All Chapters of Bos Killer itu Pacar Rahasiaku : Chapter 1 - Chapter 10
67 Chapters
Bab 1
"Aaaaaww!!" Rania menjerit saat kopi panas miliknya tumpah ke pakaian seorang pria yang tak ia kenali. Lelaki itu bahkan sampai memekik kencang hingga ia tak sengaja melepas berkas dan juga ponsel yang ada di dalam genggaman tangannya."Ya ampun! Maaf, Mas, saya tidak sengaja," seru Rania panik.Tidak hanya mengotori pakaian lelaki itu saja, ponsel dan berkas milik pria tersebut juga ikut terjun ke lantai dan terkena tumpahan kopi panas yang tadi dibawa oleh Rania. Wanita yang bernama lengkap Rania Putri itu pun seketika semakin panik melihat hal yang telah terjadi akibat kecerobohannya."Argh!! Sial!! Panas banget lagi." Lelaki berpakaian formal dengan mengenakan jas berwarna hitam itu segera membuka kancing baju kemeja di bagian tubuhnya yang memerah akibat tumpahan kopi panas tadi, supaya ia bisa mendapat angin untuk menghilangkan sedikit rasa sakit di bagian badan yang terkena kopi panas itu.Rania segera mengambil sapu tangan yang ada di dalam tasnya, kemudian membantu pria itu
Read more
Bab 2
Reynald yang sejak tadi terus mengocehi Rania dengan amarahnya yang menggebu itu sontak langsung terdiam saat mendapatkan sebuah tamparan keras dari tangan Rania.“Kamu kalau ngomong hati-hati, ya! Gak usah ngerendahin orang lai sembarangan bisa nggak!” sentak Rania membara.Wanita itu benar-benar sudah tidak bisa menahan amarah yang sejak tadi ia tahan. Ucapan Reynald benar-benar menggoreskan hatinya hingga terasa begitu sakit.Reynald mengangkat tangan kanannya untuk menampar balik wajah Rania. Namun, akal sehat Reynald masih berfungsi hingga pria itu menurunkan kembali tangannya dengan posisi terkepal. “Kalau kamu bukan perempuan, udah pasti kamu habis di tangan saya!” geram Reynald menunjuk Rania seraya menatap tajam mata wanita di hadapannya itu.Reynald benar-benar kesal pada wanita di hadapannya yang telah berani menyentuh dirinya. Apalagi Rania menampar wajah Reynald yang tampan rupawan itu. Hari Reynald menjadi kacau. Berkas-berkas penting miliknya telah basah dan kotor akibat
Read more
Bab 3
Apa yang ditakutkan Rania benar-benar terjadi. Reynald meminta ganti rugi kepadanya. Rania menghela napas sejenak. Wanita itu sudah lelah meladeni Reynald. Rania juga harus segera bergegas ke tempat kerjanya agar ia tidak terlambat.Rania kemudian mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan dua lembar uang berwarna hijau dan oren kepada Reynald. Hanya itulah ganti rugi yang bisa Rania berikan untuk pria cerewet di hadapannya. "Ini, Mas. Anggap aja buat ganti biaya laundry jas Mas yang kena kopi," ucap Rania memberikan uang ganti rugi pada Reynald. "Saya udah ganti rugi ya, jadi kita impas. Tolong anggap semuanya selesai sampai di sini,” pungkas Rania.Reynald mengerutkan keningnya. Pria itu menatap remeh uang yang disodorkan oleh Rania. Uang yang diberikan oleh Rania memang tidak seberapa bagi Reynald, bahkan uang itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan harga jas yang sudah dikotori oleh Rania."Kamu tahu berapa harga setelan jas ini?" ujar Reynald dengan nada mengejek. "Uang kam
Read more
Bab 4
