"Minum ini, Tuan!"
Omar menyerahkan obat cair kepada Kevan. Tapi, Kevan diam saja."Obat? Ngaco! Aku nggak sakit."Omar menghela napas. "Ini obat anti mabuk di perjalanan," jawab Omar mencoba bersabar. "Apa Anda ingat, Tuan? Anda mabuk saat berada di dalam pesawat. Anda juga mabuk saat naik lift."Kevan melihat Ziyad sedang senyum-senyum. "Kamu kasih tahu Omar kalau aku phobia naik lift? Bagus banget, Ziyad!""Bukan gitu, Tuan," sangkal Ziyad buru-buru. "Omar bodyguard Anda. Jadi saya pikir, dia harus tahu kondisi Anda. Apa itu salah?"Kevan mengambil obat tersebut dari tangan Omar. "Nggak salah, tapi malu-maluin aku."Saat ini, Kevan berada di dalam helikopter bersama Ziyad dan Omar menuju kota Shipyard. Dia pun akhirnya meminum obat anti mabuk pemberian Omar."Ngomong-ngomong, kenapa Anda lakukan ini, Tuan? Apa Tuan Christian nggak marah?" tanya Ziyad.Baik Ziyad maupun Omar, keduanya begitu penasaran dengan jawaban Kevan. Mereka menunggu Kevan berbicara.Tiba-tiba raut wajah Kevan berubah sedih. Kedua matanya berkaca-kaca.'Aku lakukan semua ini karena cemas dengan kondisi Cia. Gimana aku bisa tenang saat dia sakit begini?' tanyanya pada diri sendiri."Masalah Kakek biar jadi urusanku, Ziyad," jawab Kevan. "Kalian lakukan aja perintahku!""Baik, Tuan.""Baik, Tuan."Ziyad dan Omar hanya bisa mengiyakan kata-kata Kevan."Siapa yang mendesain HHC Tower?""Tuan, kenapa Anda tiba-tiba tanya itu?" tanya Omar. Dia memperhatikan pilot sambil melihat-lihat pemandangan dari atas yang menakjubkan."Cuma penasaran. Karena desainnya bagus banget mirip gedung pencakar langit di negara-negara maju lainnya."Ziyad pun tersenyum. "Tuan, kota Horizon sebagai pusatー""Pusat pemerintahan dan pusat bisnis, kan? Mau berapa kali kamu dan Omar mengulangi penjelasan itu? Hemm ...."Ziyad dan Omar tertawa. Begitu juga Kevan."Ha! Ha! Ha! Maaf, Tuan," ujar Ziyad. "Drake Jordan adalah arsitek yang merancang HHC Tower. Dia berasal dari luar negara Nexterra."Kevan manggut-manggut."HHC Tower menjadi gedung tertinggi di negara Nexterra dengan tinggi 828 meter dan memiliki 157 lantai," jelas Ziyad. "HHC memiliki lift dengan kecepatan 60 km/jam atau 15.7 m/s. Dan Anda tahu, Tuan Kevan?"Kevan menatap Ziyad tanpa berbicara."Kecepatan lift ini merupakan yang tercepat di dunia," lanjut Ziyad.Kevan takjub dengan penjelasan Ziyad. Dia berseru, "Wow! It's cool! HHC Tower bergaya Neo-futurisme dan aku suka banget lihatnya di internet. Nggak sangka gedung itu milik keluarga sendiri."Omar dan Ziyad tertawa bersama."Saya juga nggak sangka kalau Anda begitu polos, Tuan. Jangan sampai kepolosan Anda dimanfaatkan oleh lawan!"Omar berkata sekadar mengingatkan Kevan. Dia tidak ingin Kevan selalu kalah menghadapi lawan."Tenang aja! Tuan kalian ini nggak sepolos yang kalian pikirkan."Tiba-tiba saja, terlintas satu pertanyaan di benak Ziyad."Tapi Tuan, kenapa tadi Anda nggak lawan Tuan Ken dan anaknya? Padahal Anda punya kekuasaan di mansion keluarga Hanindra.""Pertanyaan yang sama, Tuan Ziyad," celetuk Omar. "Saya nggak bisa dan nggak mau lihat mereka menindas Anda, Tuan Kevan."Kevan hanya tertawa kecil. Kemudian berkata, "Ikuti aja dulu aturan main mereka! Jangan khawatir, aku nggak apa-apa.""Dan, gimana