Beranda / Romansa / Bodyguard Tampan Kesayanganku / Rencana Kabur Yang Gagal

Share

Rencana Kabur Yang Gagal

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-18 12:51:42

Aku terbangun oleh suara alarm yang memekakkan telinga. Dengan malas kubuka mata. Kalau saja hari ini nggak ada jadwal bertemu dengan dosen pembimbing maka kupastikan akan rebahan sampai siang.

Aku memang masih kuliah semester delapan dan sedang menyusun skripsi. Tapi tenang, ini nggak akan lama. Aku bertekad akan wisuda tahun ini lalu menikah dengan Juna agar aku bisa bebas dari Ian. Aku sudah nggak sabar menunggu masa-masa itu. Pernikahan adalah tiketku menuju kebebasan yang hakiki. Tapi di lain sisi realita kadang tidak selalu sejalan dengan ekspektasi. Sampai saat ini skripsiku sudah direvisi berkali-kali padahal baru bab satu. 

Kalau sudah begini gimana mungkin aku bisa menikah?

"Astagaaaa!!!" Aku berteriak saat menurunkan kaki dan hampir menginjak Greya yang nangkring di lantai kamar.

"Ngagetin aja sih kamu." Aku memegang dada meredakan detak jantungku agar kembali normal.

"Sana! Keluar!" Aku mengusirnya. Tapi si songong itu malah menatapku dengan tajam.

"Diusir malah melotot. Ini lagi si Bibi." Aku menggerutu sendiri.

Asisten rumah tangga kami punya kebiasaan buruk. Setiap kali masuk ke kamarku untuk meletakkan pakaian yang sudah disetrika ke dalam lemari dia lupa merapatkan pintu sehingga Greya bisa masuk. Dan sialnya semalam aku juga lupa mengunci pintu.

"Sana! Keluar!" Aku mengusir Greya yang masih ngetem di tempatnya.

Aku nggak pernah menyukai dia, sama dengan perasaanku pada tuannya.

Karena si mata coklat hitam itu tidak kunjung beranjak, aku mengambil sapu lalu mengusirnya keluar.

Greya lari terbirit-birit. Tepat di saat langkahku sampai di pintu, pintu kamar di seberang kamarku terbuka. Ian muncul dari dalam lalu mengambil Greya yang mencari perlindungan di kakinya.

Aku mendengkus melihat Ian menggendong Greya lalu mengelusnya penuh kasih sayang. Si gadis sok manja itu menatapku lalu mengeong sebelum Ian membawanya

masuk ke kamar.

Jangan salah. Greya bukan manusia tapi British Shorthair Cat atau kucing bulu pendek yang menjadi penghuni rumahku. Nama Greya berasal dari warna bulunya yaitu abu-abu. Dan tambahan huruf 'a' karena dia betina. 

Aku nggak suka kucing. Tapi Papi membelikan kucing dengan harga puluhan juta itu untuk Ian.

Aku sudah nggak ngerti sama sikap Papi. Bisa-bisanya buang-buang uang sebegitu banyak hanya demi orang yang bukan siapa-siapa kami. Papi dan juga Mami memperlakukan Ian sama seperti anak sendiri. Bahkan dua adik laki-lakiku kalah saing.

Selesai mandi aku turun ke bawah lalu sarapan pagi bertiga dengan kedua orang tuaku.

"Ian mana, Melo?" tanya Papi.

Kukedikkan bahu tidak tahu. Aku masih kesal sama Papi.

Aku curiga kamarku dan kamar Ian dirancang berdekatan dan berhadapan agar pria itu benar-benar bisa mengawasiku dua puluh empat jam.

Aku menghabiskan sarapan dengan buru-buru agar setelahnya bisa langsung kabur. Mumpung Ian lagi di kamar mengurus Greya.

Papi dan Mami nggak bertanya saat aku pamitan setelah sarapan. Mereka tahu aku akan pergi bimbingan. Tapi mereka pasti nggak tahu kalau aku akan pergi sendiri tanpa Ian.

Aku akan kabur dengan motor agar nggak seorang pun tahu pergerakanku. Nanti aku akan menemui Juna lalu menebus waktu kami yang hilang kemarin.

Kakiku tertahan begitu saja. Saat akan mengambil motor di garasi, Ian sudah stand by di sana. Pintu mobil bagian kiri terbuka untukku.

Aku pura-pura nggak melihat dan bergegas mengeluarkan motor.

Melihat tingkahku, Ian keluar dari mobil lalu melangkah mendekatiku.

