Home / Urban / Bos Besar Di Balik Meja Kuliah / 52. DUA HAREM BERSITEGANG

Share

52. DUA HAREM BERSITEGANG

Author: Allina
last update Last Updated: 2025-03-26 15:53:20

Taman belakang kampus lebih lengang dibandingkan taman-taman lain yang mengelilingi gedung dua.

Di bawah rindangnya pohon Sequoia Reagan duduk beralaskan rumput. Dia membuka ponselnya, dan menemukan pesan dari Claire.

[Aku ada kegiatan dengan teman kelasku hingga sore. Kamu makan siang saja lebih dulu. Jangan pikirkan aku.]

Tulis Claire di pesan itu. Reagan mengetikkan balasan di layar. Setelahnya, dia membuka laptop.

Erik sudah mengirim surel berisi tugas yang harus dia kerjakan hari ini. Termasuk, mengerjakan maha proyek dari Croma Tech.

Baru Reagan ketahui kalau Erik telah menyepakati kerja sama dengan perusahaan itu. Dan pemiliknya, ingin bertemu dengan Reagan tempo hari tetapi Reagan menolak.

Dia tidak ingin terlalu banyak orang mengetahui siapa dirinya. Hidup seperti ini jauh lebih membuatnya tenang.

Saat ini Reagan meluruskan kedua kakinya ke depan. Memandangi layar laptop dengan tatapan awas. Deretan kode berjajar tidak beraturan. Banyak tab yang dibuka di panel bar menu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   100. TIDAK ADA CARA LAIN

    Setelah dokter pribadi keluarga Delanney pergi, ketegangan menyelimuti wajah Tuan dan Nyonya Delanney seketika. Mereka masih berusaha mencerna apa yang dikatakan dokter tadi. Hamil. Adalah satu kata yang berhasil membuat dua orang itu mematung di tempatnya. Tuan Delanney, yang semula terlihat kokoh seperti batu karang di lautan, pijakannya mulai goyah. Tubuhnya hampir oleng jika saja Nyonya Delanney tidak menahan kesadaran sang suami. “Pa, tenangkan dirimu,” kata Nyonya Delanney. Dia tahu kenyataan ini tidak akan mudah diterima oleh suaminya meski mereka akan mendapatkan anggota keluarga baru, keturunan nama besar Delanney. Tetapi, yang menjadi masalah hanyalah, cucu pewaris darah keluarga Delanney adalah benih dari pria berandal dari kalangan bawah ini. Sedangkan Reagan, dia duduk di tepi ranjang. Menunggu Claire siuman dengan kesabaran setinggi langit. Tangan lemah Claire diusap pelan, sesekali Reagan mengedar pandang pada seluruh tubuh Claire yang terlihat lebih kurus dari terak

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   99. PILIHAN ATAU DESAKAN?

    “Whoaah! Whoaah! Apakah kamu sudah benar-benar gila, Reagan? Kamu baru saja memberikan tawaran bernada ancaman pada petinggi Jordan? Whoah! Aku tidak mengerti lagi jalan pikiranmu.” Sepanjang jalan pulang setelah dari restoran itu, Erik tidak bisa berhenti berceloteh. Di balik kemudi dan fokusnya terhadap laju mobil, dia masih tidak menyangka dengan keputusan gila yang Reagan ambil. Sedangkan, sosok yang dikagumi Erik barusan, duduk santai di kursi penumpang sebelah Erik. Menatap lurus ke depan pada sibuknya jalanan di pusat kota New York. “Aku hanya mengambil keuntungan semaksimal mungkin,” katanya, tanpa beralih pada Erik. “Lagipula, apa yang aku katakan pada Theo, semuanya ada di kontrak kerja sama. Sedikit saja mereka berkhianat, mereka bisa masuk ke jurang menyeret semua hartanya.” Erik di sebelahnya duduk diam sambil mengernyitkan dahi. Dia berusaha mengingat sesuatu meski tidak yakin apa yang dia pikirkan saat ini benar adanya. “Jika aku tidak salah ingat, saat mengakses Cl

