Apa yang ditakutkan Rania benar-benar terjadi. Reynald meminta ganti rugi kepadanya. Rania menghela napas sejenak. Wanita itu sudah lelah meladeni Reynald. Rania juga harus segera bergegas ke tempat kerjanya agar ia tidak terlambat.
Rania kemudian mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan dua lembar uang berwarna hijau dan oren kepada Reynald. Hanya itulah ganti rugi yang bisa Rania berikan untuk pria cerewet di hadapannya."Ini, Mas. Anggap aja buat ganti biaya laundry jas Mas yang kena kopi," ucap Rania memberikan uang ganti rugi pada Reynald. "Saya udah ganti rugi ya, jadi kita impas. Tolong anggap semuanya selesai sampai di sini,” pungkas Rania.Reynald mengerutkan keningnya. Pria itu menatap remeh uang yang disodorkan oleh Rania. Uang yang diberikan oleh Rania memang tidak seberapa bagi Reynald, bahkan uang itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan harga jas yang sudah dikotori oleh Rania."Kamu tahu berapa harga setelan jas ini?" ujar Reynald dengan nada mengejek. "Uang kamu itu bahkan gak cukup untuk membeli satu sentimeter benang di jas ini," lanjut pria itu.Rania benar-benar merasa direndahkan. Wanita itu juga tidak tahu kalau pakaian yang dikenakan oleh pria tersebut adalah pakaian mahal."Memangnya berapa harganya, hah? Kamu mau ngaku-ngaku kalau jas ini harganya ratusan juta gitu? Mau ngaku-ngaku kalau jas ini dibeli dari luar negeri, dari perancang terkenal, dan limited edition, begitu? Iya?” sewot Rania. “Nggak usah sok-sokan ngaku jadi cowok tajir yang punya jas mahal hanya untuk bisa memeras saya. Gak mempan!" sambung Rania.Wanita itu mengira kalau Reynald akan memerasnya dengan meminta uang ganti rugi dalam jumlah besar hanya untuk mengganti uang laundry saja, padahal sebenarnya niat Reynald tidak seperti yang Rania pikirkan."Ngaku-ngaku? Buat apa juga saya ngaku-ngaku? Jas ini memang mahal. Harganya ratusan juta, dan saya beli dari Italia.”Reynald lantas mengangkat sebelah alisnya. Masih dengan menatap Rania. “Kamu nggak tahu bedanya jas murahan dengan jas mahal? Hahaha, dasar orang kampung!" cibir Reynald. "Kamu pikir semua jas itu sama? Apa kamu pikir semua orang cuma mampu membeli kemeja kusut seperti yang kamu pakai itu? Kemeja dengan warna dan motif yang sangat norak," lanjutnya dengan tatapan merendahkan.Emosi Rania semakin memuncak. "Kamu pikir kamu siapa? Jangan seenaknya kamu merendahkan saya, ya!” sungut Rania. “Kalau memang benar kamu itu orang kaya dan sanggup beli jas mahal, berarti harusnya saya nggak perlu ganti rugi, dong! Iya, 'kan?" tukas Rania tersenyum miring.Rania gegas berbalik dan mengantongi uangnya kembali, kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Reynald. Namun, pria bernama lengkap Reynald Austin Mahendra itu justru malah mengejar Rania."Saya minta ganti rugi itu bukan berarti saya minta uang dari kamu! Saya juga tahu kok, kalau orang kayak kamu ini nggak akan mungkin punya uang buat ganti jas mahal saya," seru Reynald dengan congkak.Rania yang kesal karena terus-terusan dihina dan diremehkan pun akhirnya berhenti dan berbalik menatap lelaki sombong itu kembali. Wanita berparas cantik itu pun berjalan menghampiri Reynald, kemudian menginjak kaki Reynald, dan menendang aset milik pria itu hingga membuat Reynald tersungkur menahan rasa sakit di area bagian vit*lnya.Setelah merasa puas sudah memberikan pelajaran pada Reynald, Rania segera kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat kerjaan barunya."Urus saja urusanmu sendiri!" teriak Rania ketika dia sudah cukup jauh dari tempat Reynald berdiri. Wanita berusia 25 tahun itu segera melarikan diri meninggalkan Reynald yang tengah kesakitan akibat ulahnya.Reynald meringis menahan sakit seorang diri di depan cafe. Pria itu tak henti-hentinya mengumpati Rania yang sudah kabur darinya."Awas saja kau perempuan si*lan! Aku akan memberikan pelajaran untukmu! Jangan harap kamu bisa lolos dariku," geram Reynald.Reynald berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan mencari perempuan yang sudah mengacaukan harinya itu. Reynald akan memberikan pelajaran yang bisa membuat Rania menyesal seumur hidupnya. Namun, entah takdir nanti akan berpihak kepadanya atau justru malah berbalik kepada Reynald sendiri. Kita tidak ada yang tahu."Dasar perempuan si*lan!"