Dua orang karyawan yang akan menjadi rekan kerja Rania tiba-tiba datang menghampiri Rania dan menyapa Rania. Meski penampilan Rania agak acak-acakan, untungnya masih ada karyawan yang mau menyambut kedatangan Rania dengan baik. Wanita bernama Vira itu menyapa Rania dengan ramah.“Hai,” sapa Rania balik."Kamu staff junior CEO yang baru, ya?" tanya Vira pada Rania.Rania mengangguk, kemudian memperlihatkan senyum lebarnya pada dua wanita yang baru saja menyapanya itu. Rania lantas menyodorkan telapak tangannya untuk berjabat tangan, dan Rania mulai memperkenalkan dirinya."Perkenalkan, nama saya Rania. Ini hari pertama saya bekerja," ucap Rania antusias.Saat Vira akan menerima jabatan tangan Rania, Listy—sahabat Vira justru lebih dulu mengambil tangan Rania dan memperkenalkan dirinya kepada Rania."Selamat datang, Rania. Kenalkan aku Listy, dan ini sahabatku, Vira,” ucap Listy penuh semangat.Vira mencubit pergelangan tangan Listy karena selalu bertingkah usil dan membuatnya kesal, sed
Read more
Bab 5
"Nggak mungkin Rania interview sama Pak Bos. Tahu sendiri bos kita kayak gimana," sahut Listy.Rania mengingat-ingat kembali proses perekrutan panjang yang harus ia lewati sampai dirinya berhasil menjadi Junior Staff CEO. Rania memang mengikuti serangkaian wawancara dengan beberapa orang, tapi seingat Rania dia tidak diberi kesempatan untuk berbincang dengan CEO yang akan menjadi atasannya."Aku nggak ada sesi interview sama CEO, sih. Terakhir aku interview sama jajaran direksi, dan nggak ada CEO di sana," terang Rania."Tapi kamu tahu 'kan, bos kita itu siapa?" tanya Vira.Rania menggeleng. Meskipun perusahaan tempatnya bekerja saat ini merupakan salah satu perusahaan yang cukup terkenal, tapi Rania sendiri tidak menggali banyak informasi mengenai pimpinan perusahaan itu."Emang CEO-nya nggak mau interview sama kita? Bukannya interview sama CEO itu yang paling penting, ya? Kan kita nantinya akan kerja sama dengan beliau?" tanya Rania penasaran.Vira dan Listy hanya bisa tersenyum. Sep
Read more
Bab 6
Rania mematung menatap pria tampan dengan kulit putih yang berdiri di hadapannya. "Ini bosnya? Ganteng juga," batin Rania.Rania terus memperlihatkan senyuman ke arah bosnya yang rupawan. Namun, senyum ramah Rania justru dibalas dengan tatapan sinis oleh Reynald."Kenapa dia bisa ada di sini?" batin Reynald saat melihat Rania.Ya, Reynald ternyata adalah bos Rania. CEO di tempat kerja baru Rania saat ini. Berkas yang kotor karena tumpahan kopi Rania sebelumnya adalah berkas bahan meeting yang akan dibawa oleh Reynald bertemu dengan client pentingnya.Namun, sepertinya Rania tidak mengenali Reynald. Reynald tentu masih ingat jelas pada Rania, tapi Rania justru tak tahu kalau Reynald adalah orang yang ia tumpahkan kopi saat di cafe tadi.Rania tidak ingat wajah pria yang ia jumpai di cafe tadi karena kacamata hitam yang Reynald kenakan, sehingga Rania tidak dapat melihat wajah Reynald dengan jelas. Ditambah lagi warna kemeja dan jas Reynald juga sudah ganti, sehingga Rania benar-benar ti
Read more
Bab 7
Rania mengangguk dengan wajah pucat. Setelah Reynald meninggalkan ruangan meeting, barulah Rania bisa bernapas dengan lancar."Rania, kamu baik-baik aja, 'kan?" tanya Listy dengan iba menatap wajah pucat Rania.Listy dan Vira merasa kasihan pada Rania yang sejak tadi menjadi target incaran Reynald sepanjang meeting berlangsung."Aku merasa sesak nafas," ucap Rania dengan suara lemas. "Orang itu kenapa marah-marah ke aku terus, sih! Apa dia memang suka ngerjain karyawan baru?" tanya Rania heran."Pak Reynald nggak pernah kaya gini lho sebelumnya. Biasanya dia selalu cuek sama karyawan baru," ungkap Vira. "Tapi nggak tahu kenapa hari ini beliau nyeremin banget. Nggak cuma kamu aja yang lemas, kita semua di sini juga sama tegangnya kayak kamu. Kita juga takut,” sambung Vira.Seluruh staf nampak heboh menggosipkan sikap Reynald hari ini. Memang di saat ada masalah, tak jarang mereka akan dimaki-maki oleh atasan mereka. Hanya saja, mereka tidak menyangka kalau bos mereka akan memaki-maki ka
