Di dalam ruangan itu, dua orang paruh baya tengah menikmati secangkir kopi di masing-masing tangan mereka. “Aku sangat kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh perwakilan kampus ini dalam ajang kompetisi retas kemarin. Dia terlihat sangat handal dalam hal sistem canggih.” Rektor Alex tersenyum puas. Kini dia bisa membanggakan Jurusan Teknik Informatika di hadapan banyak orang setelah sekian lama jurusan itu dipandang rendah. Usai menyesap kopinya dia berkata, “Kali ini aku tidak salah pilih, bukan? Dia memang sangat berbakat.” Pria paruh baya di depannya menampakkan ekspresi penasaran. Matanya menelisik pada penampilan Rektor Alex yang lebih necis hari ini. “Omong-omong, darimana kamu mengenalnya? Aku rasa dia memenuhi kriteria untuk menjadi salah satu bagian dari perusahaanku.” Rektor Alex memutar bola matanya, terlihat berpikir mencari jawaban, “Salah satu gurunya di sekolah menengah adalah teman dekatku. Dia merekomendasikannya untuk masuk jalur prestasi, tapi setelah aku meli
Claire belum menjawab, tetapi Reagan sudah berkata lagi. “Bagaimana jika aku bilang, aku baru saja meretas sebuah akun pejabat dan mengambil semua uangnya?” Saat ini Claire tidak bisa mengendalikan lagi ekspresi wajahnya. Sepasang mata indah itu melotot tajam, mulutnya bersungut-sungut mengumpat tingkah Reagan yang terus membuat kekhawatirannya menjadi-jadi. “Kamu berani melakukan itu, huh?” tanyanya.“Kenapa tidak? Aku ‘kan sudah berkata jujur padamu, aku ini peretas handal. Bisa dibilang, selevel dengan SpectraVant, idolamu itu. Bagaimana menurutmu?” “Jangan bercanda, Reagan! Aku bisa saja menuntut cerai ke pengadilan jika kamu berani melakukan kejahatan di dunia siber!” Waw! Ketika mendengar itu, rasanya seluruh bulu roma di tubuh Reagan kompak berdiri. Ancaman yang dilayangkan oleh Claire jauh lebih menakutkan dibanding jika Reagan harus berurusan dengan hukum karena pekerjaannya. Melihat Claire cemberut, Reagan justru semakin ingin menggoda istri kecilnya itu. Kini dia beranj
Permainan ranjang itu berlangsung hingga malam menyapa. Tidak terhitung sudah berapa kali Reagan membuat Claire menghamba di bawahnya setelah sekian lama adegan panas mereka berlangsung. Saat ini, Claire terbaring lemah di atas ranjang, sedangkan Reagan di sampingnya. Mereka baru saja melakukan pelepasan terakhir dan ambruk bersamaan di atas sprei putih yang koyak karena cakaran kuku Claire. Ini gila! Reagan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia menggelitik dadanya. Senyum di wajahnya tidak lekang oleh pergantian siang ke malam. “Kamu benar-benar membuatku candu, Claire,” bisik Reagan di depan wajah istrinya. Claire hanya tersenyum tipis. Berbagai perasaan hinggap di dadanya namun bibir Claire tidak mampu lagi berucap. Dia sudah sangat lelah, namun dia juga merasakan kelegaan di bawah sana. Reagan menepati janjinya, memberikan Claire kepuasan hingga mereka kelelahan. “Ini pertama kali aku melihat rasa lega di wajahmu. Aku harap, masalah apapun yang membuatmu jengah, enyah sudah.
