Share

10. HHC Tower

"Minum ini, Tuan!"

Omar menyerahkan obat cair kepada Kevan. Tapi, Kevan diam saja.

"Obat? Ngaco! Aku nggak sakit."

Omar menghela napas. "Ini obat anti mabuk di perjalanan," jawab Omar mencoba bersabar. "Apa Anda ingat, Tuan? Anda mabuk saat berada di dalam pesawat. Anda juga mabuk saat naik lift."

Kevan melihat Ziyad sedang senyum-senyum. "Kamu kasih tahu Omar kalau aku phobia naik lift? Bagus banget, Ziyad!"

"Bukan gitu, Tuan," sangkal Ziyad buru-buru. "Omar bodyguard Anda. Jadi saya pikir, dia harus tahu kondisi Anda. Apa itu salah?"

Kevan mengambil obat tersebut dari tangan Omar. "Nggak salah, tapi malu-maluin aku."

Saat ini, Kevan berada di dalam helikopter bersama Ziyad dan Omar menuju kota Shipyard. Dia pun akhirnya meminum obat anti mabuk pemberian Omar.

"Ngomong-ngomong, kenapa Anda lakukan ini, Tuan? Apa Tuan Christian nggak marah?" tanya Ziyad.

Baik Ziyad maupun Omar, keduanya begitu penasaran dengan jawaban Kevan. Mereka menunggu Kevan berbicara.

Tiba-tiba raut wajah Kevan berubah sedih. Kedua matanya berkaca-kaca.

'Aku lakukan semua ini karena cemas dengan kondisi Cia. Gimana aku bisa tenang saat dia sakit begini?' tanyanya pada diri sendiri.

"Masalah Kakek biar jadi urusanku, Ziyad," jawab Kevan. "Kalian lakukan aja perintahku!"

"Baik, Tuan."

"Baik, Tuan."

Ziyad dan Omar hanya bisa mengiyakan kata-kata Kevan.

"Siapa yang mendesain HHC Tower?"

"Tuan, kenapa Anda tiba-tiba tanya itu?" tanya Omar. Dia memperhatikan pilot sambil melihat-lihat pemandangan dari atas yang menakjubkan.

"Cuma penasaran. Karena desainnya bagus banget mirip gedung pencakar langit di negara-negara maju lainnya."

Ziyad pun tersenyum. "Tuan, kota Horizon sebagai pusatー"

"Pusat pemerintahan dan pusat bisnis, kan? Mau berapa kali kamu dan Omar mengulangi penjelasan itu? Hemm ...."

Ziyad dan Omar tertawa. Begitu juga Kevan.

"Ha! Ha! Ha! Maaf, Tuan," ujar Ziyad. "Drake Jordan adalah arsitek yang merancang HHC Tower. Dia berasal dari luar negara Nexterra."

Kevan manggut-manggut.

"HHC Tower menjadi gedung tertinggi di negara Nexterra dengan tinggi 828 meter dan memiliki 157 lantai," jelas Ziyad. "HHC memiliki lift dengan kecepatan 60 km/jam atau 15.7 m/s. Dan Anda tahu, Tuan Kevan?"

Kevan menatap Ziyad tanpa berbicara.

"Kecepatan lift ini merupakan yang tercepat di dunia," lanjut Ziyad.

Kevan takjub dengan penjelasan Ziyad. Dia berseru, "Wow! It's cool! HHC Tower bergaya Neo-futurisme dan aku suka banget lihatnya di internet. Nggak sangka gedung itu milik keluarga sendiri."

Omar dan Ziyad tertawa bersama.

"Saya juga nggak sangka kalau Anda begitu polos, Tuan. Jangan sampai kepolosan Anda dimanfaatkan oleh lawan!"

Omar berkata sekadar mengingatkan Kevan. Dia tidak ingin Kevan selalu kalah menghadapi lawan.

"Tenang aja! Tuan kalian ini nggak sepolos yang kalian pikirkan."

Tiba-tiba saja, terlintas satu pertanyaan di benak Ziyad.

"Tapi Tuan, kenapa tadi Anda nggak lawan Tuan Ken dan anaknya? Padahal Anda punya kekuasaan di mansion keluarga Hanindra."

"Pertanyaan yang sama, Tuan Ziyad," celetuk Omar. "Saya nggak bisa dan nggak mau lihat mereka menindas Anda, Tuan Kevan."

Kevan hanya tertawa kecil. Kemudian berkata, "Ikuti aja dulu aturan main mereka! Jangan khawatir, aku nggak apa-apa."

"Dan, gimana dengan Ibu Nulla?" Ziyad kembali bertanya. "Kenapa Anda merendahkan diri di depannya? Padahal Anda bisa muncul di ruang meeting dan langsung memutuskan hubungan kerja sama dengan Wijaya Corp."

Kevan menyeringai. "Aku nggak mau ada orang lain yang tahu identitasku. Paham?"

Lagi, Ziyad tidak puas dengan jawaban Kevan. "Kenapa, Tuan? Apa ada yang salah?"

"Karena aku ingin lihat Nulla bersujud di kakiku suatu hari nanti," jawab Kevan tegas.

"Apa itu alasan Tuan meminta saya untuk membawa pakaian ganti ini?" Ziyad bertanya seraya menunjuk tas besar berisi pakaian bersih milik Kevan.

"Ya. Karena setelah ini, aku akan kembali bekerja sebagai bodyguard di rumah keluarga Darwin."

Ziyad dan Omar terkesiap. Mereka terdiam selama beberapa detik. Akhirnya mereka paham alasan Kevan menutupi jati dirinya.

"Keluarga Darwin?! Kok bisa?! Mereka adalah saingan utama bisnis keluarga Hanindra, Tuan," ujar Ziyad terkejut.

"Lalu, apa ada yang salah? Ingat, jangan pernah ikut campur urusanku jika aku nggak minta tolong!"

Ziyad dan Omar mengangguk. Helikopter yang mereka naiki sudah mendarat di bandar udara internasional Shipyard di mana H.O Airways beroperasi. Mereka pun bersiap untuk keluar dari sana.

"Hati-hati melangkah, Tuan!" seru Ziyad.

***

"Kita udah sampai di kota Baubau, Tuan," ucap Ziyad.

Setelah menempuh perjalanan selama 5 jam, akhirnya Kevan sampai di kota Baubau yang berada di pulau Pearl. Kevan beberapa kali terlihat sedang mengembuskan napasnya kasar.

Pesawat jet pribadi milik keluarga Hanindra pun mendarat di bandar udara internasional kota Baubau. Kevan sudah mengganti pakaian sederhana.

"Oh, bagus!" seru Kevan. "Ayo!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
makin seruuuu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status