Read more
Bab 8
"Astaga, ini semua harus aku kerjakan sekarang? Udah jam segini mana mungkin semua laporan ini bisa beres?" jerit Rania dalam hati. Wanita itu benar-benar syok saat melihat tumpukan berkas yang menggunung di mejanya."Rania, kamu kenapa ngelamun? Pekerjaanmu nanti nggak selesai, lho!" tegur Vira.Saat ini semua staf yang tergabung dalam tim Rania masih berada di kantor saat hari sudah mulai larut. Di hari pertamanya bekerja, Rania justru sudah mendapatkan begitu banyak tugas dari Reynald dan harus ia selesaikan malam itu juga.Beberapa staf sudah menyelesaikan pekerjaan mereka dan hendak pulang. Untungnya mereka tidak perlu lembur sampai pagi dan bisa menyelesaikan pekerjaannya sebelum tengah malam.Namun, sayangnya Rania bernasib sial. Pekerjaan yang diberikan oleh Reynald pada Rania justru lebih banyak dibandingkan pada staf yang lainnya. Reynald sengaja memberi Rania lebih banyak tugas untuk mengerjai wanita itu. Meskipun menggunakan cara kekanak-kanakan, tapi Reynald cukup puas bis
Read more
Bab 9
Setelah beberapa menit Rania mencari taksi, akhirnya masih ada juga taksi yang bisa mengantarkan Rania sampai di rumah. Rania langsung membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum nantinya ia akan tidur, guna mengistirahatkan tubuhnya usai seharian penuh ia bekerja.Jika biasanya Rania bisa beristirahat dengan cukup, kini Rania hanya bisa tidur dalam waktu tiga jam saja. Pagi-pagi sekali Rania sudah mendapatkan telepon dari Reynald untuk segera bersiap-siap berangkat ke kantor. Dalam keadaan mata yang sangat ngantuk dan tubuh yang amat lelah, Rania berjalan ke kamar mandi dan mulai menyegarkan tubuhnya agar rasa kantuk yang menyerang dirinya segera hilang."Loh, kamu sudah mau berangkat lagi, Ran? Bukannya tadi malam kamu lembur?" tanya sang ibu saat melihat Rania sudah dengan pakaian rapinya."Hari ini ada banyak kerjaan, Bu. Aku harus berangkat pagi," jawab Rania dengan malas.Tubuh Rania sebenarnya sangat lelah dan masih membutuhkan istirahat. Namun, perintah dari bosnya itu tidak
Read more
Bab 10
Rania mengeraskan rahangnya menahan kesal. Hanya karena masalah kopi saja dirinya diancam akan dipecat. Mau tidak mau Rania harus mematuhi perintah yang diberikan Reynald. Wanita itu kemudian menampilkan senyum yang ia paksakan seraya mengambil gelas kopi yang ada di meja Reynald. "Baik, Pak. Saya buatkan kopinya yang baru lebih dulu." Setelah mengambil gelas kopi itu, wajah Rania seketika berubah menjadi kesal kembali. Rania melangkah menuju pantry dengan perasaan dongkol."Dasar bos kampret! Tinggal minum aja apa susahnya sih! Perlu dicekoki dulu kali ya, biar gak pilih-pilih. Sama-sama kopi aja kok pakai kebanyakan tingkah segala! Gak tahu apa kalau aku banyak kerjaan!" Sepanjang perjalanan menuju pantry, Rania tak henti-hentinya menggerutu. Wanita itu benar-benar dibuat kesal oleh atasannya yang menurutnya terlalu menyebalkan.Saat Rania sampai di pantry, wanita itu mendapatkan tatapan bingung dari beberapa office girl dan office boy yang ada di sana. "Loh, Bu Rania kok balik lag
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status