“Aku menginginkanmu, Reagan. Apa kamu masih ingat? Sebelumnya aku mengajakmu untuk bermalam denganmu. Aku rasa saat ini adalah waktu yang tepat.”Reagan melirik Nayla siap melayangkan amukan. Tetapi, bibir Nayla lebih dulu mendarat di bibirnya. Menciptakan pagutan pelan tetapi menuntut. Akal waras Reagan masih bekerja, sehingga dia mendorong tubuh Claire menjauh. “Ini bukan waktunya, Nayla,” kata Reagan. “Justru ini waktu yang tepat, Reagan. Apa kamu ingin kita bermesraan di hotel saja?” Suara Nayla mendayu-dayu. Reagan tidak ingin menggunakan amarahnya untuk menyakiti wanita. Tetapi, di depannya, Nayla bersikap seperti jalang. “Tolong berhenti bersikap menjijikan seperti ini, Nayla. Aku tidak ingin kamu menyesal setelahnya.” “Menyesal yang bagaimana menurutmu?” Sebelah sudut bibir Nayla naik. “Kalau yang kamu maksud aku akan menyesal jika mengandung benihmu, biar aku beri tahu, aku tidak akan pernah menyesal mengandung anak kita.” Reagan menghela napas berat. Kesabarannya hampir
Di tengah lalu lalang naratama kantor yang makan di lounge khusus petinggi perusahaan, Erik melirik awas ke sekelilingnya. Dia tahu sebuah resiko besar sedang mengintai. Sedikit saja dia melakukan kesalahan, dia akan berakhir di penjara. “Reagan.. Reagan.. Kenapa kamu memberi aku ujian semacam ini? Sepertinya dia memang berniat membunuhku hidup-hidup.” Tangan Erik diam-diam menyusup ke dalam sebuah Hermes Kelly Bag yang dibiarkan terdampar di kursi sebelahnya. Si pemilik, beberapa saat lalu baru saja pamit ke toilet. Erik mengambil sebuah ponsel dari sana, lalu membubuhkan serbuk khusus di atas layar. Dalam hitungan detik, jejak sidik jari muncul di permukaan layar. Tebal dan tipisnya menentukan berapa kali satu angka sandi ditekan. Sebelumnya, Erik sudah memperhatikan kebiasaan si pemilik ponsel. Beberapa kali terlihat dia memasukkan kata sandi di depan Erik hingga semakin mempermudah dirinya untuk melancarkan aksi. “Surel.. surel.. aku harus menemukanmu segera.” Erik masuk ke
Ekspresi Jonas saat ini sulit untuk digambarkan setelah Reagan membisikkan sebuah permintaan di telinganya. Dia mematung seperti bongkahan es. Tidak berkedip, pun mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar. Reagan tersenyum miring, “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi, permintaan yang aku ajukan adalah bayaran paling rumah untuk misi ini,” ucap Reagan santai. Dia mengemas barang-barangnya ke dalam tas sambil kembali berkata, “Aku akan memberimu waktu dua hari untuk memutuskan. Jika kamu setuju, kita akan langsung eksekusi misi ini.” Tubuh Reagan kini menjulang tinggi di samping Jonas. Dalam posisi ini, Jonas terlihat seperti seorang kurcaci yang meringkuk penuh penderitaan. Reagan tidak bermaksud menambah beban Jonas, tetapi setiap misi apapun yang Reagan bereskan memiliki resiko yang teramat besar. “Kabari aku apapun keputusanmu. Aku pergi dulu.” Dirasa tidak ada hal penting lainnya yang harus dibahas, Reagan memutuskan pergi dari hadapan Jonas. Membiarkan teman barunya itu memutus
Ketika Reagan sampai di unit penthousenya, dia menemukan Claire sudah duduk berhadapan dengan Tuan Delanney. Dua orang itu menoleh bersamaan.“Paman? Sejak kapan Paman sampai di sini?” tanya Reagan, dia mendekat, duduk di sofa tepat di samping Claire.Reagan tidak berharap mendapat sambutan ramah dari sang mertua, dia hanya berusaha menghormati paruh baya itu.Wajah Tuan Delanney tidak ada ramah-ramahnya. Tetapi, dia juga tidak menunjukkan amarah yang intens.“Aku datang kemari butuh penjelasan dari kalian berdua,” ucapnya. “Bagaimana bisa pernikahan kalian sampai tersebar di media?”Saat ini
Di dalam kamar itu, dua orang pria sedang menatap layar besar di depan mereka dengan serius. Reagan adalah yang paling fokus mengamati setiap detail pergerakan sistem operasi ponsel Pricilla yang diretas.Semua aktivitas benda itu, terpampang di layar. Termasuk percakapan rahasia antara wanita itu dengan Theodore Philips. Sosok yang sudah Reagan selidiki sebelumnya.“Apa kamu yakin Pricilla menjadi bagian dari mereka?” tanya Erik. Instingnya sebagai peretas belum setajam Reagan. Hingga mulutnya tidak berhenti bertanya ini dan itu.“Semua orang yang ada di sekeliling Theodore bisa menjadi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam kasus ini. Aku harus mencari tahu motif mereka mempekerjakan kita.”
