumah,” rengek wanita itu. Wanita cantik berdarah China Indonesia itu tampak tengah bergelayut manja di tengkuk Naka, dialah Orin, merupakan putri dari bosnya Naka. Naka sendiri adalah orang yang dipercaya oleh papinya Orin untuk menjaga Orin kemanapun pergi, jadi Naka adalah bodyguardnya Orin. “Nona, saya akan antarkan anda pulang, nanti Bibi Mita mencari anda,” kata Naka “Tidak mau!” seru Orin “Tapi, saya tidak enak sama tuan kalau anda menginap dirumah saya, nanti juga…,” CUP!! Naka seketika membeliak matanya mendapatkan perlakuan dari putri majikannya itu. Orin tiba-tiba mencium bibir Naka, bahkan dengan ganas mencoba menerobos masuk ke sela-sela mulut Naka, se
“Bapak pasti bercanda,” kata Naka, “Nona mana mungkin mau menikah dengan saya, secara umur saja saya lebih muda dari nona Orin.” “Bapak tidak bercanda, nikahi Orin, barangkali dengan seperti itu, dia bisa mulai bisa merubah tabiat buruknya,” balas Anindito “Kenapa Bapak tidak nikahkan Nona dengan anak dari rekan bisnis Bapak? Mereka lebih pantas dibandingkan saya yang hanya seorang bodyguard, Pak,” kata Naka “Tidak, anak-anak rekan bisnisku sama saja seperti Orin, suka dunia malam, mabuk dan having sex, mau jadi apa jika dua anak manusia sama-sama menyukai dunia seperti itu dijadikan satu dalam sebuah pernikahan,” balas Anindito, “Menikah itu bukan sebuah permainan, jika bosan dan tidak suka maka buang, cari yang lain lagi, Bapak tidak mau Orin seperti itu.” “Lalu kenapa harus saya?” tanya Naka masih saja tidak percaya. “Karena kamulah orang tepat untuk Orin, kesabaranmu selama ini menghadapi Orin sudah cukup membuktikan bahwa kamu layak menjadi suami Orin, jangan melihat usia. Se
Seketika Orin melotot tidak percaya jika sang Papi menginginkan dirinya justru menikah dengan Naka, bodyguardnya sendiri, alias bawahan Papinya. Dunia rasanya berhenti berputar ketika Orin membayangkan itu semua, bahkan Naka saja kuliah belum selesai, apa kata teman-temannya jika orin justru menikah dengan makhluk yang disebut berondong. “Bagaimana?” tanya Anindito “Tidak ada pilihan lain, Pi?” tanya Orin tampak bimbang “Tidak, itu pilihan Papi yang paling tepat, menikah dengan Naka atau Naka akan Papi berhentikan menjadi bodyguard keluarga kita,” jawab Anindito. “Boleh nggak Orin mikir dulu?” tanya Orin “Boleh, waktumu hanya sampai besok pagi,” jawab Anindito dengan tegas Orin langsung membeliakkan mata, tidak percaya, keputusan menikah atau tidak hanya diberikan waktu kurang dari 24 jam. Orin langsung lari masuk ke kamarnya, merebahkan diri diranjang empuknya. “Papi nyebelin, masa aku suruh nikah sama bocah!” gerutu Orin, “Pasti Ulin sama Rara bakal ngeledek aku habis-habisan
“Malah Haaa! Jawab bukan malah haaa,” gerutu Orin. “Ya, tapi, saya juga bingung Non harus jawab apa, saya takut Nona tidak mau sama saya, tapi saya juga bingung gimana cara menolak permintaan bapak,” balas Naka. Penjual nasi goreng datang dengan membawakan dua piring nasi goreng dan 2 gelas minum. “Silahkan dinikmati,” “Terima kasih, Pak,” kata Naka Orin yang benar-benar kelaparan langsung melahap nasi gorengnya tanpa ditiup, akhirnya orin jadi kepanasan, membuat Naka tertawa geli sendiri. “Masih panas, non. Ditiup dulu,” kata Naka “Kamu gak hihang kao hanas,” balas Orin sambil berusaha mengunyah nasi goreng yang sudah terlanjur masuk kemulutnya. Akhirnya Naka membantu sedikit mendinginkan nasig goreng Orin dengan cara mengipasi nasi goreng Orin menggunakan kertas menu yang terletak diatas meja. Orin diam-diam memperhatikan Naka yang begitu perhatian pada Orin. Selama ini memang Naka nyaris selalu meladeni kemauan Orin tanpa membantah sedikitpun, melindungi Orin yang merupakan