"Kamu mau kita pake motor?" tanyanya.

"Aku, bukan kita!" bantahku ketus.

"Kalau kamu bosan pake mobil kita pake motor."

"Aku mau pergi sendiri!" ucapku keras.

Seakan tidak mendengar ucapanku Ian mengambil helm lalu memasangkan ke kepalaku beserta pengaitnya.

"Ini ngapain sih? Bisa sopan sedikit nggak?!" protesku marah.

Dasar manusia nggak punya perasaan, walau sudah dimarahi dia tetap nggak peduli. Apa kubilang, dia itu bukan manusia, tapi robot yang akan mengerjakan apa pun perintah papiku tanpa bisa membantah.

Ian kemudian mengambil alih stang motor dari tanganku.

"Naik, Melodi," suruhnya.

Aku menggeram kesal. Tapi nggak bisa lagi mengelak karena kulihat Papi melongok di pintu garasi.

Aku terpaksa naik ke boncengan Ian dan meletakkan tangan di atas paha. Tapi dia mengambil tanganku lalu menempelkan di pinggangnya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bodyguard Tampan Kesayanganku   Happy Ending

    EpilogMELODISatu dekade terlewati seperti busur panah yang melesat cepat. Waktu berjalan begitu kilat. Anak-anak yang dulu masih bayi sekarang sudah duduk di kelas empat SD.Usiaku 33 tahun saat ini. Dalam sepuluh tahun terakhir begitu banyak yang terjadi. Delapan tahun lamanya aku mengabdi menjadi ibu rumah tangga secara penuh. Hidupku hanya untuk mengurus anak-anak dan suamiku. Seluruh kasih sayang kulimpahkan untuk mereka. Menyaksikan pertumbuhan anak-anak dari waktu ke waktu adalah hal yang paling membahagiakan untukku.Ketiganya tumbuh dengan sehat, normal dan menjadi anak-anak yang manis dan cerdas.Seperti yang sudah dikatakan banyak orang, semakin ke sini Sean bertambah mirip dengan Ian. Kulitnya yang terang, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah, alis hitamnya yang lebat dan tatapannya yang khas. Bahkan rahangnya mulai terbentuk dengan bagus. Ada dua cekukan di pipinya. Melihat Sean nggak ubahnya seperti memandang Ian. Aku yakin saat dewasa nanti Sean akan menjadi idol

  • Bodyguard Tampan Kesayanganku   Abang Cemburu

    MELODISembilan tahun sudah berlalu sejak kelahiran mereka. Anak-anak sekarang sudah duduk di kelas tiga SD. Membuatku kadang ingin menangis haru. Betapa aku sangat menikmati peranku sebagai ibu.Membesarkan tiga orang anak nggak pernah gampang bagiku. Apalagi mereka dengan segala tingkah ajaibnya membuatku kadang ingin mengeluh. Namun ketika akan menggerutu sesuatu menyadarkanku. Mereka adalah anugerah paling besar dan terindah yang kumiliki sepanjang usia.Selama sembilan tahun ini amat sangat banyak yang terjadi. Tentang aku yang akhirnya melanjutkan kuliah. Tentang karir Ian yang meroket tinggi. Dan tentu saja tentang anak-anak.Sean semakin dekat dengan Rara. Hubungan mereka seperti love hate relationship. Kadang mereka bertengkar dan nggak bertegur sapa. Tapi nggak begitu lama. Setelahnya keduanya akan kembali akrab, bercengkerama dan bercanda tawa seperti biasa.Sedangkan Javio, dia makin persis seperti papanya yang kalem dan lempeng. Aku masih ingat waktu dulu dia bilang akan

  • Bodyguard Tampan Kesayanganku   They Grow Up Too Fast

    MELODI"Melodi, apa nggak sebaiknya kita sekolahkan anak-anak?" kata Ian pada suatu hari meminta pertimbanganku."Uhm, sekolah ya, Bang?"Ian mengangguk.Saat ini baby triplet sudah berumur lima tahun. Sudah sepantasnya mereka bersosialisasi dengan dunia luar. Tapi kenapa aku yang nggak rela? Kalau mereka sekolah itu artinya waktuku bersama mereka akan jauh berkurang."Abang pikir dengan bersekolah maka mereka juga jadi mengenal dunia luar. Mereka juga butuh bersosialisasi.""Biar nggak kayak kamu kan? Temannya cuma dikit." Sesekali aku memang suka meledek Ian.Ian tersenyum. Dibelainya kepalaku. "Iya, biar nggak kayak Abang," ucapnya mengalah. Dia memang selalu mengalah untukku."Cieee ngambek." Aku tertawa.Dia hanya menatapku sambil memamerkan senyum segarisnya yang khas."Anak-anak emangnya mau, Bang?" tanyaku ragu."Abang yakin mereka pasti mau," ujar Ian mantap. Ian kemudian memanggil tiga bersaudara itu."Sean! Javio! Chiara!"Javio dan Chiara datang bersamaan dalam satu kali p