Paruh baya di depan Reagan kini berusaha terlihat sesantai mungkin, namun di mata Reagan hal itu seperti terlalu dipaksakan.“Ini sebuah kesempatan berharga untukku bisa bertemu dengan peretas handal sepertimu, Reagan,” ucap Theodore sebagai sambutan hangat. Dua orang lain di samping Reagan, satu menatap bangga pada interaksi mereka, satu orang lain, yakni Erik, memandang Reagan dan Theodore bergantian dengan sorot khawatir. Pria ini, terlihat memiliki kharisma yang sangat besar meliputi dirinya yang dibalut dengan pakaian mahal. Lihat itu, setelan jas coklat tua yang dipakai Theodore, Reagan sangat tahu itu adalah merek ternama hasil karya salah satu desainer ternama di Italia. Jangan lupakan dasi putih bercorak garis diagonal yang samar, adalah dasi keluaran terbatas yang hanya bisa dibeli oleh orang-orang dari kalangan atas. “Senang juga bisa bertemu dengan Anda, Tuan Theo,” ucap Reagan disertai senyumannya yang memikat. Di kursi lain, diam-diam Pricilla mengulum bibir saat mema
Di ruang kelas Nayla duduk di kursi paling sudut dekat jendela. Kepalanya tertunduk lemas, belakangan, kondisi kesehatannya pun menurun. Kelas baru akan dimulai sepuluh menit lagi. Seorang wanita cantik tinggi semampai, tubuhnya sedikit berisi namun seksi, mendekati Nayla. “Aku akui kali ini kamu menang, Nayla,” ucap wanita itu. Nayla lantas mengangkat pandangannya ke arah sumber suara. Belva sudah berdiri di depan mejanya, dengan raut wajah ditekuk ratusan lipat. Menyadari apa yang sedang dibicarakan Belva, dia menyeringai. “Kamu sudah kalah telak. Aku berhasil membuat mereka berpisah!” Nayla membalas dengan sangat semangat. “Sudah aku katakan, Reagan akan berpihak padaku. Aku bisa tidur bersamanya sedangkan kamu.” Nayla sengaja menghentikan kalimatnya. Matanya naik turun dari atas ke bawah memindai penampilan Belva. “Hanya bisa mendapatkan asistennya!” Lemas di tubuh Nayla mendadak lenyap, berganti menjadi sebuah dorongan energi untuk menertawakan nasib lawan mainnya ini. Waja
“Paman, jangan terlalu sibuk memikirkan siapa aku sebenarnya. Aku hanya suami Claire, suami yang masih sah secara hukum. Sebagai menantu, aku ingin membantu menyelesaikan masalah ini karena aku tidak akan membiarkan istriku hidup menderita. Jadi, putuskanlah, apakah kamu akan mengambil tawaranku atau tidak?” Di tempatnya berdiri, Tuan Delanney menunjukkan ekspresi rumit. Nyonya Delanney dan Claire juga sama bingungnya. Semua hal yang ada dalam diri Reagan terlalu gelap, hingga mereka tidak bisa meraba ataupun menerka latar belakang sosok asing di hadapan mereka kini. “Siapa yang bilang aku akan ikut denganmu?” tanya Claire sinis. “Aku akan di sini bersama orang tuaku dan menyelesaikan urusan keluarga kami sendiri. Lebih baik kamu pergi saja.” Reagan terkekeh, dia seperti sedang melihat seseorang berusaha membohongi diri sendiri. Dan itu yang sedang Claire lakukan. “Oh, Claire, aku tidak memberimu pilihan. Aku menjalankan tugasku sebagai suami untuk bertanggung jawab atas apa yang h
Mata merah Claire yang menyala-nyala menunjukkan kebencian yang begitu dalam. Begitu juga dengan kedua orang tua Claire. Mereka bahkan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka lebar ketika melihat keberanian Reagan. Reagan kali ini berpenampilan berbeda. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, pakaiannya adalah keluaran merek ternama. Sepatu pantofel hitam pekat mengkilat, setelan jas fit body dari bahan premium, dan aroma parfum Bacarat Rouge membelai penciuman mereka dengan halus. Dari ini saja, seharusnya sudah cukup memberi tahu keluarga Delanney siapa sosok yang mereka hadapi saat ini. Tetapi, sekali lagi, Reagan tidak ingin segala rahasianya terbuka dengan mudah. Dia tersenyum, memandangi wajah Claire yang sangat dia rindukan. “Tidakkah kamu memintaku untuk sekadar duduk dulu?” katanya. Claire mendengus. “Untuk apa? Kamu bukan tamu di sini.”“Tapi, aku suamimu.” “Itu dulu, tidak lagi sekarang!” Tuan Delanney, seharusnya dia senang melihat perselisihan putri dan menantu yang
Setelah mendapat telepon dari ayahnya, Reagan langsung memberikan beberapa tugas pada Erik. Di dalam penthouse yang sepi ini, mereka duduk di ruang tengah. Dengan laptop masing-masing yang menyala menampilkan sederet kode di sistem perangkat lunak. Tambang lithium yang selama ini tertidur pulas, mulai menunjukkan eksistensinya. Saat ini Reagan tengah membuka sistem pengendalian tambang jarak jauh. Sistem itu yang menghubungkan tambang dengan pusat kontrol di Australia. Dimana saat ini Anthony memegang penuh kuasa area itu.Tambang lithium yang Reagan temukan dilengkapi dengan jaringan komunikasi satelit dan jaringan fiber optik yang menghubungkan para petinggi dengan sistem operasi yang berjalan di tambang itu. Reagan membuka sistem cloud, yang sudah dienkripsi dan diamankan oleh sistem VPN korporat buatannya dua tahun lalu. Kemudian membaca semua data operasi tambang yang diperbarui dalam skala pembaruan waktu nyata. Tidak hanya membaca data di cloud. Reagan juga beralih pada i