Orin dan Naka sama-sama melotot tidak percaya dengan keputusan Anindito, secepat itu mereka akan dinikahkan, Naka berpikir bahkan paling tidak menunggu sampai dia selesai sidang skripsi yang hanya tinggal satu bulan lagi, tapi apapun keputusan Anindito, Naka tidak bisa membantah. Orin sebagai anaknya saja tidak bisa membantah, apalagi dia yang hanya seorang bodyguard. Siang itu, Naka menyerahkan berkas yang digunakan untuk keperluan menikah, dari mulai kartu keluarga, KTP sampai akta kelahirannya. Anindito menerima berkas itu lalu membawanya keruang kerjanya. Anindito memeriksa masing-masing pemberkasan Naka dengan seksama, dan ketika Anindito membaca akta kelahiran Naka, dia sedikit terkejut membaca nama kedua orang tua Naka. “Jadi nama ayahnya Naka itu Bayu Erlangga, ibunya Maya Saputri. Aku seperti tidak asing dengan dua nama ini,” gumam Anindito. Dia kemudian mencari data kecelakaan tiga tahun lalu, karena memang informasinya kedua orang tua Naka meninggal karena kecelakaan mobi
“Saya terima nikahnya dan kawinnya Orin Regina Asmoro binti Anindito Asmoro dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai!” Suara lantang Naka menggema memenuhi hall hotel bintang lima yang digunakan secabagai acara akad nikah sekaligus sebagai tempat resepsi. “Sahhh!” teriak para saksi. Naka tersenyum lega, akhirnya dia bisa mengucapkan ijab Kabul hanya dengan satu tarikan nafas, padahal semalaman dia nyaris tidak bisa tidur karena sibuk menghapal ijab Kabul, dan selalu saja salah-salah terus, entah salah menyebut nama Orin atau salah menyebut nama mertuanya. Naka mencium kening wanita yang sudah berstatus sebagai istrinya dengan lembut, dan orin mencium punggung tangan pria yang selama ini selalu setia menemaninya dan menjaganya sebagai seorang bodyguard, dan kini berubah status menjadi suaminya. Sungguh tidak ada yang menyangka, jika Naka berhasil menakhlukkan hati Orin, semua orang juga tahu jika Naka adalah bodyguardnya Orin, ada sebagian orang yang bangga dengan sikap Naka yang m
Esok harinya, Naka sudah bangun terlebih dahulu, dan berlari kekamar mandi. Naka pria normal, semalaman tidur dengan posisi dipeluk Orin, tentu sungguh menyiksanya, sehingga pagi itu Naka segera menuntaskan semuanya dikamar mandi. Keduanya kemudian pulang kerumah pada siang hari, setelah mereka sarapan bersama di hotel, lalu mampir ke rumah Naka untuk mengambil barang-barang milik Naka. Naka resmi tinggal dirumah Orin, bersama mertuanya, sehingga Naka harus mengambil barang-barang yang masih ada dirumah peninggalan orang tuanya. Naka masuk ke kamar Orin dengan suasana berbeda, sudah ada satu lemari tambahan disana, yang memang ditambahkan untuk tempat pakaian Naka. “Aku bantu bereskan pakaian abang,” kata Orin “E, tidak usah, aku bisa sendiri,” balas Naka, “Kamu istirahat saja, besok sudah mulai kerja.” “Siapa bilang besok kita kerja?” tanya Orin, “Kita akan bulan madu.” “Bu-bulan madu?” tanya Naka tidak percaya, kenapa juga harus ada bulan madu, sedangkan malam pertama saja dila