dengan Ibu Nulla?" Ziyad kembali bertanya. "Kenapa Anda merendahkan diri di depannya? Padahal Anda bisa muncul di ruang meeting dan langsung memutuskan hubungan kerja sama dengan Wijaya Corp."Kevan menyeringai. "Aku nggak mau ada orang lain yang tahu identitasku. Paham?"Lagi, Ziyad tidak puas dengan jawaban Kevan. "Kenapa, Tuan? Apa ada yang salah?""Karena aku ingin lihat Nulla bersujud di kakiku suatu hari nanti," jawab Kevan tegas."Apa itu alasan Tuan meminta saya untuk membawa pakaian ganti ini?" Ziyad bertanya seraya menunjuk tas besar berisi pakaian bersih milik Kevan."Ya. Karena setelah ini, aku akan kembali bekerja sebagai bodyguard di rumah keluarga Darwin."Ziyad dan Omar terkesiap. Mereka terdiam selama beberapa detik. Akhirnya mereka paham alasan Kevan menutupi jati dirinya."Keluarga Darwin?! Kok bisa?! Mereka adalah saingan utama bisnis keluarga Hanindra, Tuan," ujar Ziyad terkejut."Lalu, apa ada yang salah? Ingat, jangan pernah ikut campur urusanku jika aku nggak minta tolong!"Ziyad dan Omar mengangguk. Helikopter yang mereka naiki sudah mendarat di bandar udara internasional Shipyard di mana H.O Airways beroperasi. Mereka pun bersiap untuk keluar dari sana."Hati-hati melangkah, Tuan!" seru Ziyad.***"Kita udah sampai di kota Baubau, Tuan," ucap Ziyad.Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam, akhirnya Kevan sampai di kota Baubau yang berada di pulau Pearl. Kevan beberapa kali terlihat sedang mengembuskan napasnya kasar.Pesawat jet pribadi milik keluarga Hanindra pun mendarat di bandar udara internasional kota Baubau. Kevan sudah mengganti pakaian sederhana."Oh, bagus!" seru Kevan. "Ayo!""Astaga, Tuan!" Ziyad berseru disertai wajah yang kebingungan. "Ya ampun, Tuan Kevan!" Omar pun berseru sama seperti Ziyad.Kevan membenarkan topi hitam dengan gambar elang kecil. Wajahnya yang tampan tetap terlihat tenang meskipun mendapatkan sorot mata tajam dari kedua orang kepercayaannya.Kini, mereka sedang berada di dalam mobil mewah keluarga Hanindra yang berhenti di bahu jalan. "Mau sampai kapan kalian tatap aku kayak gitu? Hmm? Santai aja, guys! Wehehehe" Kevan terkekeh. "Gimana? Aku udah rapi belum?""Tuan, Andaー"Kevan tidak membiarkan Ziyad berbicara. Dia memainkan kedua matanya ketika berbicara. "Tenang aja! Tuan kalian ini sedang cosplay jadi bodyguard seorang Nona cantik keluarga Darwin. Yup! Selama aku pergi, kalian bisa tinggal di apartemen dan lakukan kerjaan lain.""Nona Ciara Darwin, kan?" Omar memberikan tas ransel milik Kevan ke pemiliknya. Kevan membuka pintu mobil. Dia ke luar dari sana menenteng tasnya.Kevan tersenyum seraya memakai tasnya. "Yes, Nona Cia,
"Kakak ...."Suara lemah perempuan terdengar di telinga Kevan. Dia mencari-cari sumber suara tersebut. "Kamu di mana, Nona?"Kevan memutar bola matanya ke setiap sudut kamar Ciara. Tidak lama, dia melihat sepasang kaki terjulur. "Nona Cia!" panggil Kevan begitu melihat Ciara duduk di lantai menyandarkan tubuhnya pada ranjang. "Astaga, ya Tuhan!"Kevan bergegas mendekati Ciara. Dia berjongkok dan menatap wajah pucat anak majikannya."Kamu mimisan lagi?!" tanya Kevan yang dibalas dengan anggukan. Kevan panik. Kevan melihat banyaknya tisu bekas bernoda merah terang berserakan di lantai. Dia juga melihat obat-obatan Ciara berserakan. "Kakak, kepala aku ...."Suara Ciara mengagetkan Kevan yang sedang memperhatikan lantai. 'Benar-benar berantakan,' keluh Kevan di dalam hati. Dia menahan emosi. Dia juga menahan rasa bersalah. "Sebentar, aku hidupkan lampu," ujar Kevan. Dia berdiri dan segera menekan saklar.Pencahayaan yang semula redup, kini terang benderang. Kevan terbelalak saat me