Berita tentang pernikahan Claire dengan Reagan, serta tentang skandal panas itu masih menjadi tren topik pembicaraan warganet. Hal itu juga berpengaruh terhadap menurunnya harga saham Croma Tech belakangan ini. Berita beredar bahwa kini, perusahaan tambang itu sudah berada diambang kebangkrutan. Para investor menarik semua dana investasi mereka dari sana, hingga salah satu perusahaan yang dinobatkan sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar itu, mulai goyah. Erik membaca setiap berita bisnis di ponselnya dengan seksama, sedangkan di sebelahnya, Reagan diam mematung. Dia menatap wanita yang berlalu lalang, sesekali mereka menggoda dan memuja tampang Regan kemudian menjadi semakin gila. “Kamu tampan, tapi kenapa kamu hanya datang berdua dengan pria ini?” ucap salah satu wanita yang kini berdiri di samping Reagan. Dia menunjuk Erik dengan ekspresi yang sulit diartikan.Dia memakai dres ketat dari bahan beludru warna marun. Polos tanpa hiasan apapun. Alih-alih menambah kesan seksi,
Keputusan yang baru saja Reagan dengar bagaikan sebuah petir yang menghantamnya di siang bolong. Hal yang paling Reagan hindari kini mengancamnya di depan mata. Dia melihat Claire yang mengeluarkan pakaiannya dari lemari beserta sebuah koper besar. “Claire, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku bisa menjelaskannya. Tapi, tolong dengarkan aku dan jangan pergi.” Reagan berusaha menahan langkah sang istri, tetapi, Claire cukup keras kepala. Dia enyahkan seluruh sentuhan Reagan dengan kasar. Perlakuan itu nyaris membuat mental Reagan jatuh. “Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, semuanya sudah jelas aku lihat. Minggir!” Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalm koper, Claire melangkah menuju pintu utama. “Claire, kumohon. Kita baru saja membangun rumah tangga ini bersama, tolong jangan pergi.” Claire mendengus kesal. Kesabarannya bena-benar diuji oleh sikap Reagan. Dia berbalik, menghadap Reagan untuk terakhir kalinya. Suaminya kinni terlihat begitu menyedihkan. Matanya merah
“Ternyata kamu di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?” Reagan menoleh ketika mendengar suara Erik mengisi lorong kosong tempatnya berdiri sejak tadi. Ekspresi Reagan benar-benar tegang. Dia seperti menyimpan api bara yang siap berkobar di kepalanya. Ketika menatap Erik, pandangannya meneduh. “Aku baru selesai mengenyahkan sampah. Ayo, kita pulang.” Reagan melangkah mendekati Erik, membiarkan sahabatnya itu tenggelam dalam berbagai pertanyaan di benaknya. Ketika sampai di parkiran, Reagan tidak menemukan mobil mewah yang ditumpangi Theodore di sana. Dia pun kembali berkata pada Erik, “Apa mereka sudah pulang?” Erik mengangguk. “Ya, semuanya berakhir sesuai dengan dugaan kita.” Mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Erik yang bertugas untuk mengendara. Sedangkan Reagan, dia mengambil sebuah obat merah dari dalam dashboard. Erik melirik sekilas apa yang Reagan lakukan kemudian ternganga. “Kamu terluka?! Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak ada?” “Hanya hal kecil. Sampah
“Reagan! Kamu mau kemana? Hei!”Setelah Reagan menghilang dari pandangan, hanya ada Erik yang diam mematung di tempatnya sekarang. .Disaat yang sama, pintu ruang VIP terbuka. Theodore dan Pricilla keluar dari sana, dengan gestur yang berbeda. Erik kembali ke mejanya, saat ini posisi duduknya membelakangi dua orang itu. Dari pantulan layar laptop yang gelap, Erik memantau setiap pergerakan Theodore dan Pricilla. “Terima kasih sudah mengundangku, Tuan Theo. Sebuah kehormatan bagiku bisa makan siang denganmu.” Suara Pricilla terdengar. Disusul tawa berwibawa dari Theodore. “Nona Pricilla, jangan sungkan seperti itu. Bagaimanapun kita adalah relasi bisnis. Sudah sepantasnya aku menjamu dengan baik.” Pricilla menyunggingkan senyum tipis. Dari sorot matanya jelas Erik bisa melihat ada ketertarikan yang begitu besar di sana terhadap Theodore. “Selain pembelot, mereka juga pandai berakting,” gerutu Erik di depan layar laptopnya. Dia masih ingat jelas, adegan panas mereka yang desahann