Share

Bab 2

Reynald yang sejak tadi terus mengocehi Rania dengan amarahnya yang menggebu itu sontak langsung terdiam saat mendapatkan sebuah tamparan keras dari tangan Rania.

“Kamu kalau ngomong hati-hati, ya! Gak usah ngerendahin orang lai sembarangan bisa nggak!” sentak Rania membara.

Wanita itu benar-benar sudah tidak bisa menahan amarah yang sejak tadi ia tahan. Ucapan Reynald benar-benar menggoreskan hatinya hingga terasa begitu sakit.

Reynald mengangkat tangan kanannya untuk menampar balik wajah Rania. Namun, akal sehat Reynald masih berfungsi hingga pria itu menurunkan kembali tangannya dengan posisi terkepal. “Kalau kamu bukan perempuan, udah pasti kamu habis di tangan saya!” geram Reynald menunjuk Rania seraya menatap tajam mata wanita di hadapannya itu.

Reynald benar-benar kesal pada wanita di hadapannya yang telah berani menyentuh dirinya. Apalagi Rania menampar wajah Reynald yang tampan rupawan itu. Hari Reynald menjadi kacau. Berkas-berkas penting miliknya telah basah dan kotor akibat kecerobohan Rania.

Pagi ini harusnya Reynald bertemu dengan salah satu client untuk membahas kerjasama mereka. Namun, Rania justru membuat semuanya menjadi kacau. Reynald tidak mungkin menemui client dengan kondisi yang kotor seperti ini, ditambah lagi berkasnya sudah rusak akibat terkena tumpahan kopi Rania.

Rania membuka kedua matanya dengan takut-takut. Wanita itu akhirnya bisa bernafas lega saat melihat Reynald tidak jadi menampar dirinya.

"Kalau nggak bisa pegang cup minuman dengan benar itu nggak usah beli minum di tempat umum! Orang-orang ceroboh kayak kamu ini cuma bikin orang lain rugi!" cela Reynald tanpa perasaan.

Rania mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Mas pikir saya nggak rugi? Saya juga rugi! Waktu dan uang saya terbuang-buang hanya karena Anda! Kopi saya kebuang percuma itu juga gara-gara kamu! Lagian saya juga tadi udah minta maaf baik-baik ke kamu, tapi kenapa kamunya malah nyolot terus dari tadi?" seru Rania yang ikut menatap balik mata Reynald dengan tajam.

"Buat kamu kopi itu murah, tapi belum tentu bagi orang lain juga begitu! Jangan mentang-mentang kamu banyak uang, terus kamu bisa merendahkan harga diri orang lain seenaknya, ya!" lanjut Rania yang masih belum puas memarahi Reynald.

Rania benar-benar sudah diambang emosi hingga ia tak bisa lagi menahan amarahnya. Pertikaian mereka pun semakin memanas. Semua pengunjung cafe sampai berbisik-bisik dan terlihat kurang nyaman akibat kerusuhan yang diperbuat oleh kedua orang itu.

Pegawai cafe mencoba menghampiri Rania dan Reynald, lalu berusaha untuk melerai keduanya. "Mohon maaf, Tuan, Nona. Tolong jangan membuat keributan di sini," tegur salah satu pegawai cafe dengan sopan. "Tuan dan Nona bisa menyelesaikan masalah ini secara baik-baik di luar, ya?" pinta pegawai tersebut.

“JANGAN IKUT CAMPUR!!” seru Rania dan Reynald secara bersamaan.

Rania dan Reynald saling menatap dengan tatapan tajam mereka masing-masing, sedangkan pegawai cafe yang melihat kedua pelanggannya itu tidak mau pergi pun akhirnya meminta bantuan kepada teman-temannya untuk membereskan kedua orang yang sedang bertengkar itu.

Para pegawai yang lain pun ikut turun tangan. Reynald dan Rania langsung diusir secara paksa oleh pihak cafe karena sudah mengganggu kenyamanan pengunjung lain. "Mohon maaf, Tuan, Nona. Silakan lanjutkan pertengkaran kalian di tempat lain."

Kini, kedua orang itu sudah berdiri di luar bangunan cafe setelah sebelumnya mereka sempat diseret oleh para pegawai cafe tersebut. Rania dan Reynald bahkan diusir dengan cara yang cukup memalukan.

"Gara-gara kamu kita jadi diusir gini, nih!" tuduh Rania menunjuk Reynald.

"Gara-gara saya? Kamu tuh yang udah bikin semuanya jadi kacau!" seru Reynald tak terima.

"Saya kan udah minta maaf tadi? Kamunya aja yang bikin keributan," sahut Rania sembari bertolak pinggang.

"Maafmu itu nggak bisa balikin semua kerugian yang sudah saya alami akibat kecerobohan kamu. Ngerti nggak!" sungut Reynald yang juga ikut bertolak pinggang seperti Rania.

Reynald benar-benar kesal. Bajunya sudah kotor dan berkas-berkasnya pun tidak bisa digunakan lagi. Reynald harus berganti pakaian dan mencetak ulang berkas-berkas yang ia perlukan sebelum dia menemui client, tapi sepertinya pria itu sudah tidak memiliki banyak waktu lagi. Reynald hanya bisa menerima nasib yang telah terjadi, meski dia pun tidak bisa ikhlas menerima kerugian yang telah ia alami saat ini.

"Intinya saya udah minta maaf. Saya permisi." Rania berusaha menyudahi keributan di antara dirinya dengan pria asing itu.

Wanita itu tidak punya banyak waktu untuk meladeni omelan dari Reynald lagi. Lagi pula Rania juga sudah diusir dari cafe itu, jadi untuk apa dia berlama-lama menanggapi ocehan dari pria yang sama sekali tidak dia kenal?, pikir Rania.

"Eh-eh … mau ke mana kamu?" Reynald menarik ujung belakang baju Rania saat melihat Rania akan pergi meninggalkannya begitu saja.

Pria itu tidak akan melepaskan Rania begitu saja setelah wanita itu mengacaukan harinya. Reynald tentu akan meminta pertanggungjawaban dari Rania karena sudah membuatnya rugi dan membuat suasana hatinya juga menjadi buruk.

"Apa lagi, sih! Masalah udah selesai, ‘kan? Saya harus kerja!" seru Rania.

"Kamu pikir cuma kamu aja yang harus kerja? Apa kamu pikir saya nggak sibuk?" Reynald memandang Rania dengan sinis. "Kamu nggak bisa kabur gitu aja setelah ngerusak hari saya. Asal kamu tahu ya, hari ini itu saya ada pertemuan penting, tapi semuanya kacau gara-gara kamu. Ngerti nggak!"

"Enggak,” jawab Rania cuek. “Maaf ya, Mas, tapi saya rasa itu bukan urusan saya," lanjut Rania tak peduli.

"Jelas ini urusan kamu! Kamu harus ganti rugi!" sungut Reynald.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status