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   98. STRATEGI REAGAN

    Paruh baya di depan Reagan kini berusaha terlihat sesantai mungkin, namun di mata Reagan hal itu seperti terlalu dipaksakan.“Ini sebuah kesempatan berharga untukku bisa bertemu dengan peretas handal sepertimu, Reagan,” ucap Theodore sebagai sambutan hangat. Dua orang lain di samping Reagan, satu menatap bangga pada interaksi mereka, satu orang lain, yakni Erik, memandang Reagan dan Theodore bergantian dengan sorot khawatir. Pria ini, terlihat memiliki kharisma yang sangat besar meliputi dirinya yang dibalut dengan pakaian mahal. Lihat itu, setelan jas coklat tua yang dipakai Theodore, Reagan sangat tahu itu adalah merek ternama hasil karya salah satu desainer ternama di Italia. Jangan lupakan dasi putih bercorak garis diagonal yang samar, adalah dasi keluaran terbatas yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang dari kalangan atas. “Senang juga bisa bertemu dengan Anda, Tuan Theo,” ucap Reagan disertai senyumannya yang memikat. Di kursi lain, diam-diam Pricilla mengulum bibir saat mema

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   97. PERTEMUAN KAMUFLASE

    Di ruang kelas Nayla duduk di kursi paling sudut dekat jendela. Kepalanya tertunduk lemas, belakangan, kondisi kesehatannya pun menurun. Kelas baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Seorang wanita cantik tinggi semampai, tubuhnya sedikit berisi namun seksi, mendekati Nayla. “Aku akui kali ini kamu menang, Nayla,” ucap wanita itu. Nayla lantas mengangkat pandangannya ke arah sumber suara. Belva sudah berdiri di depan mejanya, dengan raut wajah ditekuk ratusan lipat. Menyadari apa yang sedang dibicarakan Belva, dia menyeringai. “Kamu sudah kalah telak. Aku berhasil membuat mereka berpisah!” Nayla membalas dengan sangat semangat. “Sudah aku katakan, Reagan akan berpihak padaku. Aku bisa tidur bersamanya sedangkan kamu.” Nayla sengaja menghentikan kalimatnya. Matanya naik turun dari atas ke bawah memindai penampilan Belva. “Hanya bisa mendapatkan asistennya!” Lemas di tubuh Nayla mendadak lenyap, berganti menjadi sebuah dorongan energi untuk menertawakan nasib lawan mainnya ini. Waja

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    96. BERITA YANG MENGGUNCANG DUNIA

    “Paman, jangan terlalu sibuk memikirkan siapa aku sebenarnya. Aku hanya suami Claire, suami yang masih sah secara hukum. Sebagai menantu, aku ingin membantu menyelesaikan masalah ini karena aku tidak akan membiarkan istriku hidup menderita. Jadi, putuskanlah, apakah kamu akan mengambil tawaranku atau tidak?” Di tempatnya berdiri, Tuan Delanney menunjukkan ekspresi rumit. Nyonya Delanney dan Claire juga sama bingungnya. Semua hal yang ada dalam diri Reagan terlalu gelap, hingga mereka tidak bisa meraba ataupun menerka latar belakang sosok asing di hadapan mereka kini. “Siapa yang bilang aku akan ikut denganmu?” tanya Claire sinis. “Aku akan di sini bersama orang tuaku dan menyelesaikan urusan keluarga kami sendiri. Lebih baik kamu pergi saja.” Reagan terkekeh, dia seperti sedang melihat seseorang berusaha membohongi diri sendiri. Dan itu yang sedang Claire lakukan. “Oh, Claire, aku tidak memberimu pilihan. Aku menjalankan tugasku sebagai suami untuk bertanggung jawab atas apa yang h

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    95. SEHARUSNYA MENANTU IDAMAN