"Kamu berani bantah perintah Kakek, Kevan?!" Kevan menghela napas berat. Kevan tahu Christian murka karena dia memberikan respon yang menentang. Tapi, apa dia akan membiarkan Christian salah paham padanya?"Kakek juga nggak sangka, kamu berani banget ambil keputusan di hari pertama kerja sampai buat orang-orang kesal."Kevan membiarkan Christian menumpahkan emosi padanya. Dia memilih untuk diam dan mencari celah untuk membela diri. "Sekarang temui Kakek dan jelasin alasan kamu memutuskan kerja sama dengan perusahaan Wijaya!"Lagi, Kevan menjawab, "Maaf, aku nggak bisa. Aku akan pulang saat pekerjaanku selesai.""Kevan, kamuー""Kakek, apa Anda ingat perjanjian diantara kita sebelum aku setuju ikut Anda dan Nenek?"Kevan mengungkit perjanjian yang dibuat oleh dirinya dan Christian. Hening. Christian diam membatu. "Kakek ingat, kan? Apa Kakek akan melanggarnya?"Sementara itu, Kevan mendengar sayup-sayup suara berisik dari dalam kamar Ciara. Dia mencoba mencari tahu. Kevan melihat s
"Kenapa diem aja, Van? Kamu rela si brengsek itu grepe-grepe Nona Cia?" Bima sedikit kesal karena Kevan hanya diam saja melihat kepiawaian Miguel memanipulasi keadaan. "Aku yakin, Nona bisa tentuin sikapnya sendiri," jawab Kevan masih dengan gayanya yang santai. "Aisshh! Cowok mana sih, Van, yang nggak tertarik sama Nona kita?" Bima masih saja kesal dengan sikap Kevan yang cuek. "Dia cantik banget kayak princess di negeri dongeng dan body-nya aduhai! Jangan sampai si bajingan itu berhasil tiduri Nona."Kevan tersenyum tipis. "Ngomong aja terus, Bim! Lagian, kenapa kamu nggak cari pacar aja, sih?""Kamu sendiri, kenapa putus sama Nulla? Dia kan seksi, Van." Bima teringat ketika Kevan memperlihatkan foto Nulla padanya. "Apa benar kata Mang Ismail?""Apaan?!" "Kamu jatuh cinta sama Nona sejakー"Buk!"Aarrggghhh!" Bima terkejut. Dia buru-buru menutup mulutnya.Kevan memukul pelan perut Bima. Dia juga memotong ucapan Bima. "Sssttt! Nggak baik ngomongin majikan sendiri. Pamali!" serunya
'Cantik," ujar Kevan di dalam hati mengagumi wajah Ciara. 'Bola mata coklatnya indah sama seperti warna rambutnya.'Waktu seolah berputar melambat. Keduanya saling menatap satu sama lain. Tangan Kevan menyentuh tangan Ciara. Gadis itu pun diam saja sambil menatap Kevan."Kak, aku pegal," ujarnya datar. "Kamu mau ambilin boneka aku atau nggak, sih?"Kevan gelagapan. Dia salah tingkah. "Oh, iーiyya ...."Kevan melepaskan tangan Ciara cepat-cepat. Lalu, mengambil boneka beruang besar berwarna lavender di lantai. Ciara kembali tiduran saat sudah mendapatkan bonekanya kembali. "Kamu begadang? Atau Bima?""Oh, aーaku," jawab Kevan terbata. "Aku yang begadang, Nona manis."Sekarang, Kevan sudah merasa lebih baik. jantungnya tidak lagi berdebar seperti tadi. Dia telah menguasai dirinya sendiri. Kevan berdiri. Dia menutupi tubuh Ciara dengan selimut. "Kak!" teriak Ciara memanggil Kevan. "Apa?"Ciara berulang kali mengembuskan napas panjang. "Kamu mau aku cepat mati, ya?!" Ciara marah. Namu