***Rania mengusap keringat yang bercucuran di pelipisnya. Wanita itu hampir saja kehabisan nafas saat ia berlari meninggalkan Reynald tadi. Untungnya Reynald tidak berhasil mengejar dirinya.Jarak antara cafe dan kantor tempat Rania bekerja juga tidak terlalu jauh. Setelah memakan waktu selama beberapa menit, akhirnya Rania sampai di kantor tepat pada waktunya. Hampir saja Rania terlambat karena ia terlalu lama bertengkar dengan Reynald di cafe tersebut."Syukurlah. Untung aku nggak telat," gumam Rania dengan nafas lega.Wanita itu masih mengatur pernapasannya. Rambut Rania bahkan sampai terlihat sedikit berantakan akibat berlari sepanjang jalan. Aroma tubuh Rania juga cukup menyengat karena keringat yang mengalir di tubuhnya. Niat Rania untuk memberikan kesan bagus pada rekan-rekan kerjanya, sepertinya justru tidak berjalan dengan lancar."Ya ampun, rambut aku jadi lepek. Baju aku juga basah kena keringat ini," keluh Rania. “Gara-gara cowok sialan itu, sih!” gerutunya dengan kesal.Rania benar-benar kesal dengan pria congkak yang baru saja ia jumpai tadi. Wanita itu berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan membalas kelakuan pria asing itu. “Awas saja kalau ketemu lagi. Bakal aku bikin dia jadi perkedel sekalian, biar dia tahu rasa!”Rania yang masih asik ngedumel sebagai pelampiasan dari rasa emosinya pun terkejut saat tiba-tiba ada orang yang datang menghampirinya."Hai, Rania!"Rania yang terkejut mendengar suara beling pecah pun lantas menoleh ke arah bosnya dan melihat telapak tangan Reynald yang mengeluarkan darah.Rania lantas bergegas mengambil sapu tangan di tasnya dan berlari ke meja Reynald. Mengelap telapak tangan Reynald yang penuh dengan darah. “Ya ampun, Pak! Kenapa bisa gini?” panik Rania. Namun, Reynald hanya diam membisu dengan tatapan kosongnya. Terlihat jelas mata pria itu yang tenah memancarkan emosi.Rania kemudian berlari mengambil betadine dan kain kasa guna membelitkan luka di tangan Reynald. Dengan pelan dan telaten, Rania mengobati luka itu. Setelah selesai mengobati tangan Reynald, Rania segera membersihkan beling-beling yang berceceran di lantai.Tatapan Reynald masih terpaku pada pikirannya. Pria itu bahkan tak sadar jika Rania sudah mengobati luka di tangannya, dan Rania juga yang membersihkan pecahan-pecahan beling itu.Rania lantas kembali ke mejanya setelah selesai membersihkan pecahan-pecahan gelas kaca itu. Namun, belum sampa
“Udah lama kerja sama Reynald?” tanya Irene seraya berdiri di samping Rania dan merapikan penampilannya.“Lumayan, Mbak!” jawab Rania. Wanita itu terpaksa harus berbohong sebab Rania melihat Irene ini agak sedikit sombong.“Oh.” Hanya itu yang keluar dari mulut Irene.“Mbaknya udah kenal sama Pak Reynald?” tanya Rania yang sengaja memancing Irene.“Ya. Kami sudah kenal cukup lama. Sangat lama, dan sangat kenal,” jawab Irene sombong.“Oh.” Rania mengangguk.“Reynald belum punya pacar, kan?” tanya Irene.“Kalau itu saya tidak tahu, Mbak. Karena itu bukan wewenang saya untuk mengurus hidup orang lain,” ujar Rania yang mampu merubah ekspresi wajah Irene.Wanita itu tampak kesal mendengar jawaban dari mulut Rania. Rania seolah seperti sedang menyindir Irene. Rania kemudian pamit untuk kembali ke ruangan Indira, sedangkan Irene justru mengepalkan tangannya seraya menatap punggung Rania yang semakin menjauh.***Setelah dari toilet Reynald memutuskan untuk kembali ke kantor bersama Rania. Pr