  • Bodyguard Tampan Kesayanganku   Damn My Dirty Mind

    MELODIMenjadi seorang ibu bukan hanya perkara melahirkan lalu memiliki anak. Lebih dari itu menjadi seorang ibu adalah perjalanan paling menakjubkan dalam hidupku.Aku mengorbankan banyak hal untuk hal menakjubkan itu. Termasuk membatalkan rencana meneruskan S2.Aku sempat merasa sedih karena gagal mewujudkannya. Terlebih ketika melihat feed sosmed teman-teman yang pulang kuliah hangout di mal, ngopi, nonton, atau sekadar window shopping. Namun ketika melihat wajah tiga malaikat kecilku plus bapaknya, semua keinginan tadi sirna. Sean, Javio, serta Chiara jauh lebih berarti ketimbang gelar Melodi Paradisa Evano, SE, MM.Hari ini Amanda datang ke rumah. Dia baru saja pulang kuliah. Aku sedang menyuapi anak-anak makan dibantu oleh baby sitter. Saat ini Sean, Javio dan Chiara sudah berusia tujuh bulan dan telah memasuki masa MPASI sejak satu bulan yang lalu.Aku yang langsung turun tangan ke dapur untuk menyiapkan makanan mereka demi memastikan ketiganya mendapatkan yang terbaik. Bukan

  • Bodyguard Tampan Kesayanganku   Terikat Sejak Kecil

    MELODIHari ini rumah kami begitu ramai dan semarak. Tamu-tamu para undangan sudah berdatangan dan menjadikan tiga bayi kembarku dan Ian sebagai pusat atensi."Lucu-lucu ya mereka.""Ih, gemes banget.""Ini gedenya pasti cakep-cakep."Komentar-komentar tersebut berdatangan dari mulut para tamu yang hadir menyaksikan tiga bayi kembar: Sean, Javio dan Chiara.Tidak satu pun dari orang yang datang tidak merasa tertarik pada baby triplet itu. Mereka lucu, manis dan sangat menggemaskan. Tingkahnya membuat hari-hari di rumah kami menjadi lebih berwarna.Hari ini di bangunan megah berarsitektur mediterania milik Papi atau rumahku tersebut sedang digelar acara tedak siten.Acara tersebut begitu meriah. Bukan hanya karena banyaknya para tamu yang hadir, tetapi karena para bayi tersebut terlahir kembar tiga dengan orang tua yang masih belia.Rumah sudah dihias sedemikian rupa, disulap menjadi istana anak-anak yang mewah. Sama seperti aku dan Ian, baby triplet juga mengenakan pakaian adat denga

  • Bodyguard Tampan Kesayanganku   Quality Time

    IANSetelah dua hari berada di rumah sakit hari ini Melodi diizinkan pulang.Rumah kami, maksudku rumah mertuaku terasa jauh lebih hidup. Tangis bayi menggema di mana-mana. Dan Sean adalah bintangnya.Semua penghuni rumah bersukacita. Termasuk Bi Inem dan Pak Pri.Begitu masuk ke kamar bayi kami disambut oleh balon-balon huruf dengan tulisan, 'Welcome babies made in Canada.'Papi memang seniat itu.Siapa sangka keteledoranku dulu membuahkan hasil. Melodi nggak percaya sampai sekarang kalau aku memang nggak sengaja ngeluarinnya di dalam. Tapi serius, aku nggak bohong. Aku memang nggak sengaja. Gara-gara Melodi terlalu nikmat aku jadi telat ngangkat.Hari-hari sebagai ayah pun dimulai. Aku menemani Melodi begadang setiap malam. Si kecil kami bergantian ingin disusui. Ada saja tingkah mereka.Kalau Sean menyusu maka Javio pup, dan Chiara akan menangis karena ingin digendong.Sejujurnya kami memang kewalahan. Tapi aku dan Melodi begitu menikmati masa-masa bahagia itu.Aku pikir Melodi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status