"Lima putaran?!" Ciara bertolak pinggang. "Yang bener aja, Kak! Kamu pasti nggak waras?"Kevan tertawa. Begitu juga dengan Ismail dan Bima yang berdiri tidak jauh di belakang Kevan. "Non, nanti kalau lelah, Kevan yang gendong," ujar Ismail menimpali ucapan Ciara. "Sepeda listriknya masih Mamang isi daya. Mamang kelupaan semalam keasikan nonton bola.""Ishhhhhh, gimana sih!" Ciara berdecak kesal. "Ya udah, ayo jalan!"Ciara berjalan menuju pagar tinggi yang sedikit terbuka. Bima sudah menunggunya di depan pagar. "Eh, kamu ngapain berdiri di situ, Bim?" tanya Ciara bingung melihat Bima sudah berdiri di depan pagar."Saya mau menemani Anda dan Kevan, Nona," jawab Bima sambil tersenyum."No! No! No!" Ciara yang menolak. "Kamu di sini aja sama Mang Ismail!" Kevan mengangguk begitu Bima melihatnya. "Iyain aja, Bim. Daripada ngamuk!"***Kevan menemani Ciara jalan pagi keliling kompleks. Ciara berjalan di depannya dengan kepayahan. "Kalau gini terus, badan Cia pasti semakin lemah," gumam
"Van!" Kevan baru saja keluar dari ruang adminstrasi Universitas Golden Baubau. Dia menoleh ketika mendengar seseorang memanggil namanya."Oh, Novira. Kenapa?" tanya Kevan. Dia memasukkan selembar kertas tanda bukti pembayaran ke tas ranselnya. "Kamu malem Minggu ada acara? Di rumahku ada party. Ya, party kecil-kecilan, sih. Mau ya dateng ke rumahku?" Novira Arsella, salah satu bintang kampus yang selalu gonta-ganti pasangan kencan. Selain cantik, dia merupakan salah satu anak dari keluarga kaya raya di kota Baubau. Kevan menatap dua gadis yang berdiri bersama Novira. Mereka adalah sahabat Novira."Oh, malem Minggu, ya?"Kevan mengulangi pertanyaan Novira. Dia memutar otaknya mencari alasan yang tepat untuk menolak ajakan Novira. "Aku ada acara reuni SMA," jawab Kevan santai. Dia sadar bahwa ada banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya. Wajah Novira berubah masam. Baru saja Novira ingin menjawab, Kevan meraih ponselnya yang bergetar. "Maaf, Novira. Aku buru-buru," ujar Ke
"Kurang ajar!" teriak Samir kesal. Kevan berulang kali menghindari pukulan Samir. Dia sama sekali tidak melawannya. "Ayo, lawan!" seru Samir sambil mengepalkan kedua tangan. "Kenapa? Nggak bisa berantem? Nggak bisa beladiri?"Samir mencoba memancing emosi Kevan. Dia menatap Kevan sinis.Samir meludah ketika melihat Kevan memegangi bibirnya yang tipis, "Cih!" Kevan mengusap darah di ujung bibirnya dengan ibu jari. 'Darah? Sialan! Aku mau melawan, tapi aku nggak mau identitasku ketahuan publik! Bisa kacau rencanaku nanti!"Romi teriak, "Hajar aja, Bos!" Samir menoleh ke teman-temannya. Dia tersenyum miring. "Kevan kayaknya nggak bisa bela diri, Bos," ujar Rey. "Habisin aja orang miskin kayak dia!""Betul tuh, Bos," ucap Feral. "Syukur-syukur spesies miskin kayak dia lenyap dari muka bumi!"Karena mendapatkan dukungan dari ketiga temannya, Samir begitu bersemangat untuk menghajar Kevan lagi. "Kamu yakin, mau adu skill bela diri sama aku?" tanya Kevan santai. "Tapi, nggak gitu carany