    Mata merah Claire yang menyala-nyala menunjukkan kebencian yang begitu dalam. Begitu juga dengan kedua orang tua Claire. Mereka bahkan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar ketika melihat keberanian Reagan. Reagan kali ini berpenampilan berbeda. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, pakaiannya adalah keluaran merek ternama. Sepatu pantofel hitam pekat mengkilat, setelan jas fit body dari bahan premium, dan aroma parfum Bacarat Rouge membelai penciuman mereka dengan halus. Dari ini saja, seharusnya sudah cukup memberi tahu keluarga Delanney siapa sosok yang mereka hadapi saat ini. Tetapi, sekali lagi, Reagan tidak ingin segala rahasianya terbuka dengan mudah. Dia tersenyum, memandangi wajah Claire yang sangat dia rindukan. “Tidakkah kamu memintaku untuk sekadar duduk dulu?” katanya. Claire mendengus. “Untuk apa? Kamu bukan tamu di sini.”“Tapi, aku suamimu.” “Itu dulu, tidak lagi sekarang!” Tuan Delanney, seharusnya dia senang melihat perselisihan putri dan menantu yang

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    94. TITIK BALIK PERKARA

    Setelah mendapat telepon dari ayahnya, Reagan langsung memberikan beberapa tugas pada Erik. Di dalam penthouse yang sepi ini, mereka duduk di ruang tengah. Dengan laptop masing-masing yang menyala menampilkan sederet kode di sistem perangkat lunak. Tambang lithium yang selama ini tertidur pulas, mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ini Reagan tengah membuka sistem pengendalian tambang jarak jauh. Sistem itu yang menghubungkan tambang dengan pusat kontrol di Australia. Dimana saat ini Anthony memegang penuh kuasa area itu.Tambang lithium yang Reagan temukan dilengkapi dengan jaringan komunikasi satelit dan jaringan fiber optik yang menghubungkan para petinggi dengan sistem operasi yang berjalan di tambang itu. Reagan membuka sistem cloud, yang sudah dienkripsi dan diamankan oleh sistem VPN korporat buatannya dua tahun lalu. Kemudian membaca semua data operasi tambang yang diperbarui dalam skala pembaruan waktu nyata. Tidak hanya membaca data di cloud. Reagan juga beralih pada i

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    93. HANCURNYA CROMA TECH

    Berita tentang pernikahan Claire dengan Reagan, serta tentang skandal panas itu masih menjadi tren topik pembicaraan warganet. Hal itu juga berpengaruh terhadap menurunnya harga saham Croma Tech belakangan ini. Berita beredar bahwa kini, perusahaan tambang itu sudah berada diambang kebangkrutan. Para investor menarik semua dana investasi mereka dari sana, hingga salah satu perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar itu, mulai goyah. Erik membaca setiap berita bisnis di ponselnya dengan seksama, sedangkan di sebelahnya, Reagan diam mematung. Dia menatap wanita yang berlalu lalang, sesekali mereka menggoda dan memuja tampang Regan kemudian menjadi semakin gila. “Kamu tampan, tapi kenapa kamu hanya datang berdua dengan pria ini?” ucap salah satu wanita yang kini berdiri di samping Reagan. Dia menunjuk Erik dengan ekspresi yang sulit diartikan.Dia memakai dres ketat dari bahan beludru warna marun. Polos tanpa hiasan apapun. Alih-alih menambah kesan seksi,

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    92. HUBUNGAN DI UJUNG TANDUK

    Keputusan yang baru saja Reagan dengar bagaikan sebuah petir yang menghantamnya di siang bolong. Hal yang paling Reagan hindari kini mengancamnya di depan mata. Dia melihat Claire yang mengeluarkan pakaiannya dari lemari beserta sebuah koper besar. “Claire, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku bisa menjelaskannya. Tapi, tolong dengarkan aku dan jangan pergi.” Reagan berusaha menahan langkah sang istri, tetapi, Claire cukup keras kepala. Dia enyahkan seluruh sentuhan Reagan dengan kasar. Perlakuan itu nyaris membuat mental Reagan jatuh. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas aku lihat. Minggir!” Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalm koper, Claire melangkah menuju pintu utama. “Claire, kumohon. Kita baru saja membangun rumah tangga ini bersama, tolong jangan pergi.” Claire mendengus kesal. Kesabarannya bena-benar diuji oleh sikap Reagan. Dia berbalik, menghadap Reagan untuk terakhir kalinya. Suaminya kinni terlihat begitu menyedihkan. Matanya merah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status