Saat ketiga orang itu sedang fokus membicarakan perkembangan bisnis kain di perusahaan Reynald, tiba-tiba seorang wanita misterius datang dan mengetuk pintu ruangan Indira.“Masuk!” seru Indira mempersilakan.Wanita misterius itu pun masuk ke dalam ruangan Indira dengan langkah percaya dirinya bersama dengan seorang office girl yang kebetulan juga berada di depan pintu ruangan Indira. Rania menoleh sesaat untuk melihat orang yang datang tersebut, kemudian kembali fokus pada percakapan antara Reynald dan Indira.Wanita misterius itu tampak berjalan beriringan bersama dengan office girl tersebut, kemudian office girl itu meletakkan kopi yang ia buat di meja yang ada di depan ketiga orang itu, sedangkan Irene berdiri di samping office girl itu.Pembicaraan spontan terhenti saat office girl tersebut mempersilakan para tamu untuk meminum kopi yang telah ia buat. “Silakan diminum, Pak, Bu!” ucap office girl itu dengan ramah.Reynold menoleh menatap depan. Di mana office girl itu berdiri dan
Sesampainya di tempat yang telah ditentukan, Reynald dan Rania segera turun dari mobil. Keduanya berjalan beriringan menuju meja tempat bertemu dengan klien. Baru saja keduanya duduk di bangku yang telah dipesan oleh Reynald, klien itu datang. Reynald dan Rania sontak kembali berdiri dan menyambut klien mereka. “Selamat pagi, Pak Reynald. Bagaimana kabarnya?” sapa klien Reynald.“Baik. Sangat baik. Silakan duduk, Pak.” “Ini sekretaris barunya atau calon Pak Reynald, nih?” tanya klien itu saat bersalaman dengan Rania.Rania yang mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh klien itu pun mencoba menyanggahnya. Takut jika Reynald tersinggung. “Ah, saya–” Belum selesai Rania berbicara, Reynald lebih dulu memotongnya. “Dia sekretaris pribadi saya,” ucap Reynald tersenyum.“Oh, pantes. Hahahaha. Ya ya ya, saya mengerti.” Klien itu spontan tertawa. Mengerti maksud dari ucapan Reynald, sedangkan Rania justru mengerutkan keningnya merasa bingung kenapa orang itu tertawa.****“Udah dari tadi
Tak lama mobil Reynald berhenti di sebuah toko. Reynald segera keluar dari mobilnya, sedangkan Rania yang bingung pun hanya diam membeku di dalam mobil. Reynald yang melihat Rania hanya diam pun memberikan kode lewat gerakan kepalanya agar Rania keluar dari kendaraan itu.“Pilihkan sepatu yang bagus untuk dia,” titah Reynald seraya menunjuk Rania yang masih berada di belakangnya. “Baik, Pak!” patuh pelayan itu.“Ukuran sepatunya nomor berapa, Kak?” tanya pelayan itu pada Rania yang kini menatapnya bingung.“Hah? Saya?” tanya Rania bingung.“Iya, Kak. Ukuran kaki kakak nomor berapa?” “Tiga puluh delapan. Kenapa, Mbak?”“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar ya, saya carikan dulu,” ujar pelayan itu yang kemudian mengambil beberapa wedges dan high heels yang bagus dan cocok untuk Rania.Rania hanya diam berdiri menatap bos dan pelayan toko itu dengan bingung. Beberapa saat kemudian pelayan toko itu pun datang dengan membawa beberapa kardus yang isi di dalamnya adalah model sandal dan sepatu yan
“Pagi, Pak!” sapa Rania pada satpam penjaga kantor.“Pagi juga, Bu Rania,” balas satpam tersebut.Rania melangkah masuk ke dalam kantor. Tak lama disusul oleh seorang pria berbadan tegap yang juga baru datang.“Pagi, Pak!” siapa para satpam pada Reynald.“Pagi,” jawab Reynald.Rania yang sedang menatap layar teleponnya sedikit terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang berjalan di sampingnya. Wanita itu sontak menoleh dan melihat siapa orang yang berada di sampingnya. Ternyata orang itu adalah bosnya.“Eh, Bapak,” nyengir Rania. “Pagi, Pak!” sambung wanita itu.“Segera bersiap. Sebentar lagi kita berangkat,” ujar Reynald tanpa menjawab sapaan dari Rania.“Baik, Pak.” Keduanya lantas menuju ke meja kerja mereka masing-masing. Namun, tiba-tiba Reynald memanggil Rania.***Seorang wanita memasuki gedung perusahaan besar dengan langkah anggun bak model ternama papan atas. Kacamata yang bertengger di hidungnya ia naikkan hingga di atas kepala. Semua mata tertuju padanya. Dengan angkuhnya